Gerhana Matahari dalam Khazanah Islam Oleh : Prof. Dr. Susiknan Azhari

Pada hari Kamis tanggal 26 Desember 2019 akan terjadi Gerhana Matahari Cincin (GMC). Sebagian wilayah Indonesia akan dilewati dan dijadikan destinasi observasi seperti Batam, Padangsidempuan, Siak, dan Singkawang. Di dunia maya gaungnya sudah tersebar di berbagai belahan dunia. Kesemarakan dalam menyambut peristiwa Gerhana Matahari Cincin di negeri ini tidak dapat dipisahkan dari pengalaman peristiwa Gerhana Matahari Total pada tanggal 9 Maret 2016 yang lalu. Kini, fenomena gerhana menjadi bagian kehidupan intelektualitas manusia. Gerhana bukan sesuatu yang menakutkan, melainkan sesuatu yang menarik untuk dilihat dan menarik untuk dipelajari dan diambil hikmahnya.

Dalam berbagai literatur studi Islam, Gerhana Matahari biasa diistilahkan dengan “kusuf” dan Gerhana Bulan dengan istilah “khusuf”. Sementara itu Al-Biruni dalam Al-Qanun al-Mas’udi menggunakan istilah kusuf untuk keduanya (Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan).

Sepanjang penelusuran penulis ditemukan hampir semua kitab fikih membahas Gerhana Matahari. Hal ini menunjukkan perhatian para ulama sangat besar terhadap peristiwa Gerhana Matahari. Pada umumnya pembahasan meliputi pelaksanaan salat gerhana beserta tekniknya yang bersumber dari berbagai hadis, diantaranya dari Aisyah dan Ibn Abbas sebagaimana dikutip dalam “Al-Mabsuth” karya Syamsuddin as-Sarkhasy. Para ulama berbeda pendapat tentang status salat gerhana. Jumhur ulama berpendapat bahwa salat gerhana hukumnya sunah muakad, sedangkan Imamiyah berpendapat salat gerhana hukumnya fardlu ‘ain.

Tulisan singkat ini hadir dalam rangka mereview karya yang telah ditulis sebelumnya untuk melihat perkembangan studi Gerhana Matahari di dunia Islam. Karya-karya dimaksud antara lain :

