Rektor UIN Suka Dorong Siaran TV Berbasis Riset

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Prof Phil AlMakin mendorong agar siaran televisi di Indonesia berbasis riset. Ia menilai kondisi televisi dan media saat ini sedang menderita.

“Kualitas siaran televisi saat ini perlu dipikirkan bersama. DibandingBBCAmerika dan Australia, jujur saja siaran kita masih jauh tertinggal. Siaran di Indonesia penuh dengan sinetron dan drama. Siaran di Indonesa jauh dari kata ilmiah,” kata Prof Makin dalam sambutan “Workshop Pra-Riset Indeks Kualitas Siaran Televisi”, Selasa (13/4/2021) di Hotel Harper Yogyakarta.

“Coba lihat kualitas programBBC,channeldi Jepang dan Jerman, yang mereka lakukan tidak membuat drama dan sinetron. Yang mereka lakukanshootingbelalang dan eksplor alam,” tambahnya.

Menurut Prof Makin, program-program televisi di Indonesia bisa mengeksplorasi alam yang kaya di Indonesia. Ia menilai tayangan di Indonesia kualitasnya masih jauh dibanding negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura.

Ia berharap adanya kerja sama UIN Sunan Kalijaga dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat ke depan bisa melakukan riset yang lebih serius dan menghadirkan program yang lebih ilmiah. Prof Makin menginginkan agar kerja sama ke depan bisa jauh lebih produktif.

Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan lainnya Hardly Stefano Pariela menyampaikan terima kasihnya kepada UIN Sunan Kalijaga yang telah turut memfasilitasi pelaksanaan riset indeks siaran kualitas televisi.

Hardly menuturkan pembaharuan MoU antara KPI Pusat dengan UIN Sunan Kalijaga bisa ditindaklanjuti dengan kegiatan lain, tidak hanya terkait riset. “Kegiatan bisa mencakup berbagai aktivitas, seperti literasi media bersama mahasiswa agar cerdas bermedia dan masyarakat juga cerdas bermedia,” imbuhnya.

Ia mengemukakan siaran televisi di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh tontonan yang disukai masyarakat. “Siaran televisi penuh drama, berita saja penuh drama. Ini menjadi tantangan dan riset KPI agar mengubah kualitas produksi konten, mendorong perubahan perilaku penonton,” kata Hardly.

Ia menyampaikan agenda penting yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah tentang digitalisasi penyiaran sesuai amanat UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja agar penyiaran berubah. Targetnya seluruh siaran televisi analog diganti menjadi siaran digital pada 2 November 2022.

“Ini menjadi peluang sekaligus tantangan. Kurang dari dua tahun akan melaksanakan siaran digital. Digitalisasi penyiaran. Masyarakat bisa melihat potensi-potensi dan tantangan-tantangan baru,” paparnya.

Sementara itu, Pengendali Lapangan Riset Wilayah Yogyakarta Bono Setyo mengatakan kegiatan riset tahun ini telah memasuki tahun ke-6 kerja sama KPI Pusat dengan UIN Sunan Kalijaga. Pada tahun ini akan dilaksanakan dua kali riset.

Pada setiap riset melibatkan delapan orang informan (panel ahli) yang berasal dari berbagai kompetensi, sehingga diharapkan dapat menghasilkan riset yang berkualitas sebagaimana yang diharapkan.

“Hasil riset ini nantinya diharapkan akan dapat menjadi referensi bagi lembaga penyiaran dan masyarakat tentang tayangan televisi yang berkualitas,” kata Bono yang juga dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) UIN Sunan Kalijaga.(Tim Humas)