Seminar Series Mengantar Purna Tugas Prof. H.M. Amin Abdullah Jadi Rujukan, Panutan dan Uswatun Hasanah Lintas Generasi, Pemikiran Prof. Amin Tak Akan Purna

UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan Seminar Series dan LaunchingBuku “70 tahun Prof. H.M. Amin Abdullah: Pemikir, Guru dan Pemimpin,” bertempat di Gedung R.H.A. Suenardjo, S.H., kampus UIN Sunan Kalijaga, 14/8/2023. Forum ini diikuti Sivitas Akademika UIN Sunan Kalijaga, para kolega, para murid Prof. H.M. Amin Abdullah yang tersebar luas di seluruh Indonesia, maupun di luar negeri. Berlangsung secara daring dan luring, Prosesi akademik kali ini dapat dilihat di kanal Youtubehttps://youtube.com/live/jkD2KgtjI7M. Tidak kurang dari 1.600 orang peserta seminar series yang mengikuti secara daring. Hadir juga pada forum ini Prof. Khoiruddin Hidayat sebagai kawan dekat Prof. Amin Abdullah, dan Prof. Mutawali sebagai salah satu murid Prof. Amin Abdullah.

Sambutan Prof. H. Al Makin mengawali berlangsungnya seminat series. Di awal sambutannya Prof. Al Makin antara lain menyampaikan, UIN Sunan Kalijaga sangat beruntung mendapatkan guru seperti Prof. Amin Abdullah. Semua kisah sudah tertuang di dalam buku yang tebalnya 799 halaman, PDF-nya bisa didownload di Digilib Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. “Ini adalah Selebrasi kedua setelah sebelumnya dilakukan di Universitas Ahmad Dahlan, yakni buku tentang Prof. Amin Abdullah yang diterbitkan oleh PP. Muhammadiyah. Di dalamnya berisi testimoni oleh para Mahasiswa, kolega, didikan, dan kawan sejawat Prof. Amin Abdullah. Tidak diragukan lagi, Prof. Amin Abdullah sudah seperti mitos,” kata Prof. Al makin. Menurut Prof. Al Makin, jika menyebut kampus ini, bagaimana kampus ini dibangun setelah bertransformasi mulai tahun 2006, bagaimana fakultas – fakultas seperti Sains dan Teknologi, Sosial dan Humaniora, sekarang bisa dinikmati bersama. Semua itu pioneernya adalah Prof. Amin Abdullah. Demikian juga jika berbicara tentang relasi Ilmu Sosial, Sains dan Teknologi, dan Ilmu Agama, konsep Prof. Amin Abdullah menginspirasi para ilmuwan, akademisi, peneliti, para analis di dalam dan luar negeri. Konsep Prof. Amin Abdullah (Integrasi-Interkoneksi Keilmuan) sudah sangat dikenal di tingkat global.

Prof. Al Makin menyampaikan, di dalam buku tentang Prof. Amin Abdullah ini, pihaknya ikut menulis sepadan dengan tulisan yang biasa dikirim ke jurnal ilmiah. Dalam tulisannya, Prof. Al Makin mengupas kepribadian Prof. Amin Abdullah sebagai Pemikir, Guru, dan Pemimpin. Sebagai seorang Pemikir, reputasi Prof. Amin Abdullah sudah melebihi dari sekedar intelektual dan akademisi. Prof. Amin Abdulah berhasil merevolusi pemikiran para intelektual. Sebagai Guru, Prof. Amin Abdullah menginspirasi ribuan Mahasiswaanya. Telah banyak murid Prof. Amin Abdullah yang menyusulnya menyandang Guru Besar dan memimpin Lembaga atau Perguruan Tinggi. Jadi sudah layak kampus UIN Sunan Kalijaga melakukan Thabaqad,seperti Thabaqad Imam Syafi’i. Maka ada Thabaqad Amin Abdullah yang isinya para Murid/Mahasiswa yang terinspirasi dari Pemikiran Prof. Amin Abdullah.

