Workshop Moderasi Beragama oleh UIN Sunan Kalijaga Sesi 2
Padahari kedua, tanggal12 desember 2020masih di tempat yang sama di hotel new saphir, Workshop Moderasi Beragama para narasumber menyampaikan materi-materi yang terkait dengan tema tersebut dengan sangat serius. Alissa Wahid menyampaikan bahwa indikator keberagamaan yang moderat adalah (1) komitmen kebangsaan, yakni penerimaan terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi UUD 1945 dan regulasi di bawahnya, (2) toleransi, yakni menghormati perbedaan dan memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya dan menyampaikan pendapat, (3) anti Kekerasan, yakni menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang diinginkan, dan (4) penerimaan terhadap tradisi, yakni ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam berperilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama.
Terkait dengan toleransi beragama, Sahiron Syamsuddin menekankan perlunya menghindari diri dari ‘klaim kebenaran keagamaan eksklusif’ (exclusivist religious truth claim), yakni klaim bahwa kebenaran dan keselamatan hanya pada dirinya dan kelompoknya saja. Menghindari sikap semacam ini, menurutnya, didasarkan pada Q.S. Al-Baqarah: 111-113 yang menjelaskan bahwa pada masa Nabi Muhammad Saw sekolompok Yahudi dan Nasrani bertikai di hadapan beliau dan masing-masing meyakini kebenaran dan keselamatan eskatologis hanya pada diri mereka. Petikaian ini lalu dilerai oleh beliau dengan mengemukakan wahyu Allah tersebut, yang intinya adalah: (1)exclusivist truth claimini tidak didasarkan pada kitab suci mereka masing-masing, dan (2) yang akan selamat adalahman aslama wajhahū lillāhi wa-huwa muḥsin(semua orang yang tunduk kepada Allah dengan cara tidak menyekutukannya dengan yang lain dan berbuat baik). Sementara itu, instruktur lain, Imam Nahe’i, menjelaskan openting melakukan interpretasi ulang terhadap teks-teks keagamaan yang makna literalnya tampak bertentangan dengan Islam sebagai agama rahmah (kasih sayang).(Tim humas)