Tendik Fakultas Saintek Raih Gelar Doktor, Teliti Pengaruh Multiple Intelligence Terhadap Kekhusyukan Shalat

Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi manusia terbanyak ke-empat setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Kemudian, negeri ini pun menjadi negara pemeluk agama Islam terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 12,7 persen dari seluruh muslim di muka bumi. Sebagai agama mayoritas, jumlah muslim di Indonesia sebanyak 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari seluruh rakyat Indonesia.

Bagi setiap muslim, menjalankan ibadah shalat sangatlah penting, karena bagi pemeluk Islam, shalat adalah tiang agama. Setiap Muslim pastilah ingin melaksanakan ibadah shalat dengan khusuk. Karena khusuk dan tidaknya ibadah shalat akan menentukan diterima atau tidaknya ibadah shalat oleh Allah SWT. Ibadah shalat yang khusuk juga akan memberi energi positif bagi kehidupan personal seorang Muslim sehari hari. Baik tidaknya pelaksanaan ibadah shalat umat Muslim, khusuk tidaknya dalam melaksanakan ibadah shalat akan berpengaruh pada baik tidaknya akhlaq. Oleh karenanya setiap Muslim akan berupaya untuk bisa melaksanakan ibadah shalat dengan khusuk agar bisa menuntunnya menjadi Muslim yang berakhlak kharimah.

Taufik Burhanuddin Aziz menemukan teori, bahwa untuk bisa melaksanakan ibadah shalat dengan khusuk, seorang Muslim harus mengasah 9 macam multiple intelegence/kecerdasan majemuk, terutama kecerdasan eksistensi. Teori ini terungkap setelah Taufiq melakukan riset Pengaruh Multiple Intelegence (MI) Terhadap Kekhusyukan Shalat. Taufik melakukan riset survey dengan teknik purposive sampling terhadap para siswa kelas XII IPA Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakart.

Ditemui di ruang kerjanya, Tendik Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suka ini menyampaikan, dia melakukan riset dengan pendekatan populasi - non eksperimen. Dengan penelitian korelasi “One-shot” model. Ada 85 subjek yang digunakan sebagai sampel dalam penelitiannya. Karya riset Doktoral Taufik dipertahankan untuk meraih gelar Doktor bidang Psikologi Pendidikan Islam, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di ruang Amphitiare, kampus setempat, 6/12/18.

Riset Bapak 1 putra dari istri Siti Nur Hidayati, S. Pd., ini berhasil mengungkap bahwa kecerdasan majemuk dapat berpengaruh pada ke-khusyuk-an ketika shalat. Menurut Taufik menegakkan shalat dengan menggunakan akal merupakan shalat yang cerdas. Oleh karenanya dengan terus mengasah 9 kecerdasan, akan dapat terus meningkatkan ke-khusuk-an shalat. Dan pada implementasi kehidupan sehari-hari, bila shalat bisa dilakukan secara khusuk, dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, demikian jelas Taufik.

Lebih jauh Taufik menjelaskan, Kecerdasan majemuk sendiri terbagi dalam beberapa bentuk, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematik, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalistik, dan kecerdasan eksistensial. Menurut Taufik, kurikulum yang dibentuk oleh Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta berhasil membentuk siswanya dengan berbagai jenis kecerdasan tersebut hingga menghasilkan peserta didik yang baik dalam beribadah.

Sementara, hasil risetnya juga menunjukkan, kesembilan kecerdasan sebagai variabel independen, secara bersamaaan berpengaruh memberikan sumbangan terhadap variabel dependen (kekhusyukan shalat) sebesar 95,6%. Variabel independen yang dominan pengaruhnya adalah variabel eksistensial sebesar 92,3% terhadap variabel dependen (kekhusyukan shalat). Kedelapan variabel independen yang lain tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (kekhusyukan shalat). Namun ketika seseorang tidak memiliki kecerdasan eksistensial, maka seluruh kecerdasan majemuk itu tidak akan berpengaruh sama sakali terhadap kekhusyukan ketika shalat.

Kecerdasan eksistensi diperoleh dari mata pelajaran Islam dan keulamaan berupa Tafsir Al-Quran, Tahfidz Al-Quran, Hadits, Akidah, Fiqih, diberikan kepada seluruh siswa berbagai jurusan. Kecerdasan eksistensi yang dihasilkan dari mempelajari ilmu agama ini amat berpengaruh dalam kekhusyukan seseorang ketika shalat. Dengan demikian kecerdasan eksistensial menjadi sangat dibutuhkan pada setiap orang, agar bisa mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.

Taufik berharap, temuan riset Disertasinya menjadi wacana bahkan pemahaman, bahwa umat Muslim hendaknya terus mengasah dan meningkatkan kecerdasan majemuk, utamanya kecerdasan eksistensial, dengan terus belajar ilmu agama sepanjang hayat. Agar ibadah shalat bisa dilaksanakan dengan semakin khusuk, keimanan dan ketaqwaan terus meningkat, dan mengantarkan kehidupan yang berakhlak kharimah, yang membawa kebahagiaan hidup dunia dan akherat.

Dr. Taufik Burhanuddin Aziz adalah Tendik di Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Suka, yang dedikasi, kedisiplinan dan ketekunannya dalam bekerja, membuat para tendik di lingkungannya salut. Selain mengabdi untuk kemajuan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Taufik juga aktif mengelola dan menjadi guru sekaligus, di Madrasah Ibtidaiyah Bima Bhakti Pertiwi dan Madrasah Diniyah Miftahul Ulum, Soman, Selomartani, Kalasan, Sleman. Taufik juga terlibat sebagai pengelola dan pengasuh Pondok Pesantren Bima Bhakti dan Majelis Ta’lim Bima Mhakti Nurissa’dah, di alamat yang sama. (Weni)