Dalam buku ini juga berisi karir, lawatan akademik ke luar negeri, dan buku buku karya Prof. Amin Abdullah. Banyak pemikir dan intelektual di Indonesia yang mudah tergoda dengan kegiatan-kegiatan lain, sehingga lupa memproduksi ilmu pengetahuan. Tetapi tidak Prof. Amin Abdullah. Dia terus melahirkan gagasan-gagasan Ilmiah dan terus meninspirasi. Prof. Amin Abdullah bijak, memiliki kedalaman batin, kelapangan hati dan visioner. Inilah Prof. Amin Abdullah, jadi UIN Sunan Kalijaga melepas purna tugas Prof. Amin Abdullah dengan rasa syukur, UIN Sunan Kalijaga memiliki Prof. Amin Abdullah. Pihaknya berharap usai purna tugas di kampus UIN Sunan Kalijaga, menjanjikan kesempatan yang lebih luas lagi untuk Prof. Amin Abdullah menjadi Guru Bangsa, yang tidak hanya menginspirasi tentang ilmu, tetapi juga hikmah, seperti dalam Q.S. Al Baqarah: 169. Saat ini Prof. Amin Abdullah menjadi Dewan Penasehat Badan Pembina Ideologi Pancasila meneruskan Buya Syafi’i Ma’arif.

Dalam sambutannya, Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof. Abdul Mustaqim, M. Ag. Menyampaikan, Keberhasilan Prof. Amin Abdullah adalah karena supportistri, Nurhayati Amin Abdullah. Penulisan Buku 70 tahun Prof. Amin Abdullah adalah hasil kerja sama Program Pascasarjana dengan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, yang dinahkodai oleh: Waryani Fajar Riyanto, Jafar Assegaf, Nur Edi Prabha Susila Yahya, Zulkipli Lessy, Muhammad Anshori dan Azaki Khoirudin. Terbitnya buku ini merupakan penghormatan untuk Prof. Amin Abdullah sebagai Ketua DPA Pascasarjana. Pihaknya berharap melalui buku ini semua pihak bisa belajar dari biografi Prof. Amin Abdullah sebagai pemikir besar yang produktif.

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Prof. Inayah Rahmaniyah juga memberikan sambutannya. Disampaikan, perayaan purna tugas dan launchingbuku tentang Prof. Amin Abdullah merupakan moral kompas dan referensi akademik, dan Uswatun Hasanah, baik sebagai sikap/perilaku akademisi/Dosen. Prof. Amin Abdullah tidak pernah alpa mengajar. Sesibuk apapun tetap mendahulukan untuk mengajar. Sebagai pimpinan yang mengayomi semua. Prof. Amin Abdullah menjadi trademarkdan benchmark-nya Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga. Orang mengenal Prof. Amin Abdullah menjadi blessingFakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam. Fakultas otomatis juga menjadi terkenal. Salah satu ditandai dengan tingginya animo Mahasiswa ke FUPI. Jika Prof. Amin Abdullah mendunia, FUPI juga ikut mendunia. Juga di Pusat Studi Gender, Prof. Amin Abdullah bukan hanya menjadi idola, tetapi juga menjadi motivator yang mendorong para aktifis Gender untuk berjuang, memihak kepada kelompok-kelompok marginal termasuk perempuan. Bukan hanya ahli Gender, Prof. Amin Abdullah juga berpihak dan berani mengatakan pemihakan itu di depan publik , dan itu menjadi semangat bagi kelompok marginal.

