Berbagai Pengetahuan Inovasi Islam Di Diskusikan Dalam iDACON 2020, Media Online Menjadi Alat Untuk Melakukan Perubahan Sosial Di Era Pandemik

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta menggelar 4th International Da’wah Conference (iDACON) 2020 dengan tema Da’wah Innovation for Prosperous Society: From Indonesia to the World. Konferensi internasional yang diikuti 853 partisipan ini berlangsung selama dua hari, 10 dan 11/11/2020. Hari pertama gelaran iDACON 2020 dipaparkan pemikiran tujuh orang narasumber. Narasumber dari Indonesia diwakili Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd dan Prof. Dr.phil. Al Makin, M.A. Sementara narasumber lima orang narasumber berasal dari empat benua. Dua orang dari Amerika Serikat, satu orang dari Switzerland, satu orang dari Nigeria, dan satu orang dari Thailand. Acara dipandu oleh moderator Dr. Siti Syamsiatun, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga. Hari kedua ada 27 hasil penelitian dari peneliti seluruh Indonesia di presentasikan.

Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd menyampaikan bahwa pada era media baru sering muncul perebutan otoritas keagamaan di berbagai ruang media sosial. Hal itu ditandai dengan munculnya da’i populer konservatif dengan memanfaatkan media sosial yang memantik reaksi kelompok moderat untuk memberikan wacana tandingan sehingga terjadi perebutan otoritas keagamaan. Pembicara selanjutnya adalah Prof. Dr.phil. Al Makin, M.A., Rektor UIN Sunan Kalijaga. Dalam pidatonya Prof. Al. Makin mengutip Habermas yang menyatakan bahwa ruang publik berperan penting dalam demokrasi, sebagai wahana warga negara menyampaikan aspirasi secara diskursif. Hal ini terjadi di Indonesia seiring tumbangnya orde baru dan lahirnya reformasi. Rektor juga sangat mengapresiasi atas terselenggaranya iDACON 2020 serta berharap para partisipan dapat mendapatkan manfaat dari gelaran ini.

Dr. Rosalia Scortino dari Mahidol University, Thailand dalam presentasi berjudul Social Movement in the Digital Context menyampaikan bahwa di satu sisi era digital dapat melemahkan gerakan kolektif karena membuat manusia semakin individual, namun di sisi lain media digital juga dapat menjadi penggerak dalam gerakan sosial. Selanjutnya Dr. Donohon Abdugafurova dari Wake Forest University, USA mempresentasikan materi berjudul Cultivating Islam in Uzbekistan: Challenges and Strategies of Uzbek Women Preacher’s. Menurutnya, tantangan da’i perempuan di Uzbekistan cukup kompleks meliputi pengetahuan yang dipertanyakan, aktivitas yang dibatasi aturan ketat, sulitnya bersepakat dengan politik, dan beratnya beban.

Eric Coblentz, kandidat doktor ICRS Yogyakarta asal USA, menyampaikan presentasi berjudul Islam in Indonesia: An Image of Hope for the World. Eric mengemukakan bahwa masyarakat Indonesia tumbuh terikat secara moral bersama alam, dimana mereka percaya bahwa alam memiliki kekuatan dalam mengatur keseimbangan. Dari situlah muncul konsep Islam Nusantara yang menyatukan tradisi, agama, dan ilmu pengetahuan. Adapun Rev. Dr. Simone Sinn dari Lutheran World Federation, Switzerland menyampaikan materi berjudul Missiology in the Context of Multireligious, Multiracial, and Multicultural Society. Simone memaparkan bahwa masalah utama misiologi dan dakwah adalah adanya fragmentasi, hegemoni, dan juga kekerasan. Dalam hal ini diperlukan solusi berupa pemberdayaan, keadilan, dan perdamaian.

Last but not least, Msgr. Prof. Dr. Obiora Ike (Okoye University, Nigeria) dalam presentasi berjudul Higher Education as Pillar for Creating Justice and Prosperous Community menyampaikan bahwa pendidikan tinggi adalah wahana dalam mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan untuk menanamkan logika dan etika. Dengan logika dan etika, maka ilmu pengetahuan akan menghasilkan manusia yang humble dan berkarakter. Paparan materi oleh para narasumber lintas negara dan benua tersebut tentu sangat memperkaya perspektif bagi seluruh partisipan. (Weni/Dimas/Panitia iDACON 2020)