Integrasi Interkoneksi Memadukan Ilmu Sosial dan Studi Keagamaan

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan seminar Evaluasi Visi dan Misi Fakultas, Rabu, (24/04/2019). Seminar yang berlangsung di Interactive Center FISHUM kali ini mengangkat tema “Penguatan Integrasi-Interkoneksi, Memadukan Ilmu Sosial dan Studi Keagamaan”

Seminar Series ini dimoderatori oleh Satih Saidiyah, Dipl Psy. M.Si. (Dosen Psikologi FISHUM) dan diisi oleh dua narasumber yakni Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah (Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) serta Ahmad Norma Permata, S.Ag., M.A., Ph.D. (Dosen Sosiologi FISHUM UIN Sunan Kalijaga). Hadir pula dalam acara ini Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Dr. Mochamad Sodik S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Erika Setyanti Kusumaputri, S.Psi., M.Si., Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr. Sabarudin, M.Si, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Sulistyaningsih, S.Sos., M.Si. Kaprodi dan Sekprodi Ilmu Komunikasi, Psikologi dan Sosiologi. Serta seluruh sivitas akademika FISHUM.

Dalam kesempatan seminar tersebut, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara. Menurutnya, tema dalam acara seminar kali ini merupakan tema yang menarik karena terkait dengan integrasi-interkoneksi. Beliau mengatakan bahwa kajian ini memiliki hubungan dengan tafsir ayat-ayat dan hadist dengan konteks masyarakat itu sendiri. Khususnya muslim di Indonesia yang secara kontekstual tidak bisa disamakan dengan masyarakat Arab. “Disinilah titik pentingnya Ilmu. Saya mengucapkan selamat atas terselenggaranya seminar ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Amin Abdullah dalam materinya menyampaikan mengenai peluang dan tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia di era disrupsi yang digagas bersama tim dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Menurutnya, buku yang menjadi materi dalam seminar kali ini merupakan Fresh Ijtihad yang baru saja terbit minggu ini.

“Begitu saya selesai menjabat sebagai Rektor pada tahun 2010, sekitar akhir tahun 2012 saya mendapat surat dari salah satu lembaga keilmuan. Namanya Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Saya ditawari menjadi anggota,” begitu beliau menceritakan awal bergabung dengan AIPI.

Dalam materi yang dibagikan, ia menjelaskan bahwa perkembangan dunia Perguruan Tinggi sekarang semakin dibayang-bayangi oleh munculnya universitas kelas dunia dan universitas riset (reseach institutions of higher education). Ada yang menyebutnya sebagai munculnya generasi ketiga dari sejarah panjang evolusi perkembangan pendidikan tinggi di dunia.

Hal ini menjadi tantangan bagi Pendidikan Tinggi Islam yang ada di Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar. Ada tiga kata kunci yang menggambarkan hubungan agama dan ilmu yang bercorak dialogis dan integratif, yaitu semipermeable (saling menembusi), intersubjective testability (keterujian intersubjektif), dan creative imagination (imajinasi kreatif).

Di sisi lain, Ahmad Norma Permata menyampaikan materi terkait Metodologi Martabat Lima: Mekanisme Empirik Integrasi-Interkoneksi untuk Ilmu Sosial-Humaniora dan Studi Agama. Dalam tulisannya ia mengatakan bahwa membangun relasi simetris antara agama (​Dirasah Islamiyah) dan ilmu pengetahuan modern (​Science) menjadi salah satu tren paling produktif di kalangan intelektual muslim seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ada lima level integrasi interkoneksi Ilmu Sosial-Humaniora dan Studi Agama yang dapat diaplikasikan secara empirik di lapangan. Pertama, level logika retoris. Kedua, level logika komparatif. Ketiga, level logika triagulasi. Keempat, level logika integrasi. Dan yang kelima yakni level logika interkoneksi. (Nurul)