Prof. Amin Abdulah menjadi legendaris, dan menjadi magnet seperti anggapan Prof. Robert Hafner dari Boston Universitypada launching Buku 70 tahun Prof. Amin Abdullah, bahwa Prof. Amin Abdullah adalah seorang yang memberi sumbangan yang signifikan dalam revitalisasi Perguruan tinggi di Indonesia. Kalau dulu di Barat bahkan di kalangan pengkaji Islam sendiri , sebagian besar menganggap bahwa Studi Islam di Indonesia itu berada di pinggiran. Namun belakangan ini mengalami perkembangan yang luar biasa. Pertama selain karena sebagai negara yanga mayoritas Muslim, yang Sekarang mulai memiliki khasanah intelektuan, tradisi massa (ormas Muslim yang paling bagus di dunia termasuk dalam segi pendidikan Islam). Salam satunya tentunya karena revitalisasi yang dilakukan Prof. Amin Abdullah.

Berkait Revitalisasi ini pula pendidikan lingkup PTKIN menjadi Perguruan Tinggi Islam terbaik di dunia. Revitalisasi menjadi titik temu, dan itu sesungguhnya yang dicari dalam Studi Ke-Islaman. Sementara paradigma keilmuan yang dibangun Prof. Amin Abdullah, hingga bisa diakui Kemenang. Dan saat ini paradigma keilmuan Intregrasi-Interkoneksi menjadi acuan seluruh PTKIN di Indonesia. Bulan Juli kemarin FUPI me-launchingProgram S2 dan S3 Aqidah dan Filsafat Islam, dengan menghadirkan berbagai Narasumber, salah satunya adalah Prof. Afidi Alqiti dari Oxport UniversityAmerika Serikat. Ia mengomentari bahwa masa depan filsafat Islam di Indonesia dan di dunia itu ada di dalam Hymne UIN Sunan Kalijaga (integrasi-interkoneksi agama dan ilmu semesta). Dan itu yang dibangun oleh Prof. Amin Abdullah. Ada juga gagasan Prof. Amin Abdullah tentang MIT-Multydisiplin-Interdisiplin-Transdisiplin akan terus disosialisasikan dan diseminasikan di FUPI melalui kerja sama dengan Institute Laimena sesuai dengan amanah Prof. Amin Abdullah. FUPI Sudah mensosialisasikan dan menginspirasi ribuan guru. Kurang lebih 5.000 orang guru di Indonesia telah belajar tentang MIT yang dibangun Prof. Amin Abdullah. Dan itu sudah diturunkan ke dalam Program yang kongret pada rencana pembelajaran agama dengan literasi lintas budaya di kelas kelas.

Sementara itu, Prof. Khomaruddin Hidayat menyampaikan, lima tahun bersama di Turki, merasa beruntung bersama Prof. Amin Abdullah. Menurutnya kualitas kependidikan di Turki bisa dilihat dari Prof. Amin Abdullah. Tahun 1985 Turki itu belum masuk radar intelektual sebagai tempat tujuan studi lanjut dari Indonesia. Kala itu orang mendalami Islam ke Mesir atau ke Mc. gill atau Chicago. Pulang dari Turki bersama Prof. Amin Abdullah orang banyak meragukan. Tetapi melalui kedalaman keilmuan Prof. Amin Abdullah, orang jadi menghargai Turki.

Di forum ini Prof. Khoirudin Hidayat merefleksi didasari ceramah Yuval Noah Harari (pemikir fenomenal abad ini). Dalam satu temanya disampaikan, mengapa manusia itu bisa memimpin dunia. DNA yang dekat manusia adalah simpanse. Bayangkan misalnya 1.000 simpanse masuk kota, apa yang terjadi. Pasti kacau. Tapi ketika 1, 2, 3 juta manusia masuk kota nggak ada masalah. Yang ada mereka akan membangun peradaban. Karena kelebihan manusia dibanding simpanse adalah mampu bekerja-sama. Manusia memiliki kekuatan kolektifitas. Secara individu kecil belum bermakna, usianyapun terbatas. Tetapi sebagai satu kolektifitas berkelanjutan, manusia itu luar biasa. Sehingga manusia bisa berkembangan dari tataran natural kepada kultural, dan ditarik lagi ke atas spiritual. Manusia memiliki reflectif tingking,intelektualitas, moralitas, dan itu belum cukup kalau tidak mau naik ke tataran spiritualitas. Sosok Prof. Amin Abdullah secara jelas dan konsisten dapat melahirkan tulisan-tulisan yang kredibel menjelaskan eksistensi, visi dan perjalanan manusia dari level – level tersebut.

