FGD Pengembangan Kampus 2, UIN Suka Undang Prof. H.M. Amin Abdullah dan Prof. Imam Suprayogo

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siap melaksanakan Pengembangan Kampus 2. Pakja-Pokja sudah di bentuk. Pokja 1 di ketuai Dr. Maharsi membidangi analisis pengembangan Prodi dan Fakultas. Pokja 2, membidangi pembangunan gedung diketuai Ir. Radiman. Dan Pokja 3 membidangi analisis anggaran diketuai Drs. H. Jarot Wahyudi, S.H., M.A. Untuk mematangkan rencana pengembangan kampus 2 ini, UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Kampus 2, bertempat di ruang pertemuan, Gedung Prof. Saifuddin Zuhri, kampus setempat, 16/11/2021. Forum kali ini menghadirkan dua narasumber pelaku sejarah, yakni: Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah (Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta periode 2004 s/d 2009). Beliau yang menahkodai transformasi IAIN menjadi UIN Sunan Kalijaga, sekaligus pembangunan gedung kampus baru UIN Sunan Kalijaga, didampingi Jarot Wahyudi sebagai ketua tim PMU. Prof. Iman Suprayoga (Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2004 s/d 2009). Beliau juga yang menahkodai transformasi STAIN Malang menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim, sekaligus motor pembangunan gedung-gedung baru kampus UIN Maulana Malik Ibrahim.

FGD dibuka oleh Wakil Rektor 1, bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof. Iswandi Syahputra. Dihadiri Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Phil Al Makin, Wakil Rektor I, Prof. Iswandi Syahputra, Wakil Rektor 2, Dr. Phil Sahiron, Wakil Rektor 3, Dr. Abdur Rozaki, Ketua Senat Universitas, Prof. Siswanto Masruri, Dekanat, para Kepala Biro, Kabag, ketua lembaga dan unit di lingkup UIN Suka.

Mengawali FGD, Rektor UIN Suka menyampaikan sambutannya. Prof. Phil Al Makin bersyukur bisa mengundang dua Narasumber untuk menyampaikan sumbang saran, agar pembangunan kampus 2 bisa dilaksanakan dengan baik, dengan rencana dan langkah yang tepat, dan dapat mengatasi semua kendala. Seperti yang telah berhasil dilakukan oleh Prof. Amin Abdullah dan Prof. Imam Suprayoga. Beliau berdua-pun sampai sekarang menjadi tokoh panutan baik dalam hal pengembangan akademik, maupun pengembangan kampus. Prof. Amin Abdullah dengan konsep Integratif dan Interkonektif Keilmuan Umum dan Agama menjadi acuan Perguruan Tinggi di Indonesia bahkan dunia. Prof. Imam Suprayoga juga menjadi acuan Indonesia dan dunia dengan konsep penyatuan Ma’had dengan kampus. Prof. Imam Suprayoga juga ahli lobbying dalam hal penggalangan dana untuk kepentingan pengembangan kampus, kata Prof. Phil Al Makin.

Prof. Phil Al Makin menyampaikan, pihaknya sudah melakukan banyak rundingan untuk kepentingan pengembangan kampus 2. Diantaranya dengan Sultan HB X, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, dengan Dirjend maupun Irjen Kementerian Agama, dengan Direktorat Anggaran, dan seterusnya. Tanah seluas 72 hektar dengan 16 sertifikat juga sudah siap dibangun. “Maka dengan tulus, kita akan mendengarkan paparan pengalaman dari kedua nara sumber. Kami seluruh pimpinan di kampus ini juga bertekat bersatu-padu, semua memberi sumbang sih baik berupa pemikiran, lobby, link, dan doa untuk keberhasilan pengembangan kampus 2,”kata Prof. Phil Al Makin.

FGD dimoderatori oleh Dosen Ilmu Komunikasi, Dr. Erika. Mengawali FGD Dr. Erika menyampaikan paparan pengalaman kedua narasumber kali ini penting dilakukan sebagai acuan bagi Pokja dalam melakukan analisis internal maupun ekternal. Sementara fakultas baru yang akan didirikan menyusul pengembangan kampus 2 adalah: Fakultas Teknik, Psikologi, Komunikasi, Kelautan, dan Kesehatan Masyarakat.

