dd323a51-48bd-4aa0-aaad-7d6ca412456f.jpg

Jumat, 14 November 2025 12:37:00 WIB

0

Raih Doktor dalam 2,5 Tahun dengan IPK Sempurna, Akmal Bashori Tegaskan Studi Doktoral sebagai Perjalanan Intelektual, Emosional, dan Spiritual

Di tengah hiruk pikuk prosesi Wisuda Periode I Tahun Akademik 2025/2026 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, satu nama mencuri perhatian. Akmal Bashori, lulusan Program Doktor Ilmu Syariah Konsentrasi Hukum Bisnis Islam, resmi dinobatkan sebagai salah satu  Wisudawan Terbaik Tercepat tahun ini. Dengan IPK sempurna 4.00 dan masa studi yang hanya ditempuh dalam 2 tahun 5 bulan 22 hari, capaian Akmal bukan sekadar angka, tetapi jejak panjang dari disiplin, pengorbanan, dan komitmen yang ia genggam erat sejak hari pertama menapaki studi doktoralnya.


Lahir di Pemalang 35 tahun silam, anak pertama dari tiga bersaudara ini telah lama hidup dalam tradisi akademik. Pendidikan S1 dan S2-nya linear di bidang syariah, dan keputusan melanjutkan S3 bukan langkah spontan. “Secara akademik ini adalah jalur yang sudah saya tekuni sejak awal. Secara praksis, saya juga dihadapkan pada tuntutan profesi sebagai Kaprodi Hukum Ekonomi Syariah dan dinamika perkembangan ekonomi syariah di Indonesia,” tuturnya.

Bagi Akmal, studi doktor bukan arena sprint intelektual. Ia menyebut capaian akademiknya sebagai hasil perjalanan panjang yang ia siapkan jauh sebelum proposal disertasinya diajukan secara formal pada semester tiga.

“Sejak semester pertama saya sudah menyiapkan draft proposal. Setiap mata kuliah saya jadikan ruang untuk menguji gagasan, berdiskusi, meminta masukan, bahkan mengkritisi ulang rumusan saya sendiri,” kenangnya.

Gayung bersambut. Banyak dosen mengapresiasi draft awal yang ia rancang, membuatnya semakin mantap menyusun disertasi secara bertahap. Sembari kuliah, ia mulai mengumpulkan data, mengkaji literatur, dan menulis bagian demi bagian. Pola kerjanya sangat terstruktur, yakni membaca dan menulis sebelum Subuh, aktivitas akademik pada siang hari, dan revisi atau refleksi pada malam hari.

“Saya menerapkan prinsip menulis sambil meneliti, bukan meneliti dulu baru menulis. Dengan cara itu, proses akademik berjalan simultan dan produktif,” ungkapnya.

Pengorbanannya tentu tidak kecil. Waktu untuk keluarga ia akui sangat terbatas. “Alhamdulillah, kehilangan waktu itu sekarang telah terbayarkan,” ucapnya dengan nada syukur.

Akmal tak menutupi bahwa jalan doktoral penuh jebakan kejenuhan. “Tanda jenuh itu terasa ketika kualitas baca dan menulis menurun. Biasanya saya bisa menulis dua sampai tiga halaman per hari. Jika tiba-tiba tidak bisa, berarti ada yang harus diistirahatkan,” terangnya.

Cara mengembalikan ketenangan batin pun sederhana, mencari kuliner hangat, atau berziarah ke makam-makam orang saleh. “Ketenangan batin adalah fondasi produktivitas ilmiah,” katanya.

Dalam menghadapi hambatan intelektual, ia mengandalkan dialog dengan promotor, dosen, kolega, hingga memperluas perspektif melalui seminar nasional maupun internasional, serta memperkaya perspektif dengan membaca lintas disiplin, seperti teori-teori Barat modern maupun metodologi hukum Islam (usul fikih).

