Belajar Islam Nusantara, 10 Pendeta Wisuda di UIN Sunan Kalijaga

Ada yang berbeda dalam pelaksanaan Wisuda UIN Sunan Kalijaga periode III, tahun akademik 2020/2021 kali ini. 10 Pendeta yang ditugaskan dari Majelis Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) turut diwisuda setelah menyelesaikan Program Magisternya di kampus ini.

Mereka berjumlah 15 orang Pendeta, lima orang diantaranya Pendeta Wanita. 10 orang Pendeta sudah menyelesaikan studinya, dan diwisuda kali ini. Salah satu wisudawan adalah Pendeta Boydo Rajif Evan Duvano, H. Alumni Prodi Teologi UKDW ini mengaku tidak pernah terlintas akan studi lanjut ke UIN Suka. Namun ternyata tahun 2018 ditugaskan Majelis Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) untuk studi lanjut di kampus UIN Suka untuk menekuni Islamic Studies, konsentrasi Islam Nusantara.

Di sela-sela pelaksanaan wisuda, Pendeta Boydo Rajif menyampaikan testimoninya. Menurutnya, banyak jema’ah protes, kenapa belajar Islam ke UIN Suka. Apa relevansi keilmuan UIN Suka untuk pelayanan Gereja. Bisa –bisa konversi agama, katanya. Seringkali gereja dipandang hanya urusan rohani. Tidak perlu mempelajari hal hal yang sifatnya kemasyarakatan atau agama lain. Tapi GPIB punya visi untuk kesejahteraan seluruh ciptaan. Untuk mewujudkan itu ya harus bekerja-sama dengan semua latar belakang agama yang berbeda. Untuk itu GPIB mengirim 15 Pendeta untuk belajar tentang nilai-nilai Islam yang Rahmatan Lil lamin.

Pendeta Boydo mengaku ditugaskan untuk mengenali Islam langsung dari Muslim, karena selama ini terlalu banyak prasangka buruk terhadap eksistensi ajaran agama lain.Padahal menurutnya, Bangsa Indonesia adalah satu keluarga, bersaudara yang hidup dalam satu negara yang sama. Sehingga perlu belajar bersama untuk saling mengenal lebih jauh. Tampaknya tokoh-tokoh agama yang justru malah harus banyak belajar tentang ajaran-agama lain, karena umat umumnya secara natural sudah terbiasa berelasi lintas agama. Para tokoh agama justru seringkali yang bikin keruh, ketika mengajar, ketika memimpin, ketika mengajak. Karena itu perlu banyak belajar menyelami nilai-nilai agama lain.

Menurut Pendeta Boydo, mereka ditugaskan untuk membangun jejaring lintas agama, terutama umat Muslim, supaya bisa berlandaskan iman masing-masing, tetapi juga berlandaskan Pancasila, dapat bekerja-sama lintas iman untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Berdasarkan proses studi, para pendeta berhasil berposes untuk mencapai pemahaman esensial agama. Pihaknya mengucapkan terima-kasih dan syukur, serta bangga berkesempatan belajar di UIN Sunan Kalijaga. Kampus Islam Negeri yang terkenal di Indonesia, dan dunia Internasional dalam Bidang Studi Keislaman. Selama kuliah di kampus UIN Sunan Kalijaga, pihaknya merasakan kondisi belajar yang kondusif, tempat belajar yang sangat luas, asri, sejuk dan sangat rapi. Nyaman untuk proses belajar. Para Dosen, Staf Pegawainya ramah dan kooperatif membantu.

“Saya kagum, UIN Suka sangat terbuka dan sungguh-sungguh menerima kami yang non Muslim untuk belajar di UIN. Itu merupakan kabar baik buat semua masyarakat Indonesia. Keramahan yang betul betul dapat dirasakan oleh semua mahasiswa, di semua ruang akademik di kampus UIN Suka. 15 pendeta dapat diterima kuliah di kampus UIN Sunan Kalijaga itu sesuatu yang woooow banget.” kata Pendeta Boydo.

