Ciptakan Alat Praktikum Ramah Difabel, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Juarai Lomba Inovasi Media Pembelajaran & Praktikum Tingkat Nasional

Aji dan Adi, mahasiswa Prodi Fisika UIN Sunan Kalijaga berhasil memenangkan lomba Inovasi Media Pembelajaran dan Praktikum Nasional untuk SMK dan Madrasah 2019 yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta. Ketua MUI Propinsi DKI Jakarta, KH. Munahar Muchtar yang menyampaikan sambutannya saat penyerahan hadiah mengatakan bahwa, kegiatan lomba inovasi media pembelajaran diusung oleh Bidang Kajian dan Penelitian (Kajiliti) MUI. Kompetisi ini dimaksudkan untuk menggali berbagai inovasi tentang media pembelajaran, guna meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat SMK dan Madrasah. MUI ingin memunculkan banyak pelajar dan sarjana Muslim yang kuat dan cakap keimanan dan keislamannya. Lebih dari itu juga mumpuni menghasilkan karya-karya terbaik dalam teknologi modern. Final lomba inovasi ini diselenggarakan di Auditorium Arifin Panirogo Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Sabtu (28/10/2019).

Aji dan Adi telah berhasil menyisihkan puluhan pesaingnya melalui tahap seleksi yang berasal dari kalangan santri, mahasiswa, dan dosen di seluruh Indonesia. Aji dan Adi membawa pulang piala, piagam penghargaan dan uang pembinaan berkat karya mereka terkait Alat Praktikum Pendulum Reversibel Ramah Difabel.

“Ini adalah alat praktikum fisika yang ramah difabel, khususnya buat para penyandang tuna netra. Alat pratikum pendulum reversibel ini layaknya alat praktikum pada umumnya yang digunakan oleh praktikan normal, yang bikin beda hanyalah outputnya kita rubah dalam bentuk suara,” ungkap Aji saat ditemui di kampusnya belum lama ini.

Adi menambahkan, alat praktikum pendulum reversibel dengan output yang berupa suara dapat memudahkan praktikan penyandang tuna netra dalam menentukan variasi panjang massa dan periode dari pendulum. Praktikan dapat mencatat dan menganalisis hasil data yang mereka dengar melalui suara yang keluar dari buzzer dengan sentuhan kode dari Arduino nano. Selain itu, mereka mengungkapkan bahwa dalam pembuatan alat ini hanya memerlukan biaya yang murah.

“Kami berpikir untuk membuat alat ini dengan harga yang seminimal mungkin, karena salah satu tujuan kami membuat alat ini adalah agar alat ini bisa diproduksi dalam jumlah yang banyak,” tambah Adi.

Mereka berdua berharap, agar adanya penelitian tentang alat ini dapat direalisasikan oleh pemerintah, khususnya pihak-pihak yang terkait dalam hal pendidikan di Indonesia. Sehingga para siswa/siswi penyandang tuna netra dapat mengikuti praktikum dengan lancar selayaknya siswa/siswi normal.

“Semoga dengan adanya alat praktikum semacam ini dapat membantu siswa/siswi difabel di Indonesia, khususnya penyandang tuna netra dalam menjalankan praktikum di sekolah masing-masing,” kata Adi.

“Selain itu, semoga alat ini juga dapat diproduksi dalam jumlah banyak, kami siap membantu dalam hal pembuatan,” tambah Aji.

Aji dan Adi juga mengharapkan generasi milenial di Indonesia ini, aktif berinovasi dan berkreasi, bereksperimen, bahkan melakukan riset-riset dari hal-hal yang sederhana di lingkungannya. Dari hal hal yang sederhana itu, kalau bisa menjadi kebiasaan dapat menemukan hal yang luar biasa yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat luas. Agar masa depan Indonesia dapat menjadi lebih baik. (Weni/Doni)