IMG-20251028-WA0148.jpg

Senin, 27 Oktober 2025 22:48:00 WIB

0

Di Vatikan, Menag Nasaruddin Umar Bicara Persaudaraan dan Kenang Persahabatannya dengan Paus Fransiskus

Vatikan, 27 Oktober 2025 — Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menjadi salah satu pembicara pada Forum Internasional untuk Perdamaian bertajuk “Daring Peace” yang digelar di Vatikan, Roma. Dalam forum yang dihadiri para tokoh lintas agama dunia itu, Menag menyampaikan pesan tentang persaudaraan universal sekaligus mengenang persahabatannya dengan mendiang Paus Fransiskus.

Tepuk tangan panjang dari tamu undangan menggema di akhir sambutan Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Forum internasional ini diselenggarakan oleh Komunitas Sant' Egidio dan dipimpin oleh Presiden Komunitas, Prof. Marco Impagliazzo. Sejumlah tokoh dunia hadir, di antaranya Grand Syekh Al Azhar dan Ketua Majelis Hukama Muslimin, Prof. Dr. Ahmed Al Tayeb, para kardinal, uskup, pastor, suster, serta delegasi lintas agama dari lebih 50 negara.

“Ketika saya mendengar kabar duka dari Vatikan, saya merasa tak percaya. Semua kenangan tentang Paus Fransiskus muncul di benak saya. Saya merasakan tarikan keras di hati saya,” kenang Menag dalam sambutannya.

Menag didampingi oleh Staf Ahli Adiyarto Sumardjono, Duta Besar RI untuk Takhta Suci Michael Trias Kuncahyono, Duta Besar RI untuk Italia Junimart Girsang, serta Sekretaris Menteri Akmal Salim Ruhana.

Menurut Menag, ia menerima kabar wafatnya Paus Fransiskus beberapa jam setelah mendapat undangan berbicara di forum ini. Padahal, ia berharap dapat kembali bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan bulan Oktober ini.

“Ada begitu banyak kenangan tak terlupakan bersama Paus Fransiskus. Bahkan ketika saya melihat foto kami — saya mencium kening beliau dan beliau mencium tangan saya — saya merasa seolah beliau masih bersama kami,” ucap Menag dengan suara bergetar.

Ketika dua foto bersejarah itu ditampilkan di layar, suasana ruang sidang hening. Menag sempat terdiam dan berkata lirih, “Maaf, saya sangat emosional saat ini.” Sebagian besar hadirin pun tampak terharu.


Menag Nasaruddin mengenang ketulusan dan kedalaman kasih Paus Fransiskus saat berjabat tangan dengannya. “Itu bukan sekadar gestur seremonial, melainkan pengalaman spiritual tentang persaudaraan umat manusia,” ujarnya.

Dalam percakapan singkat mereka, Paus Fransiskus merujuk pada ensiklik Fratelli Tutti, menekankan pentingnya menjadi saudara dan saudari tanpa batas agama, ras, maupun bangsa.

“Saya lalu menjelaskan prinsip Islam tentang persaudaraan manusia. Kami tersenyum, menyadari bahwa kitab suci kami menyampaikan pesan yang sama: kemanusiaan berada di atas segalanya,” papar Menag.

Menag juga mengenang kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024. Saat itu, Jakarta menjadi “panggung harmoni” yang memancarkan semangat toleransi dan dialog antaragama.

“Beliau menekankan pentingnya memupuk persaudaraan dan kesetaraan umat manusia di tingkat global,” ujar Menag.

Dalam kunjungan tersebut, Menag dan Paus Fransiskus menandatangani Deklarasi Istiqlal bersama para pemimpin lintas agama di Indonesia. Paus Fransiskus meninggalkan pesan bagi bangsa Indonesia:

“Menyatu dalam keindahan tanah ini, tempat pertemuan dan dialog antarbudaya dan agama yang beragam. Saya berdoa agar rakyat Indonesia terus bertumbuh dalam iman, persaudaraan, dan kasih sayang. Semoga Tuhan memberkati Indonesia.”

Paus Fransiskus dikenang masyarakat Indonesia sebagai pemimpin penuh kasih, rendah hati, dan peduli lingkungan. Ensiklik Laudato Si menjadi warisan spiritualnya, menyerukan agar manusia mencintai bumi dan seluruh ciptaan.

“Paus Fransiskus tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi meneladankannya dalam kesederhanaan. Beliau datang ke Indonesia dengan hati yang tulus dan sikap yang bersahaja,” tutur Menag.

“Bagi saya, Paus Fransiskus adalah sosok beriman teguh, rendah hati, dan penuh harapan. Ia memberi teladan tentang pelayanan kepada sesama, kebaikan, dan cinta bagi semua makhluk. Beliau mengajarkan kita hidup sederhana namun bermakna,” tandas Menag.