Karena kehebatan manusia itu ada pada kerja sama, Prof. Amin Abdullah memberikan kerangka epistemologis yang disebut interkoneksitas. Sadar atau tidak yang dikatakan Prof. Amin Abdullah sejalan dengan al Qur’an. Seperti Newton ketika kejatuhan apel kemudian dapat menemukan teori grafitasi. Prof. Amin Abdullah dapat menafsirkan ayat demi ayat dengan interkoneksitas, sehingga ketika membaca dan memaknai mengungkap temuan temuan baru keilmuan yang saling mendukung dan melengkapi. Al Qur’an nggak akan habis digali karena terjadi interkoneksitas dari pemikiran Prof. Amin Abdullah. Termasuk keilmuan semesta dan keilmuan sosial juga begitu. Juga cara kerja otak, ada interkoneksitas (berkait-kaitan). Sekarang tidak ada lagi linieritas, karena akan terjadi mis-leading.

Prof. Amin Abdullah memberikan pendekatan paradigmatik (penjabaran normal sains). Keterkaitan hukum semesta, keterkaitan alam raya, cara kerja otak, ilmu pengetahuan dan keterkaitannya dengan al Qur’an dipotret oleh Prof. Amin Abdullah. Sayangnya di Indonesia jarang ilmuawan yang dengan tekun mengembangkan tradisi riset terus setapak demi setapak, seperti yang dilakukan Prof. Amin Abdullah.

Prof. Khomaruddin Hidayat merasa beruntung belajar bersama Prof. Amin tentang studi komparatif di bidang filsafat antara Barat dengan Dunia Islam, dari era Yunani hingga zaman mutakhir. Bagaimana perkembangan sebuah ide yang terus berkembang, membuktikan bahwa tidak ada sesuatu yang baru, tetapi terus berkembang yang dijabarkan oleh Filsuf Frederick Copleston dalam bukunya History of Philosophy.Itu yang menjadi awal kegigihan Prof. Amin Abdullah dalam mengembangkan pemikirannya. Prof. Khomaruddin Hidayat berharap, ada riset lanjut dari apa yang telah diperjuangkan Prof. Amin Abdullah.

Dalam Pemikirannya pula Prof. Amin Abdullah mengajak untuk memahami bahwa hidup itu dalam jejaring makna. Dan jejarinng makna itu terjadi interkoneksitas. Jadi sekarang tidak lagi linier, tapi ke dalam dan ke samping. Ilmu tanpa terkoneksikan dengan yang lain, ilmunya tidak teraktualkan. Maka Nabi Muhammad memiliki Sidiq, Amanah, Tabliq dan Fathanah yang memberikan fondasi pembangunan perasaban. Dan ini yang lama hilang dari Islam. Oleh Prof. Amin Abdullah ditulis bagus sekali pada bagian akhir buku ini. Ditemukan dan dijabarkan lagi dalam pemikiran Prof. Amin Abdullah.

Masyarakat Barat pasca renaissance menemukan kejayaan sains positivisme. Tetapi kehilangan pondasi spiritualitas. Sementara dunia Islam sibuk pada dunia tasawuf, loncat pada dunia politik. Sibuk urusan-urusan pragmatisme sosial-politik. Tidak sempat menata bangunan peradaban. Ke depan Islam dan Barat mesti ketemu. Tidak mungkin keduanya bertahan, tanpa satu pilar. Yang oleh Prof. Amin Abdulah disatukan dalam Integrasi-Interkoneksi antara dimensi sains yang bersifat empiris-positif, dengan demensi etika/spiritualitas agama. Pemikiran Prof. Amin Abdullah inilah basis peradaban. Dan peradaban itu seperti spiral yang naik, turun dikit naik lagi dan seterusnya, dalam evolusi manusia. Yang terkadang ada tikungan – tikungan rintangan dan hambatan. Seperti yang dialami di Indonesia (masa orde lama, orde baru) itu proses evolusi. Saat terjadi hiruk pikut, Indonesia terjebak dalam tikungan-tikungan kecil itu, sehingga Indonesia terhambat untuk melihat jauh ke depan.

