Prof. Sri Sumarni Dikukuhkan sebagai Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Bidang Ilmu Pendidikan

Saat ini hampir semua bangsa, termasuk negara kita Indonesia, dihadapkan pada dua disrupsi besar, yaitu revolusi industri 4.0 dan pandemi Covid-19 (C-19). Disebut disrupsi karena adanya perubahan besar, bersifat acak, sulit ditebak, dan masif, yang berdampak pada semua aspek kehidupan (ekonomi, pendidikan, politik, sosial, budaya dan praktek keagamaan. Dalam situasi seperti ini, ada hal penting yang harus disikapi untuk menghadapi disrupsi besar ini. Kita akan mampu menjadi subyek penggerak perubahan atau akan menjadi korban dari perubahan yang terjadi. Dan bagaimana pendidikan didesain sebaik mungkin agar dapat melahirkan generasi penggerak perubahan. Untuk itu pendidikan harus dapat berperan sebagai media transformasi untuk melahirkan generasi penggerak perubahan. Sementara ada empat syarat utama agar pendidikan dapat berperan sebagai media transformasi, yakni: Pendidikan harus dapat melahirkan perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan harus bersifat komprehensif: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan harus terimplementasi di semua lingkungan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan semua bidang kehidupan, sehingga perlu kerja-sama yang solid dari semua elemen, bukan saja oleh guru). Semua elemen harus menyadari bahwa Pendidikan yang bermutu akan dicapai jika semua elemen berperan dalam melahirkan pribadi-pribadi yang dapat membuat perubahan ke arah yang lebih baik bagi diri dan lingkungan.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Hj. Sri Sumarni, M. Pd., (Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, di hadapan Senat Universitas, Rektor dan para Wakil Rektor, para Dekan dan Wakil Dekan, Para Pejabat Struktural di lingkup UIN Sunan Kalijaha, dan para tamu undangan, saat menyampaikan Pidato Pengukuhan Guru Besar , bertempat di Gedung Prof. R.H.A. Soenardjo, S.H., kampus UIN Suka, 18/10/2021. Hadir dalam Rapat Senat Terbuka kali ini antara lain: Ketua Senat, Prof. Siswanto Masruri, Anggota Senat, Rektor UIN Suka, Prof. Phil Al Makin, para Wakil Rektor, Para Dekan, tamu undangan dan segenap Civitas Akdemika UIN Suka. Prof. Sri Sumarni dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan oleh Ketua Senat UIN Suka, Prof. Siswanto Masruri berdasarkan SK. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16369/MPK.A.KP/2021, ditetapkan di Jakarta, tanggal 10 Maret 2021.

Lebih jauh Prof Sri Sumarni memaparkan, masyarakat harus menyadari adanya dua disrupsi besar ini, dimana ada gejala dehumanisasi akibat kemajuan sains dan teknologi: manusia dikendalikan oleh makhluk “ciptaannya sendiri” (perasaan hampa kalau tidak berdekatan, kurang bermakna kalau tidak menjadi yang pertama, kurang percaya diri kalau tidak mengikuti trend “update status”, ingin dikasihani atau diperhatikan orang, rasa ingin tahu yang besar untuk mengetahui pribadi orang lain atau dikagumi, dsb). Kesadaran akan hal itu akan mengkodisikan kesadaran untuk maju, bukan pasrah menerima keadaan, sehingga semua akan berusaha, berinovasi menjadi penentu perubahan dan membuat sejarah.

Dalam kondisi seperti ini pendidikan harus tampil sebagai subyek utama dalam memajukan peradaban. Berkaca pada Jepang, yang telah mempromosikan Society 5.0 dan pilar pendidikan dari UNESCO (Learning to know, learning to do, learning to be, learning ti live together, dan learning to transform oneself and society), maka implementasi pendidikan di Indonesai harus dapat menangkal dampak negatif revolusi industri 4.0 dan pandemi Covid-19 (C-19). Menyeimbangkan antara dunia ekonomi dan dunia sosial. Pendidikan harus berorientasi pada upaya melahirkan kebahagiaan dan kedamaian masyarakat. Dan pendidikan harus mampu mengimplementasikan dunia maya dan dunia nyata (blended). Untuk mewujudkan itu, menurut Prof. Sri Sumarni, diperlukan perubahan praktik pendidikan dimulai dari aspek paradigma terlebih dahulu. sebab aspek tersebut menjadi fondasi kuat yang berdampak pada wilayah praktis seperti kebijakan dan program.