“Selama mempelajari tentang Islam Nusantara, saya jadi mengerti bahwa dinamika Islam dengan budaya lokal itu luar biasa. Cenderung kuat, sehingga Islam dapat diterima di manapun di nusantara. Ternyata agar agama itu betul betul mendatangkan kebaikan, harusnya agama itu merangkul kebudayaan lokal, bukan malah menghancurkan. Maka kita semua harusnya banyak belajar dari Islam yang merangkul kebudayaan, dan mentransformasinya agar kebudayaan menjadi lebih baik. Di UIN Suka dipelajari bahwa Islam Nusantara banyak sekali tantangan, termasuk pahan-pahan radikalisme. Itu merusak kerukunan dan kedamaian baik di internal Islam maupun lintas agama. Umat Kristen juga harusnya belajar bahwa potensi radikalisme dan intoleransi itu juga ada di kalangan umat Kristen dan umat lain, dan itu bahaya. Maka belajar dari teman-teman Islam, dari dinamika Islam di kampus UIN Sunan Kalijaga, pahan radikal dan intoleran tidak dibiarkan berkembang, itu bahaya.” Imbuhnya.

Jadi alih–alih konversi agama, bisa dirasakan transformasi dalam pengetahuan, sikap bahkan affeksi dalam beragama, dapat menjadikan seseorang lebih respek terhadap siapapun. Ternyata dalam pemahaman Keislaman tidak bisa hanya dihakimi kulit-kulitnya saja. Harus kenal konteksnya, pahan lingkupnya, dan sejarahnya dan seterusnya. Belajar Keislaman membuat siapapun lebih kuat dalam iman, tetapi juga merefleksikan tentang sejarah dan nilai-nilai, serta partisipasi publik umat kristen. Karena belajar dari teman teman Muslim di kampus UIN Suka. Kami jadimerasa sangat kurang, setelah menerima ilmu dari para dosen yang sangat dalam dan kaya sekali ilmunya. Namun kami akan berusaha mengendapkan keilmuan di kampus UIN Suka ini.

Pihaknya berharap UIN Sunan Kalijaga terus berjuang mengkaji, mendidik, dan berpartisipasi dalam mewujudkan insan-insan Indonesia yang memahami agamanya sendiri dengan baik dan menghargai agama lain, dengan penuh kasih, dengan penuh respek, dan jangan segan MOU dengan GPIB dan gereja-gereja lain di Indonesia, supaya gereja juga punya wawasan yang tepat dan baik tentang Islam Nusantara, dan bersama-sama dengan UIN bisa mewujudkan Indonesia yang adil, rukun dan sejahtera. UIN Sunan Kalijaga telah mengimplementasikan nilai-nilai Islam yang Rahmatan Lil Alamin, demikian tegas Pendeta Boydo meyakinkan.

Sementara itu, Troitje Particia Aprillia S, salah satu Pendeta Wanita yang turut serta diwisuda menyampaikan, selama belajar di kampus UIN Suka, begitu banyak ilmu yang dapat dipahami, hal hal baik yang dapat diserap dan akan ditebar dalam rangka mengawal perdamaian baik di Indonesia maupun di level global. Relasi persahabatan selama belajar di UIN Suka, akan dapat diimplementasikan dalam membangun relasi yang baik di masyarakat.”

Baca Juga : Rektor, Hidup Tidak Semulus Alur Sinetron

Selama mempelajari Islam Nusantara, kami sekelas merasa menjadi saudara yang memiliki visi yang sama untuk menebarkan perdamaian dimanapun berada.” Pendeta Patricia merasa bersama 4 Pendeta wanita lainnya yang sama sama belajar di kampus UIN Sunan Kalijaga sangat enjoy belajar, merasakan suasana belajar yang bersahabat dan tidak ada diskriminasi, meskipun mereka tidak memakai jilbab.

Patricia bertekat iklim belajar yang positif akan disebarkan dalam kehidupannya di luar kampus. Selama belajar, bukan hanya ilmu yang dapat diserap, tetapi juga sikap yang respek, dan bersahabat, akan disebar tebarkan untuk Indonesia dan dunia. Bukan hanya untuk manusia tetapi semua makluk yang ada di bumi ini, kata Patricia. (Weni)