Terapkan Nilai Pancasila Modal Mahasiswa Sebagai Penerus Bangsa

Umat Islam di Indonesia itu memiliki banyak akses dan kemudahan yang patut disyukuri. Tinggal dioptimalkan dengan berbagai peran yang bermanfaat. Sebab itu, mahasiswa tidak perlu terpengaruh dengan gagasan yang ingin merubah ideologi kebangsaan yang telah ada, yakni Pancasila.

Hal ini disampaikan oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. pada training kepemimpinan untuk mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) yang bertajuk “Leadership Training Program: Be a Green Smart Islamic Leader!” yang diselenggarakan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jumat-Sabtu (4-5/10) kemarin di Wisma Pesanggrahan PU Kaliurang Yogyakarta.

Yudian Wahyudi berpesan kepada para peserta pelatihan kepemimpinan agar dapat mengoptimalkan nilai-nilai Pancasila agar dapat menjadi penerus bangsa yang memiliki cita-cita tinggi serta dapat menjadi ahli dalam bidangnya masing-masing. “Mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa FDK UIN Sunan Kalijaga pasti akan mampu meneruskan cita-cita kemerdekaan, selama merawat spritualitas, rajin sholat, memiliki kesabaran dalam mewujudkan cita-cita", tutur Yudian Wahyudi

Yudian Wahyudi menjabarkan tujuh poin kehebatan Indonesia bersama umat Islam. Kehebatan itu antara lain tentang besarnya populasi umat Islam di Indonesia; negara yang semakin kuat pasca Perang Dunia II; nasionalisme yang menyatukan umat Islam dengan umat yang lain; kemerdekaan yang dirumuskan oleh para pemuda hanya kurang dari 25 tahun; kepercayaan para penguasa lokal terhadap negara; pertarungan antar negara superpower pada Perang Dunia II yg memberikan keuntungan konsolidasi Indonesia merdeka; serta keistimewaan Indonesia yang bisa merdeka tanpa teknologi militer canggih.

Sementara itu Ara Kusuma, dari Ashoka Foundation Jakarta mengatakan sekarang ini dinamika perubahan berlangsung begitu cepat. Terkadang tidak mudah membaca arah perubahan karena petanya penuh kabut, cuacanya tidak bisa ditebak. “Sebab itu, perlu cara tertentu untuk membaca arah perubahan agar kita dapat mempersiapkan diri dengan baik, mampu beradaptasi dan mampu mengendalikan arah perubahan.” ujar Ara Kusuma peroleh penghargaan Ashoka Award sebagai changemaker dengan Moo's Project, yakni mengolah semua potensi ekonomi yang ada pada sapi untuk mensejahterakan warga desa di Salatiga.

Ara Kusuma menambahkan setiap orang dapat menjadi changemaker, triknya sebagai berikut: (1) mengasah empati, peduli terhadap problem di lingkungan sekitar (2) mendorong munculnya kepemimpinan baru melalui adanya inisiatif, mengembangkan potensi satu sama lain tanpa harus ada yang merasa menjadi bos (3) kerjasama tim atau kolaborasi ke arah aksi kolektif (4) menciptakan perubahan, mendorong pemecahan masalah di lingkungan sekitar.

Menurut Ara Kusuma, kini ada sebanyak 3.800 changermaker yang tergabung dalam jaringan Ashoka di seluruh dunia. Mereka memikiki banyak pengalaman dalam mendorong perubahan. Akan sangat bagus nantinya, jika mahasiswa FDK UIN Sunan Kalijaga saling berjejaring untuk menjadi changermaker. (khabib/humas)