Sementara itu terkait dengan manusia sebagai subyek pendidikan, Prof. Sri Sumarni menjelaskan, Manusia harus dipahami sebagai makhluk multidimensional yang unik dan sempurna. Aspek multidimensional manusia antara lain tampak dari segi fisik (jismiyyah), akal (‘aqliyyah), mental (ruhiyyah), dan sosial (ijtima’iyyah). Keberhasilan pendidikan seseorang maksimal 20% dari aspek intelektual, dan sekitar 80% dari kecerdasan emosi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dapat memberikan motivasi dari aspek intelektual maupun bagaiman memanaje kecerdasan emosi dengan baik dalam rangka mencapai kesuksesan. Ada delapan karekter yang harus dapat dicapai dalam pendidikan yang berorientasi masa depan, yakni; kemampuan berinteraksi lintas batas, kemampuan berhadapan dengan tantangan yang selalu baru agar dapat mengikuti perubahan, mengasah empati-toleransi-welas- asih dan sebagainya, optimalisasi potensi di bidangnya, mengakomodir kebutuhan peserta didik, karena manusia selalu dihadapkan pada masalah maka pendidikan hendaknya dapat memaksimalkan potensi untuk memecahkan masalah, pendidikan juga harus dapat memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja.

Baca Juga :Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Mendulang Prestasi Anugerah Teladan Mutu di Bidang Akademik dan Non-Akademik

Untuk mewujudkan pendidikan transformatif ini, Prof. Sri Sumarni menawarkan dua jalan yang dipadukan, yakni: Pilar penting pendidikan (UNESCO); transforming oneself and society, Kemampuan men-drive diri sendiri dan mentransformasi lingkungan, dan filosofi pendidikan Sunan Kalijaga; “Anglaras ilining banyu, ngeli ananging aja keli” (setiap pribadi harus terus bergerak dan bergerak (transformasi) dengan cepat menyesuaikan tuntutan perkembangan zaman, namun jangan sampai hanyut oleh perubahan). Transformasi itu di wujudkan dalam tiga hal: Transforming oneself (kesadaran kritis-bukan mistis, mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman, memperoleh makna-nilai-inspirasi-hikmah, dan membuat perubahan yang lebih baik). Transforming society (kemampuan menciptakan nilai baru yang positif, kemampuan merekonsiliasi ketegangan dan dilema,contoh: negosiasi kultural, kerjasama yang baik, win-win solution, kemampuan bertanggungjawab). Pengarusutamaan pendidikan 5.0 (sebagai tindak lanjut dari society 5.0, Pendidikan diarahkan untuk self driving dan transforming society: Mengutamakan kualitas jiwa: menekankan pada nilai spiritualitas: nilai positif dan solutif, Individu paket lengkap: pintar, sabar, tekun ibadah, dan memiliki kesalehan sosial).

Peran UIN/IAIN/STAIN

Dalam konteks pendidikan transformatif, peran UIN/IAIN patut dibanggakan, walaupun dalam beberapa hal, khususnya penelitian yang berparadigma transformatif seperti PAR, CBR, dan R&D masih perlu terus ditingkatkan. Namun dalam hal mentransformasikan masyarakat pedesaan, peran UIN/IAIN tidak perlu diragukan, melalui kiprahnya mentransformasikan generasi muda pedesaan yang notabene secara struktural adalah para santri pedesaan (petani, nelayan, dan pedagang kecil) yang sebagian besar adalah kelompok bawah.

