Datangkan Pakar, Psikologi UIN SUKA Bahas Kesehatan Mental akibat Pandemi Covid-19

Kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 merupakan sumber stres baru bagi masyarakat dunia saat ini. Publik menyadari bahwa pandemi Covid-19 termasuk dalam situasi bencana. Pandemi Covid-19 telah meningkatkan kecemasan bagi banyak orang yang apabila tidak diberikan penanganan yang tepat dapat mengakibatkan masalah mental yang berkepanjangan. Faktor utamanya adalah depresi, akibat jarak dan isolasi sosial. Ketakutan akan Covid-19 menciptakan tekanan emosional yang serius. Rasa keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak telah mengganggu kehidupan banyak orang dan mempengaruhi kesehatan mental. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa sebagian besar respon inflamasi oleh virus mempengaruhi sistem saraf yang dapat menyebabkan gangguan kejiwaan. Gejala-gejala tersebut termasuk depresi dan kecemasan yang dapat mengacu pada perilaku bunuh diri apabila kondisi menjadi lebih buruk.

Bertolak dari hal tersebut diatas maka Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga pada hari Sabtu (02/04/2022) melaksanakan Kuliah Tamu yang dilaksanakan secara daring dengan tema “Covid-19 Related Psychological Problems” yang diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam rangka membangun ketahanan komunitas terhadap bencana non-alam seperti pandemic Covid-19 untuk mengurangi risiko lanjutan akibat pandemic dan krisis yang ditimbulkannya.

Acara Kuliah Tamu Psikologi Krisis dan Bencana ini dibuka secara resmi oleh Dekan FISHUM, Dr. Mohammad Sodik, S.Sos., M.Si dengan moderator Very Julianto S.Psi., M. Psi (Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Krisis dan Bencana Prodi Psikologi FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Turut hadir dalam acara ini yaitu Kaprodi Psikologi Lisnawati, M.Psi serta jajaran dosen dengan peserta yang bergabung mencapai 138 peserta.

Kuliah tamu ini sangat menarik minat dan antusias mahasiswa dengan kehadiran pakar dan praktisi dalam bidang psikologi klinis yaitu Ajeng J. Puspitasari, Ph.D., LP., ABPP., yang merupakan Clinical Director and Psychologist di Rogers Behavioral Health USA dan Maria Trenda, MSW, LICSW serta pakar psikologi bencana Laelatus Syifa Sari Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi UNS).

Sesi I dengan tema The Role of Behavioral Activation Therapy in Covid-19 pandemic. Sesi ini dilakukan secara interaktif antara pemateri dengan audiens. Pemateri yang merupakan pakar dan praktisi Behavioral Activation di Rogers Behavioral Health menyampaikan data mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental di berbagai Negara. Para peserta antusias berpartisipasi menyampaikan bagaimana adaptasi perilaku masyarakat Indonesia selama pandemi dimana masyarakat menjadi semakin giat bersepeda dan olahraga serta berkebun. Pemateri menekankan untuk keterampilan mengidentifikasi apakah suatu perilaku baru yang dilakukan seseorang yang mengalami tekanan mental merupakan perilaku menghindar (avoidance) ataukah perilaku yang memang bermakna dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Lebih lanjut, pemateri menjelaskan mengenai Behavioral Activation Therapy atau Intervensi Aktivasi Perilaku (IAP) mempunyai tiga komponen utama yaitu mendengarkan, memvalidasi, dan aktivasi perubahan perilaku. Teori di balik aktivasi perilaku adalah ketika orang menjadi depresi, mereka menghentikan aktivitas yang membuat mereka merasa lebih baik. Hal ini menyebabkan lebih sedikit emosi positif dan lebih banyak depresi, yang pada akhirnya memperparah kondisi depresi yang sedang dihadapi.

Tujuan IAP yakni membalikkan siklus depresi dengan meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas berharga, yang menaikkan kesempatan untuk memperoleh rasa tenteram dan rasa pencapaian dalam hidup. IAP telah digunakan selama berpuluh tahun sebagai pengobatan tunggal untuk depresi ataupun sebagai komponen perilaku dari terapi perilaku kognitif. Aktivasi perilaku biasanya dimulai dengan pelacakan aktivitas untuk menentukan mana yang membuat seseorang merasa lebih baik dan tidak. Dalam pemaparannya Maria menjelaskan bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang besar, mulailah dari sesuatu yang kecil terlebih dahulu, "break goals into smaller parts". Dan percayalah bahwa kepingan-kepingan kecil tersebut pasti akan membawa kita pada tujuan yang sebenarnya. Maria merupakan survivor penyandang disabilitas mental yang berhasil keluar dari krisis dan semakin bertambah kapasitasnya setelah konsisten menjalani behavioral activation therapy di Rogers Behavioral Health USA.

Sedangkan Sesi II disampaikan oleh Laelatus Syifa Sari Agustina S.Psi., M.Psi. yang merupakan dosen Psikologi UNS. Pada sesi ini, pembicara memberikan materi mengenai PFA (Psychological First Aid) dalam menangani krisis kebencanaan. Pembicara menjelaskan bahwa terdapat 3 hal yang paling penting dalam menangani Psikologi Kebencanaan yaitu learn, look, and link. Dalam kebencanaan kita dituntut untuk sangat peka atas situasi krisis yang sedang dihadapi. Learn artinya kita harus mempelajari betul atas bencana yang dihadapi dan segala bentuk penanganannya, look berarti kita melihat sekitar dan mengobservasinya. Dan yang terakhir adalah link yaitu menghubungkan berbagai data yang telah kita dapat sehingga dapat merumuskan penanganan yang tepat.

Kuliah tamu ini sangat bermanfaat dan menambah wawasan untuk para mahasiswa dan tentunya menambah relasi baru dari kancah internasional. Para pakar dan praktisi menyampaikan dengan sangat interaktif berbagai masalah psikologi terkait krisis dan bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia. Kegiatan ini diharapkan menjadi landasan untuk meningkatkan kerjasama internasional dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dengan melihat berbagai perspektif baru dari sudut pandang yang berbeda di seluruh dunia (Mfh/Nurul/Ihza).