Untuk Kembali melihat jauh ke depan, Indonesia harus bercermin pada pengalaman histori Islam di masa Rosulullah Muhammad. Rosulullah bisa mengubah padang pasir yang gundul menjadi pusat khasanah gelombang peradaban yang berlangsung sampai kini. Sehingga kondisinya saat ini ketika akan belajar perkembangan peradaban Islam tidak kepada tokoh-tokoh Islam, tetapi Kembali pada Sirah Muhammad. Dalam Hal ini Prof. Amin Abdullah memberikan: 1. Kerangka untuk Kembali pada Sirah Muhammad, untuk melakukan kajian-kajian operasional. 2. Karena hidup manusia itu keterkaitan-interkoneksitas, dapat berkembang pesat karena kebersamaan. Dalam kebersamaan manusia tidak boleh egois. Karena egois akan merusak dinamika harmoni. Demikian juga Tindakan korupsi akan merusak simponi harmoni peradaban. Maka dalam evolusi peradaban janganlah merusak simponi harmoni dengan Tindakan-tindakan yang menyimpang, kalaupun terjebak pada tikungan yang ada ya sebentar saja, jangan terkungkung oleh Tindakan-tindakan yang menyimpang. Oleh karena itu masa depan, termasuk masa depan Indonesia harus disambut dengan optimis. Tidak perlu mengatakan bahwa saat ini merupakan akhir jaman. Jadi optimis saja Islam masih memiliki harapan peradaban yang lebih baik, tidak perlu pesimis dengan mengatakan akhir jaman, Islam memiliki panggung masa depan.

Demikian juga Indonesia, memiliki panggung masa depan. Seperti kata pengamat yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang mustahil diwujudkan, tetapi nyatanya terwujud dan eksis, dengan keluasan pulaunya, kekayaan alamnya, penduduknya yang besar dengan banyak suku, etnis, bahasa, agama, dan budaya. dan bisa menyatu. Semua itu bisa karena adanya cita-cita luhur bersama untuk membagun Indonesia dengan Islam yang otentik, elaboratif, inovatif, yang dijabarkan Prof. Amin Abdullah dengan sempurna dalam Integratif-Interkonektif Islam dan Sains. Jadi beruntung sekali UIN Sunan Kalijaga memiliki Prof. Amin Abdullah. Jadi masa depan Sains itu bukan di UGM tetapi di UIN, karena dapat menawarkan agenda besar menyatunya sains, etik, dan agama.