Era disrupsi yang demikian cepat berubah ini semakin berat disangga oleh masyarakat bawah, karena konsekuensinya bukan hanya harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi tetapi juga menuntut kekuatan karakter kreatif dan adaptif. Oleh karena itu, tantangan UIN/IAIN untuk mentrasformasi masyarakat semakin besar, tetapi juga semakin diharapkan. Pengembangan model pendidikan yang mengintegrsikan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat menjadi tantangan bagi UIN/IAIN dalam melanjutkan peran transformatifnya di masa yang akan datang. Peran UIN Suka: UIN Suka untuk Bangsa, UIN Suka Mendunia, demikian papar Prof. Sri Sumarni.

Dalam sambutannya usai pengukuhan, Prof. Phil Al Makin antara lain menyampaikan, sejak memimpin UIN Suka sudah pengukuhan 5 Guru Besar. Prof. Ibnu Burdah, Prof. Alimatul Qibtiyah, Prof Abdul Munip, Prof Sekar Ayu Aryani, serta sekarang Prof. Sri Sumarni. Dan tahun ini masih menunggu pengukuhan Prof. Casmini, Prof. Agus Najib, Prof Ruhaini Dzuhayatin. Masa kita belum dua tahun sudah mengukuhkan 8 Guru Besar. Alhamdullillah. Mari syukuri.

Terimakasih, pada para Guru Besar UIN Suka yang sudah berkarya nyata. Program posdoktoral yang diawali di era Prof. Yudian Wahyudi sekarang kita lanjutkan. Memang terkesan tidak instan, itu prosedur yang wajar. Kita berusaha jujur, berusaha mentaati etika publikasi, berhati-hati, tetapi kita akan kawal terus. Program posdoktoral tahun 2020 akan kita riview lagi, mana bagian yang perlu dipertajam, mana bagian yang perlu dikembangkan.

Saat ini, akademic writing kita tingkatkan dan perluas cakupannya tidak hanya untuk para calon Guru Besar atau profesor tetapi juga untuk asisten ahli, lektor, dan lektor kepala. Akademic writing kita carikan strategi terbaik agar mereka yang menulis mendapatkan penghargaan paling tidak ucapan selamat. Dan Warek 2 sudah menyiapkan hadiah juga. Mari kita kutip karya mereka, kita sebut-sebut buku kolega kita, kita promosikan karya kolega, teman, sahabat kita dari UIN Sunan Kalijaga. Namun, semua program harus bisa dievalusi dan juga terbuka ide-ide segar. Gagasan baru kita rangkul, yang kurang sesuai kita sesuaikan.

Kepada Prof. Sri Sumarni, Prof. Phil Al Makin mengucapkan selamat. Naskah pidato Prof. Sri Sumarni seperti ringkasan karir dan pengalaman seorang pendidik, pemimpin, aktifis dan biasa mengikuti dan memimpin teamwork. Pidato yang padat, penuh dengan teori, penuh dengan pengamatan, banyak kutipan luas cakupannya. Dari filsafat, Pendidikan, sosial, manajemen, dan kerja teamwork. Pidato Guru Besar Prof. Sri Sumarni sangat bermanfaat tidak hanya bagi dosen, calon profesor, tetapi juga tendik, dan pemimpin. Pidato yang menginspirasi.

Saya mengenal Bu Sri Sumarni ketika beliau mendampingi Pak Jarot Wahyudi dalam kerangka transformasi IAIN menjadi UIN Ketika era Prof. Amin Abdullah. Setelah itu mendengar saja ketika menjadi Wakil Dekan bidang administrasi dan keuangan, wakil dekan II fakultas Tarbiyah. Agak dekat dengan Bu Marni Ketika mengikuti program posdoktoral di era Prof Yudian Wahyudi. Saya diberi tugas sebagai ketua LP2M untuk membantu dalam urusan akademic writing. Bu Marni adalah orang yang rajin dan bersemangat. Tanpa kenal menyerah dan selalu berfikir positif. Setelah mendapatkan tugas menjadi Dekan fakultas Tarbiyah, kita saksikan semangat Bu Marni yang membara. Setiap saya telfon malam hari, jam 7, Bu Marni masih di kantor. Hari Sabtu dan Minggu pun masih di kantor. Setiap rapat RKU selalu hadir dan berusaha membawa kontribusi dan selalu melangkah lebih dahulu dari rapat itu sendiri. Soal kelas internasional, Tindakan dengan negosiasi mahasiswa, gerak profesorisasi, seminar, doktorisasi. Bu Marni orangnya rajin, terbuka, dan siap diajak berdiskusi dan maju.

