Buku Rekonstruksi Peradaban Islam Perspektif Prof. Yudian Wahyudi Dibedah Pusat Studi Pancasila dan bela Negara

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, BA., BA., MA., Ph.D., mengatakan, sampai usia lanjutpun pemikiran seorang profesor masih sangat diperlukan untuk kemajuan dan kebaikan negara. Karena itu Prof. Yudian sangat menyayangkan apa yang diucapkan oleh Kemenristekdikti, Prof. Mohamad Nasir yang mengatakan bahwa Profesor yang sudah lanjut usia manfaatnya kecil buat negara. Ungkapan tersebut disayangkan disampaikan oleh seorang akademisi yang sudah mencapai puncak karier akademiknya, sekaligus menjabat sebagai seorang menteri. Seharusnya seorang menteri yang notabene menjadi panutan, jangan pernah lepas kontrol kalau bicara. Menurut Prof. Yudian Wahyudi, dalam perjalanan hidupnya, setiap profesor terus melakukan kontemplasi spiritualitas dan keilmuan. Secara fisik memang semakin lemah, tetapi spiritualitas dan keilmuannya akan semakin matang. Sehingga semakin tua seorang profesor akan semakin diperlukan oleh negara untuk menjadi negara besar.

Bercermin dari masa kemerdekaan Indonesia. Bahwa kemerdekaan bisa diraih Indonesia berkat strategi pemikiran para sesepuh kala itu. Prof. Yudian Wahyudi memprediksi, tanpa campur tangan para sesepuh, Indonesia baru akan merdeka tigaratus tahun lagi. Beruntung Soekarno dan Hatta kala itu selalu meminta do’a dan pertimbangan para sesepuh, seperti kepada KH. Hasyim Asy’ari, sehingga punya strategi yang tepat untuk memerdekakan Indonesia. Jadi Indonesia bisa merdeka bukan karena kepemilikan teknologi militer, tetapi berkat do’a dan ketajaman pemikiran para sesepuh bangsa kala itu.

Hal tersebut disampaikan Prof. Yudian Wahyudi mengawali acara bedah buku “Rekonstruksi Peradaban Islam Perspektif Prof. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D.” karya TGS. Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M. Ag., dan Dr. Azhari Akmal Tarigan, M. Ag., bertempat di Lantai 2 Gedung Prof. RHA. Soenarjo, SH., kampus UIN Sunan Kalijaga, Senin, 5/8/19. Forum ini menghadirkan narasumber Dr. Azhari Akmal Tarigan, M. Ag., selaku penulis buku, yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatra Utara, dan Wakil Rektor bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. Phil. Shahiron, Ph.D.

Lebih lanjut Prof. Yudian Wahyudi memaparkan, apa yang diikatakan Mohamad Nasir itu sangat berbahaya. Statemen Mohammad Nasir menandakan ketidakmengertian dia bahwa ilmu itu semakin tua semakin tinggi. Dan pernyataan tersebut juga menunjukkan Kemenristek tidak beretika. Prof. Yudian Wahyudi menambahkan, penyiapan dosen untuk jadi doktor dan guru besar tidak masalah, namun pemerintah tidak perlu tergesa-gesa. Doktor di usia tigapuluhan bagus. Planningnya juga bagus, namun jangan menyebut bahwa yang tua kurang manfaat buat negara.

Sebagai Profesor yang sudah senior, Prof. Yudian Wahyudi sudah sampai Kanada selama enam tahun, di Harvard tiga tahun. Menjadi Doktor selama 32 tahun, telah menulis 53 buku yang berasal dari Arab, Inggris dan Perancis, yang telah diterbitkan di Oxford, serta menjadi Profesor di Amerika. Prof. Yudian Wahyudi mengaku terus melakukan pencarian akademik sampai terlahir pemikiran yang orisinil darinya. Tentu saja ini juga yang dilakukan oleh setiap cendekiawan/ilmuwan hingga mencapai gelar profesor, dan berlanjut dalam perjalanan karier sebagai profesor.