Pihaknya melihat, para Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dalam kompetisi-kompetisi di luar sudah memperlihatkan keunggulannya. Integrasi keilmuan yang disampaikan Prof. Amin Abdullah Nampak jelas. Karyanya memperlihatkan kekuatan tradisi Timur Tengah (Nas-nya kuat), pemikiran keilmuan yang kritis dari Barat, konteksnya Indonesia. Prof. Khoiruddin Hidayat berharap, UIN Sunan Kalijaga dapat menularkan ekosistem ke UIN-UIN yang lain, dan posisi Prof. Mukti Ali, Prof. Amin Abdullah sebagai pohon peradaban yang melalui para alumninya merepresentasikan kemajuan peradaban di Indonesia, mengimplementasikan pemikiran Pror. Amin Abdullah, berkontribusi seluar-luasnya kepada masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Prof. Mutawali yang saat ini menjabat Rektor UIN Mataram menambahkan, Prof. Amin Abdullah sebagai sosok yang pernah memimpin UIN Sunan Kalijaga dalam aspek kelembagaan, pengembangan akademik sempurna. Menurut Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Sumarni, Prof. Amin Abdullah juga sempurna dalam mengawal proses transformasi IAIN menjadi UIN Sunan Kalijaga. Bagaimana mengajak tim pengembangan ke berbagai negara untuk belajar dari universitas yang sudah maju, mengubah mindset Sivitas Akademika, kurikulum jaring jaba-laba, meletakkan pondasi perspektif keilmuan, akadmeik, dan kelembagaan, penggagas sistem BLU yang dapat terimplementasi dengan baik sehingga penjadi contoh banyak perguruan tinggi di Indonesia, penggagas quality assurance, integrasi-interkoneksi tidak hanya diimplementasikan pada keilmuan tapi juga pada pembangunan Gedung UIN Sunan Kalijaga yang semuanya menyatu/terhubung, sehingga semua PTKIN berkiblat ke UIN Sunan Kalijaga.

Di akhir forum, dalam sambutan singkatnya Prof. Amin Abdullah tidak ingin apa yang sudah dilakukannya dimitoskan, menjadi legenda, apalagi masuk manaqib. Prof. Amin Abdullah hanya ingin semua yang dilakukannya bisa dikembangkan untuk kebaikan UIN Sunan Kalijaga, maupun PTKIN, dan masa depan keilmuan yang lebih baik.

Sebagai koordinator penulisan Buku Prof. Amin Abdullah, Waryani menyampaikan, Buku berjudul 70 Tahun M. Amin Abdullah Pemikir, Guru dan Pemimpin setebal 799, disusun oleh dua tim dari Program Pascasarjana dan tim dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, dalam jangka waktu 1 tahun (2022-2023). Buku ini berisi 43 tulisan dari penulis dengan berbagai latar belakang agama dan disiplin ilmu, ormas keagamaan, Mahasiswa, Kolega, Gender dan pekerjaan. Buku ini memposisikan Prof. Amin Abdullah sebagai Pemikir Muslim Indonesia generasi ketiga, setelah era Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy, dan Prof. Mukti Ali. Juga ditegaskan oleh Prof. Dr. Mariam Ait di Maroko, bahwa Prof. Amin Abdullah merupakan al-muffakir al-kabir fil ‘alam(Pemikir Besar di Dunia).

Buku ini juga mengungkap bahwa, pengembaraan pengembangan keilmuan Prof. Amin Abdullah didasari oleh pesan Gurunya, Prof. Mukti Ali. Bahwa sekembalinya Prof Amin Abdullah dari studi lanjut di Turki memiliki tugas untuk meluruskan pandangan umat Islam yang kurang tepat. Juga yang disampaikan oleh Prof. Kuntowijoyo pada Pidato Guru Besarnya di UGM 21/6/2001, yang menyebutkan tiga program pemikiran Prof. Amin Abdullah: Pertama: menjadikan agama sebagai gejala obyektif melalui moralitas ke-Islaman (altruism, pengutamaan hati Nurani, dan nalar subyektifitas keberagamaan). Kedua: budaya agama yang mengikuti zaman melalui reformulasi gerakan pembaharuan Islam. Ketiga: ilmu agama kritis hermeneutika. Buku ini merupakan kelanjutan dari buku 60 tahun M. Amin Abdullah (terbit 2013). Yang juga disusun oleh Waryani Fajar Riyanto dkk. Tulisan-tulisan yang masuk disusun dalam tiga perspektif yang utuh dalam melihat Sosok Prof. Amin Abdullah sebagai Pemikir, Guru dan Pemimpin. Dalam prolognya, Prof. Al Makin menyoroti tiga peran penting Prof. Amin Abdullah. Sebagai intelektual di kampus, sebagai Guru para intelektual dan Guru bagi pemimpin, bukan hanya di UIN Sunan Kalijaga, tetapi juga kampus-kampus lain di Indonesia. Dan perannya sebagai pemimpin.

