Pengukuhan Guru Besar Prof. Misnen Ardiansyah, Bahas Konservatisme Akuntansi dalam Perspektif Syariah

UIN Sunan Kalijaga (UIN SUKA) Yogyakarta menggelar Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Misnen Ardiansyah. S.E., M.Si, Ak. C.A. ACPA., sebagai Guru Besar/Profesor dalam Bidang Ilmu Akuntansi, Selasa, 11/04/2023 di Gedung Prof. RHA Soenarjo, SH atau Convention Hall UIN Sunan Kalijaga. Pengukuhan ini berdasarkan SK Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI nomor 5423/M/07/2023 dan menjadi pengukuhan guru besar pertama kalinya pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SUKA dan yang keempat dalam lingkup PTKIN. Hadir dalam Rapat Senat Terbuka kali ini antara lain: Ketua Senat, Prof. Siswanto Masruri, Anggota Senat, Rektor UIN SUKA, Prof. Phil Al Makin, para Wakil Rektor, Para Dekan, dosen dan tendik, keluarga besar, tamu undangan dan Mahasiswa UIN Suka.

Dalam pidato sidang senat terbukanya Prof. Dr. Misnen Ardiansyah membahas tentang "Konservatisme Akuntansi dalam Perspektif Syariah: Meneguhkan Perannya dalam Mencegah Kebangkrutan Perusahaan di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Global". Menurutnya, penting untuk meneguhkan kembali peran akuntansi konservatif dalam mitigasi risiko kebangkrutan perusahaan khususnya kalau dilihat dari sudut pandang syariah. Masalah ini penting karena akuntan sebagai penyedia informasi bagi pengambilan keputusan manajerial dan keuangan memiliki peran strategis dalam membentengi terimbasnya perusahaan dari dampak krisis ekonomi.

Prof. Dr. Misnen menggarisbawahi bahwa tulisannya berkontribusi dalam tiga hal: pertama, secara teoritis, menambah pengetahuan tentang penjelasan manfaat tidaknya pemilihan metode akuntansi yang konservatif baik secara konvensional maupun syariah dan apakah konservatisme akuntansi dapat memprediksi penurunan risiko perusahaan dari guncangan finansial, sekaligus menjadi penjelas pentingnya penerapan akuntansi konservatif di masa krisis ekonomi global. Kedua, secara praktis, bagi regulator dan badan-badan penyusun standar akuntansi, paparan ini bisa dijadikan landasan dalam menyesuaikan pedoman kebijakan akuntansi untuk menghadapi krisis ekonomi global. Sementara itu, bagi praktisi dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan dan pemilihan metode akuntansi yang tepat untuk menghindarkan kerugian maupaun kebangkutan akibat krisis ekonomi global. Dan ketiga, bagi penelitian mendatang dapat memberi petunjuk tentang pentingnya penerapan akuntansi konservatif dalam memitigasi risiko untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi global.

Ia mengemukakan bahwa prinsip konservatisme akuntansi yang mengutamakan pengakuan pendapatan yang lebih rendah dan pengakuan beban yang lebih tinggi ternyata sangat Islami, karena konservatisme akuntansi mengutamakan aspek kehati. hatian dan keadilan. Aspek kehati-hatian (prudence) penting dalam akuntansi syariah karena ada keharusan penggunaan pertimbangan yang hati-hati dan teliti dalam membuat estimasi dan pengukuran atas transaksi yang melibatkan ketidakpastian, yang tercermin dari pendekatan konservatif dalam mengakui pendapatan maupun biaya dalam laporan keuangan. Aspek kehati-hatian ini mencegah perilaku ceroboh dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya perusahaan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan finansial perusahaan. Sedangkan Aspek keadilan (justice) dalam akuntansi Islam juga ditekankan sebagai prinsip penting karena akan sangat berpengaruh terhadap pembagian bagi hasil dan kerugian, juga dalam pembayaran zakat. Keadilan dalam akuntansi Islam mencakup adil dalam pengukuran, pengakuan, dan presentasi transaksi dalam laporan keuangan. Prinsip keadilan ini mendorong penggunaan konservatisme akuntansi untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat memberikan gambaran yang jelas dan adil mengenai kondisi keuangan perusahaan. Setidaknya ada empat peran konservatisme akuntansi, antara lain Meminimalkan risiko kesalahan dalam pelaporan keuangan, Menjaga keandalan laporan keuangan, Meningkatkan transparansi, dan Meminimalkan risiko penggunaan estimasi yang tidak realistis.