  1. Ilm al-Falak karya Muhammad Ridla Madur (1970). Buku ini terdiri enam belas bab yang menguraikan dasar-dasar astronomi Islam. Pada bab lima belas ditemukan pembahasan tentang Gerhana Matahari meliputi cara mengetahui terjadinya Gerhana Matahari dengan menggunakan berbagai rumus disertai latihan soal.
  2. Gerhana Manifestasi Kekuasaan Allah ditulis oleh Basit Wahid dan dimuat dalam Majalah Suara Muhammadiyah (1997). Menurutnya peristiwa gerhana dapat dihitung dengan tepat berdasarkan hasil perhitungan hisab (astronomi) baik yang sudah terjadi ratusan tahun yang lalu maupun yang akan terjadi ratusan tahun kemudian. Fenomena gerhana dapat juga dijadikan uji sahih hisab awal bulan kamariah. Sebab Gerhana Matahari selalu terjadi pada waktu ijtimak (konjungsi). Selain itu Gerhana Matahari merupakan manifestasi kebesaran Allah dalam alam semesta. Oleh karena itu ketika terjadi gerhana hendaklah umat Islam memperbanyak do’a, melaksanakan salat, memperbanyak sedekah, dan mengerjakan segala amal yang baik.
  3. Rasulullah Hanya Sekali Salat Gerhana Matahari (Terjadi saat gerhana matahari cincin 632 M) ditulis oleh T. Djamaluddin dan dimuat dalam harian Pikiran Rakyat (1998). Artikel ini ditulis dalam rangka menjelaskan peristiwa Gerhana Matahari Cincin 22 Agustus 1998 yang melewati sebagian wilayah Indonesia dengan mengkaitkan peristiwa Gerhana Matahari pada zaman nabi saw. Menurutnya sejak nabi saw diangkat menjadi rasulullah sampai meninggal hanya ada lima kali peristiwa Gerhana Matahari di Mekah dan Madinah. Empat Gerhana Matahari terjadi di Mekah dan sekali di Madinah. Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa rasulullah hanya sekali melaksanakan Salat Gerhana Matahari Cincin pada tanggal 30 Januari 632.
  4. Al-Kusuf wa al-Khusuf karya Ahmad Basam Hatim (1999). Pada bagian awal dijelaskan konsep dasar astronomi Islam (universal time, ephemeris time, perigee, apogee, perihelion, aphelion, ascending node, descending node, umbra, penumbra). Menurut data yang terkumpul sejak tahun 1901 sampai 2000 telah terjadi Gerhana Matahari Total sebanyak 71 kali dan pada tahun 2001 sampai 2100 akan terjadi Gerhana Matahari Total sebanya 69 kali. Pada bagian akhir ditampilkan berbagai foto Gerhana Matahari Total yang terjadi pada 21 September 1922, 19 Juni 1936, 22 September 1968, 30 Juni 1973, dan 21 Oktober 1977.
  5. Ilm al-Falak al-‘Am karya Mustafa Mahmud dan Mirfat Sayyid Awad (2000/1420). Buku ini terdiri sebelas bab yang menjelaskan persoalan astronomi Islam meliputi sejarah perkembangan ilmu falak, kalender Islam, arah kiblat, dan gerhana. Pada sub bagian Gerhana Matahari hanya menjelaskan pengertian dan syarat-syarat terjadinya Gerhana Matahari.
  6. Al-Qanun al-Mas’udi karya Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (w. 440 H). Karya ini ditahqiq oleh Abdul Karim Syami al-Jundi dan diterbitkan pada tahun 2002/1422 sebanyak tiga jilid. Pada jilid kedua ditemukan pembahasan tentang Gerhana Matahari meliputi syarat-syarat terjadinya gerhana dan macam-macamnya.
  7. Al-Mawsu’ah al-Falakiyah karya Ibrahim Hilmi al-Ghury (2008/1429). Buku ini merupakan ensiklopedi tematis tentang astronomi Islam. Salah satu tema yang dibahas adalah Matahari – sub tema menjelaskan persoalan Gerhana Matahari meliputi aneka macam Gerhana Matahari dan syarat-syarat terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT).
  8. Al-Kusuf wa al-Khusuf ditulis oleh Zainul Abidin Mutawalli (2009/1430). Buku ini menjelaskan perlbagai peristiwa gerhana, durasi gerhana, dan lokasi yang dilintasi. Pada tahun 2008 sampai 2010 terjadi tiga Gerhana Matahari Total, yaitu 1 Agustus 2008 (jalur GMT adalah Amerika Utara, Eropa, Asia, Mongolia, dan Cina), 23 Juli 2009 (jalur GMT adalah Asia Timur, Cina, Nepal, Lautan Pasifik), dan 11 Juli 2010 (jalur GMT adalah Amerika, Chili, dan Argentina).
  9. Mabadi’ Ilm al-Falak al-Hadis karya Abdul Aziz Bakri Ahmad (2010/1431). Buku ini sangat lengkap membicarakan persoalan astronomi Islam terdiri tujuh belas bab. Untuk memudahkan pemahaman masing-masing bab disertakan soal latihan. Khusus pada bab kesembilan dijelaskan persoalan Gerhana Matahari meliputi aneka macam gerhana, durasi, dan tahapan gerhana. Pada bab ini juga dibahas fenomena Gerhana Matahari Total yang terjadi pada tanggal 29 Maret 2006 dan cara mengambil gambar pada saat terjadi gerhana.
  10. Mausu’ah al-Aflak wa al-Auqat karya Abu Aiman Khalil Ahmad Abdul Latif (2010/1431). Buku ini merupakan ensiklopedi astronomi Islam yang membahas tentang dasar-dasar astronomi, arah kiblat, awal waktu salat, kalender, perbandingan tarikh, dan gerhana. Pada sub bagian Gerhana Matahari hanya menjelaskan pengertian dan bentuk. Pada bagian akhir ada beberapa lampiran, seperti glosari, proses perhitungan arah kiblat, awal waktu salat dengan menggunakan markaz kota New Delhi, time zone, dan data geografis kota-kota seluruh dunia (lima benua) beserta arah kiblat.
  11. Menjejak Keunikan Gerhana Matahari karya Kassim Bahali (2015). Buku ini menerangkan pengalaman penulis dalam melakukan ekspedisi pengamatan Gerhana Matahari Total di berbagai negara yang sangat inspiratif ditulis menggunakan gaya bahasa yang mudah dan ringkas dilengkapi pelbagai foto yang sangat menarik dan menakjubkan.
  12. Sihir Gerhana Artikel Pilihan Kompas yang diedit oleh Yunas Santhani Aziz (2016). Buku ini merupakan kumpulan artikel seputar gerhana yang dimuat di harian Kompas. Di dalamnya diuraikan berbagai peristiwa gerhana termasuk kesalahan aparat pemerintah yang melarang warga melihat peristiwa Gerhana Matahari Total pada tanggal 11 Juni 1983.
  13. Buku Panduan Gerhana karya Moedji Raharto dkk (2019). Buku ini merupakan karya seputar gerhana matahari dan gerhana bulan disertai informasi awal untuk mempersiapkan dan merencanakan kegiatan dalam pengamatan gerhana matahari dan gerhana bulan di wilayah nusantara.

Selain karya-karya di atas juga ditemukan penelitian tentang gerhana yang dilakukan oleh Muh. Rasywan Syarif dengan judul “Fiqh Astronomi Gerhana Matahari (2012)”. Selanjutnya perlu diketahui, Syekh Arsyad al-Banjari juga pernah menulis buku tentang gerhana sebagaimana ditunjukkan oleh Abu Daudi (salah seorang keturunan Syekh Arsyad) ketika penulis berkunjung ke kediamannya. Menurutnya karya Syekh Arsyad tersebut belum ada yang mengkaji atau menjadikan objek penelitian karena masih berupa manuskrip.

Dari sekian buku dan artikel yang dijelaskan di atas tampak persoalan gerhana menjadi objek kajian yang menarik bahkan secara tidak langsung telah terjadi proses integrasi-interkoneksi. Lebih dari itu kajian terhadap fenomena gerhana akan menyadarkan manusia akan kebesaran Sang Maha Pencipta. Peristiwa gerhana juga dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki data hisab. Saatnya umat Islam bergandengan melakukan pengamatan, gerakan nasional Salat Gerhana Matahari, berzikir, memperbanyak sedekah, dan amal salih.

Wa Allahu A’lam bi as-Sawab.