UIN Sunan Kalijaga Kukuhkan Prof. Tulus Mustofa Sebagai Guru Besar

Prof. Dr. H. Tulus Musthofa, Lc., M.A., dikukuhkan sebagai Guru Besar oleh Ketua Senat UIN Sunan Kalijaga, Prof. Kamsi, bertempat di Gedung Prof. H.M. Amin Abdullah, 12/9/2023. Prof. Tulus Musthofa dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Bahasa Arab, berdasarkan SK. Menteri Agama RI Nomor 005222/B.II/3/2023, tanggal 1 Maret 2023. Hadir pada forum Rapat Senat Terbuka kai ini antara lain, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. H. Al Makin, Ketua Senat, Prof. H. Kamsi, para Guru Besar Anggota Senat, para pimpinan universitas, Dekanat, para kepala Unit dan Lembaga di lingkup UIN Sunan Kalijaga, Civitas Akademika, keluarga dan kolega Prof. Tulus Musthofa.

Dalam orasi ilmiahnya Prof. Tulus Musthoha antara lain menyampaikan, menyandang gelar Guru Besar di bidang Ilmu Bahasa Arab baginya merupakan beban untuk terus memikirkan bagaimana mencari cara agar Bahasa Arab di Indonesia semakin berkembang dan dapat memberikan sumbangan kekayaan budaya bangsa. Bagaimana mengembangkan pengajaran Bahasa Arab agar lebih sesuai dengan ekspektasi bangsa Indonesia yang sangat membutuhkan Bahasa Arab, baik sebagai Bahasa yang terkait dengan Islam, maupun sebagai Bahasa global dalam rangka menciptakan persahabatan di tingkat dunia. Oleh karena itu melalui risetnya yang kemudian dituangkan dalam karya ilmiah yang disampaikan pada orasi Guru Besarnya kali ini pihaknya ingin memberikan solusi dalam pembelajaran Bahasa Arab.

Dalam Orasi Ilmiah berjudul ‘Imersi Bahasa Sebagai Solusi Dalam pembelajaran Bahasa Arab,” Prof. Tulus Musthofa memarkan, bahwa Bahasa Arab menjadi penting bagi umat Islam karena dengan memahami Bahasa Arab akan memudahkan dalam memahami Ayat-Ayat al Qur’an, ajaran Islam maupun dalam beribadah. Di samping itu juga untuk mempermudah pengembangan keilmuan yang Integratif-Interkonektif Sains dan agama. Namun menurut Prof. Tulus Musthofa, ada problem yang harus diatasi dalam mepelajari Bahasa Arab, yang dikenal dengan interfensi (perbedaan karakter antara Bahasa Arab dengan Bahasa Ibu). Yang meliputi interfensi budaya, interfensi leksikal, interfensi semantik, interfensi morpologi, interfensi fonologis, interfensi paralinguistic. Problem pembelajaran Bahasa Arab juga disebabkan oleh lingkungan Bahasa ibu, yang meliputi; kontek kebutuhan dari pembelajar yang masih dipengaruhi oleh Bahasa Ibu, Dialek Lokal, penggunaan bahasa sehari hari yang bukan menggunakan Bahasa Arab, konteks budaya, interaksi dengan penutur asli, ketersediaan sumber daya, kurikulum pembelajarn, dan tingkat penghargaan terhadap Bahasa Arab.

Prof. Tulus Musthofa menawarkan metode Imersi untuk mempermudah pembelajaran Bahasa Arab. Yakni dengan mengintensifkan interaksi pembelajar dengan Bahasa Arab. Seperti penggunaan Bahasa Arab sebagai Bahasa Pembelajaran. Bisa juga Imersi secara etimologi. Artinya: mencelupkan, merendamkan, menggabungkan, mencampurkan, dan membenamkan. Sebagai metode alamiah dalam mempelajari bahasa target, yang akan membuat pembelajar terpapar bahasa bahasa tujuan yakni Bahasa Arab secara natural dan termotivasi untuk berkomunikasi secara sosial dengan Bahasa Arab. Bisa juga Imersi secara terstruktur dalam pembelajaran intensif, seluruh pembelajaran masuk ke dalam Bahasa Arab secara paparan Bahasa Intensif, pemahaman konteks dan pembelajaran aktif.

Sementara itu, metode Imersi di Perguruan Tinggi di Indonesia digunakan dengan metode langsung, metode Audio Lingual Visual, metode Komunikatif, dan metode Aklektif. Dengan letihan-latihan seperti; membaca penelitian dalam Bahasa Arab, membaca cerita dalam Bahasa Arab, membaca iklan, koran atau majalah dengan Bahasa Arab. Pihaknya berharap, metode Imersi dalam pembelajaran Bahasa Asing, termasuk di dalamnya Bahasa Arab dapat dirancang secara komprehensif hingga dapat diterapkan di kampus UIN Sunan Kalijaga. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan jargon UIN Sunan Kalijaga untuk Bangsa, UIN Sunan Kalijaga Mendunia, demikian tegas Prof. Tulus Musthofa.