Sebagai seorang akademisi dan praktisi akuntansi yang telah memiliki pengalaman yang cukup luas, Prof. Dr. Misnen Ardiansyah dianggap layak untuk diangkat sebagai Guru Besar/Profesor di bidang Ilmu Akuntansi. Pengukuhan tersebut merupakan sebuah penghargaan atas kontribusi dan dedikasinya selama ini dalam mengembangkan ilmu akuntansi serta berbagai karya ilmiah yang telah ia hasilkan. Mengakhiri penyampaian pidato ilmiahnya, Ia berujar, “Menjadi seorang guru besar bukanlah sekadar sebuah kebanggaan, tetapi juga sebuah tanggung jawab yang besar. Sebagai seorang akademisi yang telah mencapai posisi puncak di bidangnya, seorang guru besar harus semakin arif dalam berbicara, bersikap, dan bertindak. Profesi akuntan harus dijaga dengan sangat baik untuk menjaga kejujuran, keadilan, dan kesejahteraan umat. Bahkan, jika seorang akuntan atau pengacara yang memiliki peran penting dalam menjaga keadilan dan kejujuran dalam masyarakat sudah "jebol", maka dunia akan terancam kehancurannya. Oleh karena itu, seorang guru besar sebagai figur panutan di kalangan akademisi, harus memberikan teladan yang baik bagi mahasiswa dan masyarakat luas dalam menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang mulia.”

“Pidato Prof. Misnen yang saya pahami adalah pentingya konservatif dalam akuntansi dan ekonomi. Bertambah konservatif sesuai dengan prinsip-prinsip konvensional bertambah baik. Dan ekonomi syariah itu seperti itu. Sebetulnya ekonomi itu prinsip-prinsipnya sudah syariah. Jadi referensi dan landasan teoritisnya semua diambil dari penelitian-penelitian tidak harus syariah. Yang penting konservatif.” ujar Rektor Al Makin dalam sambutannya.

Konservatisme itu baik dan aman dari resiko guncangan finansial, krisis global, dan mengurangi resiko bangkrut atau gagal. Konservatisme juga menunjukkan kehati-hatinya, karena taat pada prinsip. Begitu juga saat krisis, atau ketidakpastian. Seperti cerita tentang UIN Sunan Kalijaga. Keuangan harus hati-hati dan benar sesuai aturan. “Kita sangat ketat diaudit Itjend dan BPK. Kita harus taati peraturan dan itu tidak sulit.” jelas Rektor. Standar biaya operasional sesuai dengan aturan. Semua remun harus sesuai dengan aturan. Semua tunjangan harus sesuai dengan aturan dan regulasi yang ada. Tidak ada yang minta lebih, tidak ada yang dikurangi. Semua adil sesuai dengan undang-undang. Kita aman dengan konservatif dan hati-hati.

Mengakhiri sambutannya, Prof. Al Makin berpesan untuk dapat bersikap konservatif juga dalam hidup khususnya terkait menerima apa yang ditakdirkan Tuhan. “Ketidakpuasan pasti ada terus dalam diri kita. Kita tidak pernah puas. Jangan turuti. Orang kaya bukan orang yang mempunyai semua diinginkan. Tetapi orang kaya adalah orang yang menerima dan bersyukur semua yang diterima dan ditakdirkan. Kata Buddha 2500 tahun lalu, tundukkan keinginan-keinginan kita, kuasai diri sendiri, sebelum menguasai dunia. Prinsip Epicurus, Pemikir Yunani 2500 tahun lalu, saya kira tepat. Karl Marx mempelajari Epicurus walaupun Karl Marx akhirnya mengambil prinsip yang berlawanan. Kepuasan dan semua tindakan sosial berdasarkan motif ekonomi, kata Marx. Epicurus sebaliknya mengajarkan menerima lajunya alam dan takdir, yang dalam bahasa China disebut Wu Wei atau tawakkal. Kita tidak akan pernah puas memenuhi kebutuhan: sex, harta, penghasilan, atau kedudukan. Semua menginginkan lebih banyak lagi. Kita harus menerima rizki kita, dan terus bersyukur, bukan menuntut yang lebih yang tidak ada di tangan, apalagi jika membanding-bandingkan orang lain yang mendapatkan lebih banyak dari kita.”

What Simon says about Peter is not about Simon, but about Simon. Simon gosip tentang Peter, jangan perhatian Peter, tetapi Simon yang ngegosip itu. Ini nasehat saya untuk diri saya sendiri: Jangan mudah menuduh. Jangan mudah menghasut. Jangan mudah membuat kesimpulan tanpa komunikasi. Kita bisa salah. Kita bisa salah paham. Kita bisa keliru. Maka betulkan diri sendiri. Bukan salah kenyataannya. It is not about the field, but the farmer. Bukan sawahnya yang salah, tetapi petaninya. Sawah benda mati dan netral, petanilah yang menggarap dan menanamnya. Bukan kenyataan yang harus dirubah, tetapi pendapat dan sikap kita. All is about opinions and perspective. Dan semua akhirnya kitalah yang harus berubah, if you can change situation, change it. If you cannot change situation, accept it. Sikap accept ini konservatif, berarti nerimo., pungkasnya. (Tim Humas)