Menurut Prof. Yudian Wahyudi, dalam pengembaraan akademiknya, dia baru melahirkan pemikiran orisinil pada usianya yang telah matang. Beberapa karya orisinilnya adalah: Makna teologi dan ekonomi dari perintah shalat, yang menurutnya selain bermakna membersihkan hati dan komunikasi vertikal dengan Sang Khaliq, shalat didahului dengan berwudlu. Hal ini mengandung esensi ekonomi perintah kepada umat Muslim untuk mendekat kepada pusat kekuasaan dan sumber penghidupan yakni air. Esensi Isra’ Mi’raj yang membawa Rosulullah Muhammad SAW ke Langit. Melalui Rosulullah, Allah SWT memerintahkan umat muslim untuk bersujud melakukan shalat lima waktu. Melalui perintah bersujud itu ada makna dunia yang tersirat agar umat muslim mencintai tanah air. Karya yang lain adalah makna khalifah dalam al Qur’an, yang menurut Prof. Yudian Wahyudi bukan didasarkan pada agama tetapi asma dan ilmu. Allah SWT mengajarkan kepada Adam dan keturunannya akan asma-asma Allah melalui perintah Iqra’, agar manusia berlomba mempelajari ilmu pengetahuan untuk memakmurkan dunia. Dengan penguasaan asma-asma Allah dan ilmu pengetahuan agar manusia berkompetisi untuk menjadi pemimpin/khalifah, dengan tanggungjawabnya untuk menjaga dan memakmurkan alam semesta dan seisinya. Semua itu berdasar pada keyakinan Tauhid agar segala karya yang dikuasai umat Muslim membawa kebahagiaan dunia dan akherat.

Sahiron menyampaikan, apabila ingin menguasai dunia, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada dua permasalahan yang mengakibatkan kemunduran umat muslim, yakni; melepas sains eksperimental dan konflik internal. Akibat dari sikap kesejarahan yang keliru ini, umat muslim sulit bangkit, bahkan sampai detik ini. Hal ini diperparah diagnosa yang tidak tepat, yang mengakibatkan solusi yang ditawarkan juga tidak memberi dampak signifikan bagi kebangkitan umat Islam. Buku Rekonstruksi Peradaban Islam Perspektif Prof. Yudian Wahyudi, mengajak umat muslim untuk memaknai al Qur’an dan Hadis dengan ajaran Islamnya melalui perspektif baru, agar umat muslim bisa memenangkan kompetisi global menjadi khalifah/pemimpin di semua bidang.

Sementara itu Azhari Akmal memaparkan, penyebab konflik berkepanjangan yang terjadi, salah satunya dikarenakan dalam hukum Islam ada perbedaan-perbedaan dan tiap generasi memiliki murid masing-masing. Perbedaan pemikiran berlangsung dari zaman ke zaman. Salam satu contoh terjadi saat ini di Indonesia, ada perebutan wacana. Kelak wajah Islam akan ditentukan oleh siapa yang bisa meyakinkan wacananya. Menurut Azhari Akmal, pemikiran seseorang yang dimenangkan dalam perebutan wacana akan menjadi wajah yang besar dalam Islam. Dan berbagai pemikiran Prof. Yudian Wahyudi yang ditulisnya ini berbicara mengenai Islam moderat dan progresif di kampus. Dalam pemikirannya Prof. Yudian Wahyudi mengatakan, masalah ketertinggalan umat muslim saat ini karena salah membaca agama. Umat keliru dalam menangkap pesan al Qur’an. Akibatnya, sebagai pedoman al Qur’an belum dapat difungsikan secara optimal. Padahal al Qur’an adalah penjelasan yang berisikan pesan dan Tuhan mengenai segala sesuatu, baik itu pesannya ekspilit maupun implisit.

Yudian setuju dengan pendapat Ali Shari’ati dan Bint al-Shati. Peradaban harus dibangun dengan membangun manusia. Tugas utama pemimpin adalah memakmurkan bumi dan maknanya sama dengan membangun peradaban. Karena itu membangun manusia yang unggul melalui fakultas –fakultas terbaik, akan mengantarkan dia menjadi pemimpin yang unggul, kata Azhari Akmal. (Weni)