UIN Sunan Kalijaga Selenggarakan Workshop Membangun Branding Syari’ah

Sejumlah 70 orang perwakilan humas Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia mengikuti workshop Membangun Branding Syariah PTKIN, Selasa-Jumat (10-13/04), bertempat di Hotel Cavinton Yogyakarta. Acara bertemakan "Branding Syari'ah Kehumasan PTKIN Menuju Cyber Public Relation" yang diselenggarakan atas kerjasama Biro Humas, Data, dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agama dengan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Yogyakarta Prof. K.H. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D.

Dalam sambutannya pembukaannya, Prof. Yudian Wahyudi menyampaikan, pihaknya mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tersebut. Prof. Yudian juga berharap kepada seluruh peserta untuk dapat mengikuti dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari materi yang disampaikan para narasumber.

“Syarat utama untuk bisa eksis dan bisa banyak memberikan sumbangsih bagi kehidupan di dunia ini adalah ilmu. Ilmu merupakan alat terkuat untuk beradaptasi dengan perubahan yang semakin cepat. Kadang kita tidak bisa bedakan antara promosi dengan takabur. Bangsa Indonesia itu lemah dalam berpromosi. Serikali kita justru melakukan takabur ketimbang promosi. Maka dengan menimba ilmu tentangbrandingkita akan mampu membedakan antara promosi dengan takabur. Hukum dunia itu positif dan negatif sekaligus, maka kita harus bisa menimbang dan memilah agar mampu mengaplikasikan hukum dunia untuk kemajuan dan kebaikan dengan terus menimba ilmu tanpa henti, demikian kata Prof. Yudian.

Untuk itu, masih menurut rektor, sebuah institusi harus memiliki branding yang sederhana dan menyenangkan. Oleh karenanya jangan salah melakukanBrandinginstitusi kita sebagai institusi Islam di Indonesia.Brandingkeilmuan kita hendaknya yang selaras dengan IslamWasathiyah.Yakni Islam yang Indah, santun, bersahabat, persuasif, Islam yang rahmat untuk semua umat dan seisi alam semesta dan tentu yang selaras dengan budaya lokal. Tak kalah penting adalah humas PTKIN mesti akrab dengan digital teknologi, tegas rektor.

Sementara itu mengawali agenda workshop, hadir dua narasumber, yakni, CEO Syafa’at Marcomm, Branding & Marcomm Consultant, Andika Dwijatmiko dan Dosen Fakultas Sosial Humaniora, UIN Sunan Kalijaga, Rama Kertamukti S. Sos., M. Sn. Keduanya menyampaingan tentang Pengertian Brand Equity.

Kedua nara sumber ini antara lain menyampaikan, ada banyak sekali pengetahuan yang harus diserap oleh seorag humas (utamanya kehumasan Perguruan Tinggi). Salah satu yang tidak boleh disepelekan adalah tentang brand equity. Humas harus tahu bagaimana membangun serta memperkuat sebuah brand dalam rangka membangun citra, mendongkrak nilai institusi maupun meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada institusi yang diwakilinya.

Ada dua peran penting dari sebuah brand.Yang pertama,brandsebagai identitas. Kepiawaian kehumasan membranding institusi yang diwakilinya melalui simbul-simbul yang sederhana dan menancap di benak masyarakat akan memudahkan masyarakat mengenal dan memahami institusi yang bersangkutan. Contohnya; lambang “F” berwarna biru yang biasa muncul di interent sebagai lambang Facebook. Betapa Mark Zuckerberg sangat memperhatikan Brand Equity karena ia tidak perlu terus menerus menjelaskan apa itu Facebook. Orang akan langsung tahu walaupun hanya ada satu huruf “F”. itulah mengapa brand dianggap sebagai identitas.

Kedua, brand berperan sebagai pengendali pasar. Melalui kepiawaian kehumasan membangun Branding, maka institusi yang diwakilinya akan menjadi institusi pilihan terpercaya dari masyarakat. Otomatis masyarakat juga akan menjadi pengguna fanatik. Itu artinya, membangun Brand Equit itu sangat penting. Brand Equit sangat berperan menciptakan value bagi pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan menghargai kualitas.

Oleh karenanya ada dua hal yang harus dipahami oleh kehumasan,yaitu; meningkatkan kepuasan dan menghargai kualitas. Mengingkatkan kepuasan artinya bagi pemilik brand, tidak ada kata ‘selesai’ untuk berinovasi karena hanya dengan selalu berinovasilah maka kehumasan bisa selalu memuaskan stakeholder dan yang kedua, menghargai kualitas, artinya, kehumasan harus bisa memilih cara-cara yang paling berkualitas, untuk membangun nilai institusi yang berkelas.

Membangun Citra PT yang Kuat DenganBrand Equity

Dengan memahami Brand Equity, Kehumasan perguruan tinggi akan mampu menciptakan simbol simbul yang efektif, yang dapat memberikan pengaruh positif dan nilai tambah. Sehingga membuat semakin banyak masyarakat yang memutuskan untuk memilih institusi yang di wakilinya.

Terkait dengan pesatnya perkembangan dan efektifitas media cyber, kehumasan PerguruanTinggi hendaknya pandai memanfaatkannya sebagai media yang efektif untuk membangun branding Perguruan tinggi yang efektif. Melalui media cyber juga, kehumasan tidak perlu mengeluarkan dana yang besar untuk melaksanakan program-progran publikasi. Yang diperlukan adalah kecerdasan dan kreatifitas membangun wacana yang persuasif.

Media cyber adalah ruang kosong yang siapapun bisa masuk untuk tujuan positif ataupun negatif. Oleh karenanya dalam rangka membangun citra positif Perguruan Tinggi, kehumasan bisa merangkai wacana-wacana yang positif dan membangun, seputar Perguruan Tinggi yang diwakilinya, yang diyakini sebagai kebenaran (impementasi nilai-nilai Keislaman). Dengan keyakinan bahwa kebenaran itu tidak absolut. Kebenaran absolut hanyalah milik Allah SWT. Itulah yang dinamakan Branding Syariah.

Demikian antara lain penjelasan kedua narasumber tentang membangun Branding Perguruan Tinggi yang kuat denganbrand equity. Dimana pemahaman ini dapat diaplikasikan dalam pengembangan perguruan tinggi denganbranding syari’ah. Dengan harapan PTKIN di Indonesia dapat berkolaborasi untuk membangun citra bersama, agar sebagai institusi perguruan tinggi Islam semakin memiliki identitas diri yang kuat dan diharapkan mampu memuaskan konsumen (stakeholder) yaitu masyarakat. Melaluibranding syari’ah,maka antara perguruan tinggi Islam yang satu dengan yang lainnya tidak dianggap sebagai pesaing, tetapi mitra yang saling melengkapi dan menguatkan (Tim Humas)