Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Noorhaidi Hasan, membuka secara resmi kegiatan Sosialisasi Pembelajaran Mahasiswa Baru jenjang magister dan doktor Semester Gasal Tahun Akademik 2025/2026, Rabu (27/8/2025). Acara yang digelar secara virtual melalui Zoom Meeting ini diikuti para dekan dan direktur pascasarjana, wakil dekan, serta lebih dari 600 mahasiswa baru UIN Sunan Kalijaga.
Pembukaan kegiatan dipusatkan di ruang Teatrikal Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Hadir mendampingi Rektor, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Prof. Dr. Istiningsih, Ketua CTSD Dr. Muqowim, beserta Sekretaris, Dr. Diah Ajeng Purwani.
Dalam sambutannya, Rektor menegaskan bahwa menempuh studi magister maupun doktor bukan sekadar mengejar tujuan pragmatis, seperti peluang menjadi dosen atau akses kerja yang lebih luas. Lebih dari itu, keputusan melanjutkan studi pascasarjana adalah sebuah pilihan serius untuk menapaki jalan seorang ilmuwan sejati.
“Scholar atau ilmuwan adalah orang yang memiliki pengetahuan sekaligus mampu memproduksi ilmu pengetahuan secara sistematis, logis, dan empiris. Doktor bahkan dianggap sebagai ilmuwan mandiri yang dapat menjelaskan realitas keagamaan, sosial, politik, ekonomi, maupun alam dan mengabstraksikan penjelasan itu menjadi teori yang bermanfaat bagi banyak orang,” paparnya.
Ia mengingatkan bahwa jalan tersebut bukanlah jalan mudah. “Menjadi mahasiswa S2 dan S3 adalah pilihan serius, karena jalan keilmuan itu sunyi, senyap, ada kalanya berdarah-darah, dan terjal. Tidak jarang membuat kita ingin menyerah. Namun, jika serius terus berpikir, pintu-pintu itu akan terbuka pelan-pelan hingga kita sampai pada tujuan,” ujarnya.
Prof. Noorhaidi juga menekankan pentingnya disiplin akademik dalam menempuh studi di jenjang ini. Ia menuturkan bahwa ketika menempuh studi magister di Belanda, dirinya diwajibkan menuntaskan satu buku setiap pekan untuk masing-masing mata kuliah. Tradisi membaca intensif semacam itu disebutnya sebagai kebiasaan yang membentuk kedisiplinan akademik sekaligus memperluas horizon keilmuan.
Dengan merujuk pada pengalaman tersebut, ia berharap mahasiswa S2 dan S3 UIN Sunan Kalijaga dapat mengembangkan kebiasaan serupa, yakni membaca minimal satu buku atau artikel untuk setiap mata kuliah setiap minggu. Mahasiswa juga didorong untuk berani mempresentasikan gagasan mereka, termasuk di hadapan penulis buku yang dibaca. Praktik tersebut dipandang bukan semata untuk memperoleh nilai akademik, melainkan untuk membentuk kualitas intelektual yang lebih kokoh.
Khusus bagi mahasiswa doktoral, Prof. Noorhaidi mendorong keterlibatan aktif dalam mengikuti perkembangan literatur mutakhir di bidang ilmu yang ditekuni. Mereka juga diharapkan berpartisipasi dalam perdebatan akademik dan pada akhirnya mampu melakukan intervensi ilmiah dengan melahirkan kebaruan (novelty) yang memberi kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Di sisi lain, Rektor mengingatkan adanya tantangan baru di era digital, yakni penggunaan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT. “Jika memilih jalan pintas seperti itu, mungkin saja seseorang dapat meraih predikat cumlaude. Namun, capaian tersebut tidak akan bermakna apa-apa karena pengetahuan yang sesungguhnya tidak terbangun di dalam diri Anda. Yang dibutuhkan pada level ini adalah keterampilan metodologis, keluasan wawasan teoritis, serta ketajaman kemampuan analisis,” katanya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa mahasiswa tidak perlu berkecil hati, UIN Sunan Kalijaga berkomitmen mendampingi setiap proses pembelajaran dengan pelayanan akademik yang optimal, sehingga para mahasiswa dapat berkembang menjadi sarjana andal di bidang masing-masing.
Kegiatan sosialisasi ini menjadi penanda awal perjalanan akademik mahasiswa baru UIN Sunan Kalijaga di jenjang magister dan doktor. Rektor berharap, seluruh mahasiswa baru menapaki perjalanan ini dengan niat setulus-tulusnya, sehingga lahir ilmuwan-ilmuwan yang memberi manfaat besar bagi masyarakat dan peradaban.(humassk)