Cegah Dana Amal Disalahgunakan, ISAIs UIN Sunan Kalijaga Gelar Pelatihan Filantropi Islam
Pusat Studi Islam Asia Tenggara (ISAIs) UIN Sunan Kalijaga menggelar pelatihan filantropi islam
Pusat Studi Islam Asia Tenggara (ISAIs) UIN Sunan Kalijaga menggelar pelatihan filantropi islam yang diintegrasikan dengan gerakan islam Washatiyah. Pelatihan ini diperuntukkan bagi lembaga amal, takmir masjid, dan ormas islam. Direktur ISAIs Ahmad Anfasul Marom menjelaskan pelatihan ini merupakan respon atas banyaknya kasus penyalahgunaan dana amal. Khususnya untuk kebutuhan terorisme di Indonesia. Dia mencatat pada Juli 2021 sebanyak kurang lebih 1.550 kotak amal terkait dengan pendanaan terorisme ditemukan oleh Densus 88.
“Pada tahun sebelumnya, Polri juga mengungkap sebanyak 20.068 kotak amal diduga digunakan sebagai pendanaan jaringan Jamaah Islamiyah di 12 daerah,” jelas Ahmad saat ditemui di Hotel Home Premiere Timoho, Minggu (13/3).
Ahmad menambahkan pelatihan ini juga dilakukan sebagai respon atas kasus terorisme yang baru-baru ini terjadi. Seorang dokter bernama Sunardi yang merupakan terduga anggota jaringan teroris kelompok Jamaah Islamiyah (JI) ditembak mati oleh Densus 88 di Sukoharjo.
Ahmad menuturkan sosok Sunari pernah menjabat sebagai penasehat amir JI. Selain itu juga penanggung jawab Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI).
“Kegiatan HASI menunjukkan adanya sinyal penyalahgunaan pemberian amal yang digunakan untuk mendukung tindakan kekerasan, dan menyediakan kebutuhan logistik bagi kelompok teroris,” kata Ahmad.
Ahmad menambahkan modus pendanaan terorisme dilakukan dengan mendirikan lembaga amal. Diantaranya Infaq Dakwah Center (IDC), Baitul Mal Ummah (BMU), Azzam Dakwah Center (ADC). Adapula Anfiqu Center, Gerakan Sehari Seribu (Gashibu), Aseer Cruee Center (ACC), Gubuk sedekah Amal Ummah (GSAU), RIS Al-Amin, dan Baitul Mal Al-Muunqin.
Menurutnya, itulah mengapa tak mudah dalam membongkar kedok-kedok filantropi semacam ini. Terlebih, anjuran berdonasi di kalangan umat islam telah melekat kuat dalam praktik ibadah. Hal ini bahkan tertanam dalam struktur lapisan agama dan budaya.
“Butuh pendekatan yang lebih strategis dan mendalam untuk membangun kesadaran beramal dikalangan masyarakat muslim. Mereka perlu diajak bersama untuk membangun sensitivitas terhadap aktivitas filantropi yang potensial untuk membangun masyarakat, namun di sisi lain juga berpotensi untuk disalahgunakan,” ujar Ahmad.
Pelatihan ini nantinya akan menghadirkan mantan Napiter, Jack Harun. Dia akan membagikan pengalamannya saat terlibat dalam penggalangan dana selama menjadi anggota JI.
“Kami berharap dengan materi-materi kunci seperti udar asumsi, ice berg analisis, sketsa keberislaman di Indonesia, menyelami filantropi, dan sharing langsung dengan ex jihadis akan membangun awareness,” kata Ahmad. (isa/dwi)
(Artikel ini telah dimuat di laman Radar Jogja edisi 13 Maret 2022)