Pimpinan UIN Sunan Kalijaga Diskusi Penguatan Moderasi Beragama dengan Alissia Wahid

Sejumlah pimpinan UIN Sunan Kalijaga yang mengikuti TOT Penguatan Moderasi Beragama mendapatkan pembekalan dari Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, 4/8/2023. Alissa menyampaikan materinya tentang Kepemimpinan dan Kepeloporan Moderasi Beragama.

Di hadapan para peserta TOT Alissa menyampaikan, Kepemimpinan menjadi kekuatan untuk melakukan pergerakan. Berkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI, kepemimpinan harus dapat menggerakkan kemajuan bangsa dan negara, serta mengayomi kemajemukan. Tidak berpihak pada satu golongan tertentu. Kalau ingin menjadi pemimpin bangsa dalam bingkai NKRI, ya menyesuaikan konsep kenegaraan NKRI bukan merasa benar sendiri sebagai muslim. Mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan, kepentingan seluruh umat beragama, bukan kepentingan umat muslim saja.

Sementara itu dalam Moderasi Beragama, apa yang diperjuangkan? Yakni; konsistensi, meneruskan perjuangan Gus Dur, bagaimana merangkul semua umat. Tak perlu modal materi, modalnya mental yang kuat dan konsisten menyuarakan moderasi di bidang masing masing. Tularkan pemikiran moderasi di lingkungan kita masing masing tak kenal lelah seperti Gus Dur. Gus Dur memiliki jiwa konsisten hingga mengarah pada spiritualitas yang tinggi, dalam menebar Moderasi Beragama, karena jiwa konsisten itulah, banyak orang yang tergerak. Dalam hal materi untuk mendukung pergerakanpun, Gus Dur dibantu banyak orang. Bahkan yang beda imanpun mau banyak berkorban untuk membantu Gus Dur dalam menebar nilai-nilai Moderasi Beragama.

Kenapa penyebaran nilai-nilai moderasi beragama sampai saat ini belum bisa menandingi gerakan ekstrimisme. Kita umat Muslim Moderat belum ada yang gigih melakukan gerakan seperti yang Gus Dur lakukan. Karena itu penting dibudayakan orkestrasi gerakan untuk mempersuasi yang lain.

Tentang kepemimpinan menurut Alissa. Ada kecenderungan orang mempumpin orang lain yang kapasitasnya lebih rendah. Sementara pemimpin yang berhasil adalah orang yang dapat memimpin orang lain yang kapasitasnya lebih tinggi. Ini bisa dicapai oleh orang-orang yang melakukan pergerakan. Dimana kefokusan pada satu gerakan menentukan kualitas kepemimpinan seseorang. Sementara kualitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kuat tidaknya pengaruh dan kepercayaan.

Maka ada lima tingkatan kepemimpinan. Pertama; kepemimpinan karena jabatan. Orang akan menurut karena posisinya sebagai atasan. Power didapatkan dari jabatan. Ini wujud kepemimpinan pada tingkatan paling bawah. Yang kedua; permission. Pemimpin karena pribadi. Memenuhi kaidah kepemimpinan, pandai membangun hubungan yang baik. Yang ketiga; production. Orang orang yang dipercaya menjadi pemimpin karena dapat melakukan perubahan, lebih baik, lebih maju dst. Contoh Ignatius Jonan. People development; Pemimpin yang memiliki kekuatan untuk mencetak pemimpin-pemimpin lain-pemimpin masa depan. Yang kelima; personhood: sudah tidak ada pun masih berpengaruh. Contoh Martin Luther, Mahadma Gandi, Gus Dur dan lain lain.

Oleh karena itu, Moderasi Beragama harus dapat mencetak pemimpin-pemimpin masyarakat, pemimpin bangsa yang tanpa jabatan pun bisa berpengaruh. Trainer Moderasi Beragama harus dapat melahirkan masyarakat moderat yang semakin meningkat.

Realitanya; Moderasi Beragama masih dipandang sebagai liberalisme, Islamofobia, sehingga timbul narasi narasi tolak Moderasi Beragama. kembali ke Islam yang kaffah. Ini resistensi. Semakin banyak resistensi, artinya kita sudah berjalan di jalan yang benar, ini sudah diperhitungkan. Tugas para Trainer Moderasi Beragama adalah memberi pemahaman yang terus menerus kepada seluh masyarakat Indonesia, agar konsep Moderasi Beragama dipandang positif, dan diterapkan semakin baik, demikian papar Alissa Wahid. (Weni/Doni)