Prof. Al Makin dalam sambutannya menyampaikan, Bahasa Arab saat ini dipakai oleh lebih dari 300 juta penduduk di Arab, dengan dialek yang berbeda-beda. Dari Jazirah Arab bagian selatan, seperti Yaman, sampai bagian utara seperti Levant (Libanon, Suriah, Jordan, Israel, Palestina), bagian Barat dengan Afrika dari Mesir, Marocco, Aljazair dan negara-negara yang dikenal dengan Maghribi. Saat ini negara-negara teluk juga mempunyai peran dalam bahasa Arab, karena peran ekonomi dan sosial yang terus melaju, walaupun sudah pelan-pelan diganti Inggris, seperti Qatar, Kuwait, Oman, Emirat.

Contoh dialek misalnya, ungkapan Ya Habibi untuk pergaulan dan kesopanan. Ya akhi, seperti diajarkan di asrama di Indonesia hampir tidak berfungsi dan tidak ada pengaruhnya. Diplomasi ya Habibi untuk tawar menawar barang, keakraban dan mencari teman sungguh berfungsi. Mesir mempunyai logat lain lagi. Bagian Afrika dan Barat, Semua dialek Arab berbeda setiap negara. Seperti bahasa Melayu dipakai paling tidak hampir 300 juta. Jika dihitung Malaysia, Filipina, Thailand, mungkin lebih lagi, bisa 330 juta.

Penduduk bumi saat ini 7.8 milyar. Bahasa Inggris dipakai 1.3 milyar penduduk bumi. Hanya 300 yang native, inggris sebagai bahasa ibu, sama seperti Arab dan Melayu. Yang memakai bahasa Inggris lebih banyak bukan native, seperti di Indonesia. Bahasa China dipakai 1.3 milyar juga. Dan ini lebih banyak nativenya daripada non-native. Penduduk China saja sudah satu milyar. Wajar jika China dan Amerika bersaing dari segi politik dan ekonomi, dari segi bahasa sudah seimbang.

Bahasa Arab berusia kira-kira 2500 tahun. Dialek tertua dibunyikan logat Safaitic, juga padang pasir Syrio Arabian . Dulu banyak anggapan bahwa versi Arab yang terkuno itu asalnya dari selatan seperti Yaman. Penelitian terkini menunjukkan bahasa Arab itu lebih barasal dari utara, seperti Levant. Bahasa Arab dari asal kluster Semitik, bersama dengan Ibrani dan Aram. Ibrani masih dipakai di Israel. Konon ketika orang-orang Yahudi menghidupkan kembali bahasa Ibrani, mereka merujuk ke bahasa Arab. Bahasa Arab menyimpan banyak kata-kata atau mufradat atau vocabularies Ibrani, Aram, Ethopiak, Yunani, Latin, Persia dan bahasa-bahasa kuno lain. Ini bisa dilihat penelitian al-Suyuti al-Itqan ttg bahasa Quran. Peneliti Islam awal dari Barat spt Abaraham Geiger, Noldeke, Arthur Jeffrey, Torrey, Horosovitz, Wellhausen menulis banyak tentang mu’arrab, loan dari bahasa non Arab yang diarabkan.

Bahasa arab sebagai lingua Franca, yang dipakai umum dan menjadi fondasi ilmu dan peradaban, sejak abad 8 sampai abad 14 an. Abu Aswad al-Duali (688 M) yang dikenal menjadi dasar Nahwu dan Sharaf adalah orang Persia, begitu juga Ibn Ishaq, Tabari, dan Ibn Sina. Ilmuan-ilmuan itu non Arab tetapi sudah memakai bahasa Arab. trakta-trakta penting dalam bahasa Yunani, Persia, dan Latin diterjemahkan dalam bahasa Arab. Sama saat ini Inggris sebagai bahasa ilmu pengetahuan, semua dokumen kita diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai lingua franca dunia, MOU, ijazah, seminar, makalah, paper, disertasi dan lain-lain. Inggris adalah bahasa dunia, seperti bahasa Arab dulu 1000 tahun yang lalu.

Bahasa Arab adalah fondasi, UIN Sunan Kalijaga harus serius mempelajarinya UIN Sunan Kalijaga dan STAISPA sendiri dalam memitigasi problem pembelajaran Bahasa Arab seperti yang disampaikan Prof. Tulus Musthofa adalah dengan cara mendatangkan Dosen dari Mesir, oleh karenanya program imersi bahasa Arab di dalamnya bisa menggunakan model total immersion. Hanya saja adanya native speaker yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dalam praktek bahasa sehari hari dan belum mewarnai kehidupan kampus. Prof. Al Makin menyarankan pemanfaatan metode Imersi dengan memnfaatkan Youtube, Instagram, tiktok dan website-website koran Arab. “Ini menarik untuk dicoba,” ungkap Prof. Al Makin. (Weni/Alfan)