Bagian pertama buku ini memotret peran Prof. Amin Abdullah sebagai pemimpin, yang berisi antara lain dari tulisan Prof. Sofyan Effendi dan Prof. Khomaruddin Hidayat dn lain-lain. Tulisan tulisan antara lain mengupas kepemimpinan Prof. Amin Abdullah saat menjadi Santri di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo. Saat aktif di kepramukaan dan menjalani kurikulum liberal artyang kemudian membentuk cara berpikir Prof. Amin Abdullah yang kritis. Saat mengenyam studi lanjut di Middle East Technical University (METU), Ankara, Turki (saat menempuh jenjang Ph.D). Saat menjadi Rektor IAIN/UIN Sunan Kalijaga (2002-2010). Saat Prof. Amin Abdullah mendirikan Indonesian Consortium Religious Studies (ICRS) bersama Rektor UGM dan Rektor Universitas Kristen Duta Wacana. Dan saat Prof. Amin Abdullah menjadi Ketua Komisi Bidang Kebudayaan Akademik. Selanjutnya kepemimpinan Prof. Amin Abdullah yang saat ini menjadi Ketua Komisi Bidang Kebudayaan Akademik Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Bagian kedua buku ini mengupas peran Prof. Amin Abdullah sebagai Guru. Bagian ini berisi kumpulan tulisan kesan dan pengalaman Mahasiswa dan Murid-Murit Prof. Amin Abdullah. Murid-Murid Prof. Amin Abdullah sampai saat ini banyak yang menjadi Dosen dan pimpinan di PTKIN. Ada Sembilan hal yang digambarkan pada bagian ini. Yakni; Oleh Murid-Muridnya Prof. Amin Abdullah digambarkan sebagai Guru yang Inspiratif, Inovatif, Progresif, Transformatif, Simplifikatif (dapat menyederhanakan yang sulit dan susah, Kritis-Epistemis-Hermeneutis, moderat, dan mencerahkan. Masuk pada bagian kedua ini diantaranya adalah tulisan Prof. Abdul Mustaqim (Direktur PPS UIN Sunan Kalijaga), Prof. Masnun Tahir (Rektor UIN Mataram) dan lain-lain.

Peran Prof. Amin Abdullah sebagai Pemikir dipaparkan pada bagian ketiga dan keempat. Kedua bagian ini menjelaskan gagasan monumental Prof. amin Abdullah tentang dua jalan metode studi Islam dan studi agama kontemporer, yaitu pendekatan Integratif-Interkonektif (I-Kon), dan Multi-Inter-Transdisipliner (MIT). Masuk pada bagian ini diantaranya adalah tulisan Prof. Abdul Wahid, Abd. Aziz Faiz, M. Hum, Dr. Mutiullah dan lain-lain.

Merujuk pada segenap tulisan yang terangkum dalam buku ini, tentunya dapat ditegaskan, bahwa pengabdian Prof. Amin Abdullah sampai di usianya 70 tahun, tak akan pernah terlupakan dan berakhir hanya karena purna tugas. Prof. Amin akan tetap menjadi rujukan pengetahuan, panutan sikap, dan uswatun hasanahlintas generasi. Pendekatan Integrasi-Interkoneksi, re-konseptualisasi studi Islam Kontemporer, pendekatan MIT, dan berbagai pemikiran cerdas Prof. Amin Abdullah akan terus mewarnai diskursus studi Islam dan studi agama-agama di Indonesia dan dunia. Sementara kesahajaan, praktek-praktek kebaikan juga menjadi rujukan moral hingga generasi milenial. Hal ini menurut Prof. Amin Abdullah bisa diawali dengan mengasah kepekaan hati nurasi sebagai akar Tindakan etis. (Weni)