Interdisiplin baginya bukan gaya hidup akademis, melainkan kebutuhan epistemik. “Ini sejalan dengan visi keilmuan UIN Sunan Kalijaga,” ujarnya.

Kajian hukum ekonomi syariah di Indonesia, menurut Akmal, selama ini banyak didominasi pendekatan normatif-dogmatis atau deskriptif-historis. Celah inilah yang dia tangkap dalam disertasinya.

Ia menawarkan epistemologi hukum Islam model konseptual melalui paradigma ultra-doctrinal-method, sebuah pendekatan untuk membaca arah pembaruan hukum Islam di tengah dinamika modernitas.

“Fikih ekonomi hari ini bergerak dari relasi antarsesama individu menuju relasi antara individu dan lembaga ekonomi modern. Maka pembaruannya tidak bisa hanya bersandar pada kenormatifan yang beku,” jelasnya.

Sebelum dinyatakan lulus, Akmal telah menorehkan sejumlah capaian prestisius yang menunjukkan konsistensi akademiknya. Ia meraih Penghargaan Dosen Terproduktif selama dua semester berturut-turut di FSH UNSIQ pada Maret dan September 2024. Kiprahnya di dunia ilmiah juga teruji melalui dua penghargaan Best Paper, masing-masing pada International Conference on Sharia Economic Law (IcosLaw) 2024 di Bandung dan International Muamalat Conference (I-MAC) 2025 di Terengganu, Malaysia.

Di luar itu, ia tetap menjalankan tanggung jawab kepemimpinan sebagai Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah di Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo, memperlihatkan bahwa produktivitasnya tidak hanya hadir di ruang riset, tetapi juga dalam pengabdian akademik dan manajerial.

Prestasi ini juga menunjukkan bahwa ritme akademiknya tidak hanya produktif dalam disertasi, tetapi juga dalam dunia keilmuan yang lebih luas.

Bagi Akmal, keberhasilannya menyelesaikan studi doktoral dalam waktu singkat bukanlah hasil kerja seorang diri. Ada tiga pilar yang ia sebut sebagai fondasi utama perjalanan akademiknya. “Semua faktor saling terkait, tetapi yang paling dominan adalah disiplin diri yang didukung ketenangan batin dari keluarga dan arah intelektual dari promotor,” ungkapnya. Kombinasi ketiganya menjadi energi yang menjaga ritme belajarnya tetap stabil, menguatkan ketika jenuh, dan menuntunnya untuk tetap konsisten pada jalur akademik yang ia pilih.

Orang tua menjadi sosok paling berpengaruh dalam membangun integritas, kegigihan, dan kesederhanaannya sejak kecil. Sementara promotor membimbingnya untuk menjaga konsistensi argumentatif dalam riset. “Ilmu yang bermanfaat lahir dari niat yang tulus dan kerja keras yang konsisten,” tambahnya.

Kepada para mahasiswa doktoral yang tengah berjibaku menyelesaikan disertasi, Akmal menitipkan pesan yang lahir dari pengalaman personalnya. “Menulis disertasi bukan hanya soal riset, tetapi perjalanan pematangan diri. Nikmatilah prosesnya. Terbukalah terhadap kritik, dan jangan takut diperbaiki. Kuncinya adalah mengerjakan setiap hari meski hanya sedikit dengan hati yang tenang dan niat yang benar,” ujarnya.

Baginya, disertasi bukan diselesaikan karena terpaksa, tetapi karena tumbuh bersama diri penulisnya.

Di balik toga dan gelar doktor yang disematkan pada pagi itu, tersimpan kisah disiplin yang tidak riuh, proses panjang yang tidak tampak, dan ketenangan batin yang terus dijaga. Akmal Bashori bukan hanya lulusan tercepat dengan IPK sempurna, tetapi contoh bahwa akademia pada akhirnya adalah perjalanan spiritual dan emosional, lebih dari sekadar pencapaian intelektual. (humassk)