Fakultas Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Selenggarakan Seminar Series Penguatan Civil Society di Era Disrupsi

Era kini merupakan era di mana proses penciptaan makna berubah secara drastis. Hal ini disebabkan oleh adanya kecanggihan teknologi informasi yang sangat cepat. Teknologi bisa kita gunakan sebagai inovasi. Meskipun begitu, teknologi informasi juga membawa gejolak. Era yang ngetren dinamai era Disrupti ini, ditandai adanya kompleksitas, perubahan yang begitu cepat, membawa kemajuan yang dahsyat, sekaligus berdampak negatif yang luar biasa, jika tidak hati-hati dan pandai-pandai mensiasati situasi. Maka kearifan dan sikap bijak menjadi penting. Apabila masyaratkat termakan oleh teknologi dan tidak bisa memanfaatkannya, maka yang terjadi ialah teknologi menjadi sisi negatif dalam kehidupan. “Kita hidup di eraPost Truth Society, di mana kebenaran tidak bisa semata-mata bisa digunakan sebagaiJudgment. Sisi lain dari Post Truth Society ialah ada kemampuan alat yang bisa mengawasi kita secara seksama.”

Hal tersebut disampaikan Dosen Fisipol UGM, Prof. Dr. Purwo Santoso pada seminar series yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga, berlangsung diInteractive Center, kampus setempat, 14/09/18. Pada agenda yang mengangkat temaPenguatan Civil Society Muslim di Era Disrupsi kali ini, selain Prof. Purwo, hadir pula sebagai pembicara: Dekan FISHUM UIN Sunan Kalijaga, Dr. Mochamad Sodik,. S.Sos., M.Si., Ketua IKA FISHUM, Nur Faizin, S.Sos., M.A.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FISHUM, Dr. Sulistyaningsih,S.Sos.,M.Si., dalam laporannya menjelaskan, tema diatas diharapkan mampu menjadi pencerahan bagi mahasiswa, sebagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran terhadap tantangan dan peluang era disruption. Juga sebagai acuan untuk merumuskan alternatif solusi terhadap dampak negatif era disruption bagi umat Islam. Dan untuk memperkuat peran civil society Muslim dalam menghadapi era ini.

Lebih jauh Prof. Purwo menyampaikan, bagi masyarakat muslim, era seperti ini juga menjadi sebuah tantangan. Merespon era desrupsi, masyarakat muslim seharusnya memiliki kemampuan untuk leading (memimpin), berkompetisi dan beradaptasi. Problem kita beragama di era desrupsi adalah bagaimana menguatkan tiga pemahaman, yakni; Aqidah, Syariah dan Akhlak, sehingga umat Muslim memiliki kepribadian yang berkarakter kuat. Sementara, lembaga pendidikan harus memiliki peran yang kuat dalam hal penguatan aqidah, syari’ah dan akhlak, agar karakter gerenarsi millenial tidak tergerus oleh dahsyatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi digital.

Dr. Mochamad Sodik menambahkan, UIN Sunan Kalijaga berusaha merespon era ini dengan menerapkan nilai-nilai. UIN Sunan Kalijaga memiliki 6 nilai yang menjadi Core Value yakni Integrasi-Interkoneksi, Dedikasi-Inovasi danInklusif-Continuous-Improvement. Prinsip strategis era disrupsi menurut Dekan FISHUM ialah harus mempersiapkan fondasi spiritualitas, rumuskan visi misi hidup yang kuat, orientasikan jangka pendek, menengah dan panjang, demikian saran Dr. Moch. Sodik. Masih menurut Moh. Sodik, pendidikan bukan sekedarlearning to knowatau belajar untuk tahu danlearning to dotetapi harus jugalearning to be, learning to live together. Belajar untuk mampu menghargai sesama dan yang paling berat untuk dilaksanakan ialah mentransformasikan diri dan berinteraksi dengan masyarakat. (Weni, tri)