Dosen dan Pegawai UIN Sunan Kalijaga Pentas Kethoprak

Dalam rangka melestarikan dakwah budaya yang dilakukan Kanjeng Sunan Kalijaga, UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Dompet Duafa menyelenggarakan Pentas Ketoprak Dakwah Sunan Kalijaga bertajuk “Praktek Dakwah Islamiah Berbasis Budaya,” bertempat di Gedung Prof. RHA. Soenarjo,S.H., Senin, 26/2/18. Pementasan Kethoprak di kampus Integrasi-Interkoneksi kali ini juga menandai dilaunchingnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kalimosodo UIN Sunan Kalijaga, yang konsen pada kesenian karawitan.

Turut menjadi pemain dalam pentas kethoprak tersebut antara lain: Wakil Rektor III (Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama) UIN Sunan Kalijaga, Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M. Ag, Kabag. Kerjasama, Dra. RTM. Maharani, MM., Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Dr. Radino, M. Ag., Staf Kemahasiswaan, Ganefawan, Direktur Dompet Duafa, Parni Hardi, dan lain-lain. Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, Ph.D., yang sedianya akan berperan sebagai Sunan Kalijaga berhalangan hadir, sehingga perannya digantikan Dr. Waryono. Pementasan ini didukung pula oleh para seniman dari Institut Kesenian Indonesia (ISI), dan (UKM) Kalimosodo.

Ditemui selesai pentas, Dr. Waryono mengatakan, menggantikan posisi rektor dalam berbagai kegiatan sudah sering dilakukan Waryono, selaku Wakil Rektor. Namun saat harus menggantikan posisi rektor sebagai pemeran Sunan Kalijaga dalam pentas kethoprak, ia mengaku deg-degan bukan kepalang.

Saat pentas Waryono mengenakan pakaian beskap biru tua dibalut kain batik, serta blangkon warna hitam. Ia mengaku baru pertama kali memerankan Sunan Kalijaga dalam pentas ketoprak. Seharusnya dalam pentas ini, Waryono memerankan sosok Lokanjaya. Seorang berandalan yang baik hati yang masih memiliki kesadaran etika. Ia tidak akan merampok orang miskin, perempuan dan anak-anak. Hasil rampokannya juga dibagi-bagikan kepada orang miskin. Sasarannya adalah orang-orang kaya yang tidak membayar zakat, tuturnya sambil tertawa.

Selanjutnya, ketika menjadi Sunan Kalijaga, ia berperan untuk mengadaptasikan antara agama dan budaya. Sunan Kalijaga merupakan satu dari tokoh walisongo yang menyampaikan Islam diadaptasikan dengan budaya masyarakat Jawa, jelas Waryono.

Pentas kethoprak UIN Sunan Kalijaga kali ini sebagai upaya melestarikan dakwah seperti yang dilakukan Kanjeng Sunan Kalijaga. Model dakwah budaya seperti itu, menurut Waryono, masih efektif diterapkan di era kini. Seperti pada cerita, Lokanjaya adalah orang jahat yang suka merampok. Ia didekati oleh Sunan Kalijaga, sehingga sadar untuk menempuh jalan hidup yang benar. Cerita ini menjadi penting untuk para da’i sekarang. Kebiasaan yang terjadi, kita menjauhi orang jahat, bukannya mendekati. Harusnya didekati agar sadar dan menjadi bagian dari Islam.

Waryono berharap kepada generasi Islam kini, agar dapat menjadikan budaya sebagai media dakwah Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Kethoprak sebagai budaya Jawa perlu juga dikenalkan kepada masyarakat kampus, utamannya UIN Sunan Kalijaga. Agar para mahasiswa melihat langsung bagaimana model dakwah Sunan Kalijaga.

Meski persiapannya singkat (hanya beberapa kali latihan), tetapi penonton tampak menikmati dan antusias menyaksikan sampai pementasan selesai. Persiapan yang singkat dan berhasil, karena terlahir dari sebuah komitmen, kata Waryono. Pihaknya juga mengapresiasi para pejabat kampus yang bersedia tampil. Ke depan diharapkan, akan lahir karya-karya baru di kampus ini, dalam rangka melaksanakan syi’ar Islam yang efektif dalam rangka menggelorakan implementasi Islam yang Rahmat, kata Waryono (Weni/Doni).