Rektor UIN Suka bersama Sejumlah Rektor Yogya Serukan Rekonsiliasi Berbangsa-Bernegara

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., menggandeng sejumlah Rektor Perguruan Tinggi di lingkungan DIY menyerukan untuk rekonsiliasi nasional, pasca penyelenggaraan Pemilu 2019, yang masih menyisakan permasalahan. Sejumlah Rektor Perguruan Tinggi di lingkup DIY berharap, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X bersedia mendamaikan kedua kubu yang bersitegang di arena Pilpres 2019.

“Saya berharap dari Yogyakarta ini bisa mendorong untuk rekonsiliasi nasional. Kita meyakini Sri Sultan HB X sebagai Raja, sekaligus tokoh nasional yang dianggap sesepuh pastilah didengar suaranya untuk mendamaikan kedua kubu Paslon Pilpres.” Ujar Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Sutrisno Wibawa, pada Seminar memperingati Hari Lahir Pancasila, di Gedung Prof. Saifuddin Zuhri, kampus UIN Sunan Kalijaga, 1/6/19.

Selain Rektor UIN Sunan Kalijaga dan rektor UNY, hadir pula pada Seminar memperingati Hari Lahir Pancasila kali ini antara lain, Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono, Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Dr.. Muhammad Irhas Effendi, Rektor UNU Yogyakarta, Prof. Purwo Santoso, dan Rektor UII, Fathul Wahid, Ph.D.

Di Hadapan para wartawan keenam rektor sepakat, Sultan HB X merupakan sosok yang tepat untuk merangkul kedua kubu, baik capres petahana Joko Widodo dan capres Prabowo. Sebab Sultan adalah tokoh nasional yang tidak memiliki kepentingan di Pilpres. Sangat mungkin Sultan mendamaikan kedua kubu, karena Sultas sangat dihormasi kedua kubu yang bertanding di Pilpres. Hanya saja, harus dijaga, beliau mendapaikan kedua kubu sebagai Sulta Keraton Yogyakrta, bukan sebagai Gubernur DIY. Karena kalau sebagai gubernur akan dicurigai sebagai kepanjangan tangan dari Pak Jokowi, tegas enam rektor kompak.

Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Yudian Wahyudi mengatakan, rekonsiliasi nasional pasca Pemilu memang perlu segera dilakukan untuk meredam konflik di akar rumput. Oleh karenanya pihaknya mengajak para etite politik untuk mengambil peran. “Bahwa para elite mohonlah dipahami, ini (Pilpres) hanya proses mengganti pejabat presiden dan wakil presiden, bukan soal hidup dan matinya bangsa Indonesia atau Republik ini,” tegas Prof. Yudian Wahyudi.

Di akhir seminar dibacakan pernyataan sikap para Rektor di DIY. Berikut pernyataannya:

Pernyataan Sikap

Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga bersama Rektor Perguruan Tinggi di DIY.

Tentang Rekonsiliasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Hari Lahir Pancasila.

  1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D.: Hukum terbesar Tuhan adalah konsensus. Dari semua yang termahal adalah persatuan yang dibangun oleh konsensus. Pancasila merupakan Ijma’ kesepakatan kenegaraan bangsa Indonesia yang mengikat. Maka demi kemalahatan, tidak boleh membenturkan ijma’ yeng lebih lemah dengan yang kuat. Terkait dengan perselisihan pemilihan umum, kita menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi, ayng diharapkan bisa bersikap adil.
  2. Rektor UGM. Prof. Panut Mulyono: berkat Pancasila yang kental dengan nilai-nilai inklusifitas, keragaman menjadi berkah dan identitas nasional. Untuk terus menjaga relevansinya, Pancasila perlu direjuvinasi dan reaktualisasi terutama dalam kontek era milenial.
  3. Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa: Bangsa Indonesia dibangun dengan opengorbanan yang luar biasa. Di Yogyakarta misalnya, Keraton Yogyakarta langsung menyatakan bergabung dengan NKRI setelah ada proklamasi. Rekonsiliasi tokoh-tokoh nasional perlu dilakukan segera. Pancasila bisa merajud semua. Jangan hanya memandang kepentingan sendiri, tetapi hendaknya kepentingan negara.
  4. Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Dr. Muhammad Irhas Effendi: Tidak ada negara yang kuat tanpa nilai pengikat. Dan Pancasila adalah nilai pengikat berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia. Karenanya, upaya penguatan, pemahaman, dan internalisasi Pancasila harus terus dilakukan.
  5. Rektor UNU Yogyakarta, Prof. Purwo Santoso: Mari kita urai Pancasila secara serius. Kita harus melaksanakan Pancasila secara serius. Karena sampai hari ini kesungguhan berpancasila masih dipertanyakan. Pancasila bukan hanya dikatakan tetapi diimplementasikan oleh seluruh komponen bangsa dalam kehidupan sehari-hari dengtan serius.
  6. Rektor UII, Fathul Wahid, Ph.D. : Pancasila adalah mitsaqan ghalidha, perjanjian yang sangat kuat bagi bangsa kita. Pancasila menyatukan kita, tapi bukan menjadi satu. Perbedaan yang ada diikat, bukan dilebur. Sampai saat ini bangsa kita masih saja mengalami kebocoran energi untuk hal hal yang tidak perlu. Rekonsiliasi penting dilakukan untuk mengurangi kebocoran energi bangsa ini. Rekonsiliasi perlu dilakukan pihak elite politik maupun level grassroots, rakyat biasa. Ini penting agar kesatuan bangsa tetap terjaga. (tim humas)