Leadership Bu Marni sebagai Dekan bisa diketahui dari pidatonya. Penekanan beliau adalah Pendidikan transformatif, tidak hanya pendidikan dalam formalitas dan administratif. Tidak hanya pembangunan karakter. Kognitif yang meningkat, tetapi sejauh mana ilmu pengetahuan, perubahan siswa, dan peran guru dalam mendidik siswa yang berubah, lalu berkontribusi pada masyarakat. Untuk mencapai inti dari perubahan itu, Bu Marni sudah menunjukkan dalam Tindakan dalam ucapan. Bu Marni juga kolaboratif, selalu berusaha mengerti dalam team yang baik. Setiap diskusi di rektorat, setiap berunding selalu mengerti yang tidak setuju. Beberapa kali saya tidak begitu sependapat, dan Bu Marni tahu. Beliau berusaha untuk menyesuaikan diri. Tidak mudah itu karakter dan aklaq yang begitu. Dalam pidatonya, Bu Marni mengawali dengan landasan filosofis Muhammad Iqbal, Kuntowijoyo, yaitu ide tentang kenabian, humanisasi, liberasi dan transendensi. Tetapi Bu Sri Sumarni menegaskan pentingnya pengabdian. Beliau adalah orang beriman yang menjadi pendidik dan kembali mengingatkan pada sumbangan kita kepada masyarakat.

Bu Marni juga menghargai keragaman. Model uniformitas atau penyeragaman hanya akan mengantarkan kita pada menghilangkan potensi unik setiap individu, kata beliau. Nilai-nilai positif dan berfikir positif, menekankan semua pihak untuk bekerjasama dan berperan dalam Pendidikan tidak hanya dikelas, juga menjadi perhatian Bu Marni. Beliau juga tidak hanya konsen pada pendidikan, tetapi juga soal teamwork, dan kerja bersama. Ini yang harus kita kembangkan. Membangun kebersamaan, dan saling memahami. Saya hadirkan kata-kata beliau. “Karena itu, sinergi, komunikasi dan team building sangat diperlukan untuk mewujudkan mimpi Bersama,” demikian papar Prof. Phil Al makin.

Sri Sumarni lahir di Klaten pada 5 Juli 1963, dan merupakan putri sulung Almarhum Bapak Tugino Harto Sumanto dan Almarhumah Ibu Suminah dengan dua orang adik perempuan. Sri Sumarni menikah dengan Drs. H. Tugimin Amin Wijaya, M.Si. yang merupakan seorang guru SMA, tepat satu hari setelah wisuda sarjananya. Dari pernikahannya ini, mereka dikaruniai enam orang anak dan diramaikan oleh hadirnya tiga orang cucu. Sri Sumarni menempuh pendidikan sastra satu, magister dan doktor di Yogyakarta. Sayapnya mulai terkembang saat dirinya berkesempatan menjadi asisten dosen pada tahun 1990, di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di bawah naungan dosen senior Prof. Drs. Anas Sudijono, kemudian menjadi PNS Dosen pada tahun 1993. Pengalamannya mengikuti pelatihan penelitian agama dalam perspektif antropologi dan sejarah di tahun 1995 membuatnya tertarik melakukan penelitian tentang pendidikan dari perspektif antropologi dan sosiologi. Kontribusi yang dilakukan sri dalam Project Management Unit (PMU) IDB bersama dengan Drs. H. Jarot Wahyudi, S.H., M.A. membuat ia memiliki pengalaman dalam bidang menajerial, bersamaan dengan transformasi IAIN menjadi UIN Sunan Kalijaga. (Weni/Ihza/Dimas)