UIN Sunan Kalijaga, Perguruan Tinggi pertama bangun Smokeless Incinerator
Sampah saat ini telah menjadi persoalan serius di kota Yogyakarta dan sekitarnya dengan sering ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan dikarenakan kondisinya sudah penuh. Bahkan mulai tahun 2023 ini, jenis sampah yang hanya boleh dibuang di TPA Piyungan adalah jenis sampah organic. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta tahun 2013 menunjukkan sampah terbanyak diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) paling banyak adalah dari Kota Yogyakarta (34,89 persen), kemudian Sleman (13,17 persen), Kulon Progo (7,20 persen), Gunung Kidul (5,37 persen), dan terakhir Bantul (1,91 persen).
Permasalahan sampah kota sebenarnya masih manjadi masalah seperti di Amerika, Jepang, Eropa. Adapun strategi yang mereka lakukan yakni waste reduction yakni sampah dibakar dalam beberapa sistem pembakaran termasuk travelling grate, rotary kiln, dan fluidized bed. Di Amerika Serikat dan Asia menggunakan modular Smokeless Incinerator (SI), yang membakar sampah tanpa preprocessing, juga digunakan. Teknologi fluidized bed untuk sampah kota dalam ukuran partikel tertentu - ini biasanya memerlukan beberapa proses pretreatment dan pemilihan limbah.
Kapasitas pembakaran insinerator sampah biasanya berkisar dari 90 sampai 2.700 ton sampah kota per hari. Proses lainnya telah dikembangkan yang didasarkan pada decoupling dari fase yang juga berlangsung di insinerator: pengeringan, penguapan, pirolisis, karbonisasi dan oksidasi limbah. Gasifikasi menggunakan agen gasifikasi seperti uap, udara, oksidakarbon atau oksigen juga diterapkan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi volume gas buang dan terkait biaya pengolahan gas buang. Banyak pengembangan tersebut telah sesuai dengan masalah teknis dan masalah ekonomi saat ditingkatkan untuk komersial, ukuran industri. Beberapa digunakan secara komersial (misalnya di Jepang) dan lain sedang diuji dalam demonstrasi di seluruh Eropa, tetapi hanya sebagian kecil dari kapasitas pengolahan secara keseluruhan bila dibandingkan dengan incinerator, tingkat daya musnahnya.
Insinerasi atau pembakaran digunakan untuk rentang yang sangat luas sebagai pengolahan limbah. Insinerasi itu sendiri umumnya hanya satu bagian dari sistem pengolahan limbah kompleks untuk manajemen keseluruhan dari berbagai limbah yang timbul dalam masyarakat. Tujuan dari pembakaran sampah adalah untuk mengolah limbah sehingga dapat mengurangi volume dan bahayanya, selain itu juga dengan menangkap atau menghancurkan zat berbahaya yangmungkin dilepaskan selama pembakaran.
Dr.Munawar Ahmad melakukan riset terkait SI sederhana untuk kawasasn skala komplek kampus dari berbagai literatur. Dalam teorinya, insinerator biasanya dirancang secara umum untuk pembakaran oksidatif penuh dengan kisaran suhu 850 °C - 1.400 °C. Ini mungkin suhu di mana proses kalsinasi dan mencair juga dapat terjadi. Gasifikasi dan pirolisis merupakan perlakuan termal alternatif yang membatasi jumlah udara pembakaran utama untuk mengubah sampah menjadi gas proses, yang dapat digunakan sebagai bahan baku kimia atau dibakar untuk pemulihan energi.
Diakui memang banyak disain dan pola SI mulai disain sederhana hingga yang canggih, dan dari skala rumah tangga hingga pabrik dan rumah sakit, maka terpilih disain yang ramah lingkungan, mudah pengerjaanya, serta tidak memerlukan bahan baku yang mahal, yakni Smokeless Incinerator. Adapun material yang digunakan yakni hebel untuk dindingnya, untuk kapasitas 2 kubik , berukuran 2 meter x 2 meter x 2 meter, dengan tinggi cerobong asap 2,7 meter.
Lokasi Pengabdian Masyarakat ditetapkan berada di lingkungan Kampus UIN Sunan Kalijaga. Gagasan tersebut pertama kali disampaikan kepada Kepala Biro PAU, Dr. Moh. Sodiq, kemudian dipertemukan dengan kepala bagian kerumahtanggaan UIN Sunan Kalijaga, Ir. Radiman yang memberi pengarahan terkait tempat dan metode penanggulangan problem sampah yang dirasakan oleh kampus. Perancangan dan penataan lahan, dimulai 16 septembar 2024, dibantu oleh 5 orang tenaga lapangan, yakni Bapak Yadi, Bapak Apin, Bapak Anang, Bapak Norudin, dan Bapak Nasrul. Pembangunan selesai 30 september 2024. Kemudian pembakaran perdana dilakukan tanggal 3 Oktober 2024, sekaligus diadakan penyerahan incinerator kepada pihak UIN Sunan Kalijaga,diwakili oleh Ir. Radiman, selaku kepala bagian kerumahtanggaan.
Dengan demikian, sepertinya baru UIN Sunan Kalijaga yang memiliki manajemen sampah berbasis incinerator, sebagai Upaya tepat guna untuk menyelesaikan penimbunan sampah yang selama ini berbiaya tinggi. Dalam perencanaan ke depan menurut Ir. Radiman di Lokasi incinerator akan dibangun Bank Sampah, sebagai komitmen UIN Sunan Kalijaga dalam melaksanakan program Rektor baru, yakni beautisasi kampus, menuju clean, and green campus. (Tim Humas)