Sementara itu mengawali paparannya Prof. Imam Suprayoga menyampaikan keyakinannya bahwa pengembangan kampus 2 UIN Suka akan berhasil. UIN Suka dan UIN malang menurutnya adalah satu keturunan, UIN malang adalah cucu UIN Suka, yang memiliki semangat yang membara dalam mengembangkan keilmuan. Pihaknya yakin bahwa Islam itu sesungguhnya luar biasa. Menjadi pedoman dalam menyelesaikan semua masalah peradaban. Kalau sekarang ini di luar sama mengesankan bahwa Islam itu radikal, hoax, membuat konflik, maka Islam harus bebenah diri lewat kampus. Perguruan Tinggi Islam harus mampu berbuat, tidak hanya mengajari kata kata. Hanya meniru apa yang dilakukan perguruan tinggi umum. Hal hal yang kotra produktif di perguruan tinggi harus dirubah dari perguruan tinggi Islam. Lulusan perguruan tinggi itu banyak baca buku, pintar, tetapi tidak mampu berbuat. Sarjana pertanian, peternakan, tidak mampu terjun di bidang pertanian maupun peternakan, dan tidak mampu memecahkan permasalahan di bidangnya, tetapi kebanyakan menjadi pegawai bank. Kenapa mereka tidak mampu? Karena hanya belajar melalui video dan buku-buku, bukan belajar di tengah-tengah ladang yang luas. Sarjana peternakan bahkan jijik melihat kotoran kambing. Maka UIN suka harus mampu merubah itu semua. UIN Suka harus menjadi kampus yang mampu menyelesaikan semua masalah.

Sebenarnya Prof. Imam Suprayoga mendambakan UIN Suka memiliki 3 kampus sekaligus, dan menjadi pusat belajar PTKIN se-Indonesia, bahkan pusat belajar dunia. Kampus 1 untuk ilmu-ilmu yang tidak membutuhkan lahan yang banyak, (ilmu agama, psikologi, komunikasi, politik, hukum dan lain-lain). Kampus 2 yang hanya membutuhkan puluhan hektar (teknik, kedokteran dan seterusnya). Kampus 3 untuk fakultas-fakultas yang membutuhkan lahan yang luas bisa ratusan hektar untuk belajar yang sesungguhnya (pertanian, peternakan, kelautan dan seterusnya). “Jangan merasa bangga jika banyak civitas akademika UIN Suka yang pergi belajar ke luar negeri, tetapi banggalah jika banyak masyarakat dunia yang menjadi mahasiswa di UIN Suka,”kata Prof. Imam Suprayoga.

Prof. Imam Suprayoga juga memesankan untuk tidak selalu berpegang pada peraturan, karena peraturan terkadang justru menghambat. Tetapi ikuti saja SOP. Kampus jangan hanya ngomong, tapi tanam, kerja-sama dan lahirkan banyak pionir. Dan kampus harus membentuk rukun kampus, yang terdiri dari: Gedung Kuliah, Ma’had, Masjid, Perpustakaan, Pusat Kajian, Pusat Pelayanan, Pusat Seni dan Olah Raga, serta sumber-sumber pendanaan yang kuat melalui kerja-sama, agar perguruan tinggi Islam bisa menjadi Role Model semua perguruan tinggi, demikian harap Prof. Imam Suprayoga.

Sementara itu, mengawali paparannya Prof. Amin Abdullah mengenang kembali, masa-masa setelah tidak menjabat sebagai Rektor. Sudah lama rupanya beliau tidak menjabat Rektor, hingga sudah terlewat lima Rektor yang memimpin UIN Suka, katanya. Pihaknya bangga Rektor-Rektor yang menjabat setelah beliau banyak membawa kemajuan bagi kampus UIN Suka. Prof. Amin Abdullah berharap pembangunan kampus 2 segera terwujud, dan cita-cita UIN Suka mendunia bisa tercapai.

Prof. Amin Abdullah juga menyampaikan bahwa, membangun kampus baru harus memiliki imajinasi yang tinggi, mengedepankan komunikasi dengan semua pihak, dan karena lahan yang dipakai ada Sultan ground maka perlu membangun kedekatan dengan Kesultanan dan Kadipaten. Perlu diketahui, bahwa Sultan memiliki program yang dinamakan Jagat Samudra-Dagang layar-Aming Tani. Dapat memakmurkan Gunungkidul dan Kulonprogo. Maka program ini perlu ditangkap oleh UIN Suka, demikian harap Prof. Amin Abdullah yang sampai saat ini masih menjabat sebagai Parampara Praja.

Menurut Prof. Amin Abdullah membangun kampus 2 di Pajangan lebih mudah karena tidak ada bangunaan di lahan itu. Kalau dulu waktu pembangunan kampus era transformasi, seperti menjahit baju yang sedang dipakai, perlu pemikiran yang matang agar perkuliahan tidak terganggu. Namun tetap harus dengan perencanaan yang matang, kunjungi kampus kampus lain, agar mereka merasa satu bagian dengan UIN Suka, dan juga sounding ke semua elemen di sekitar kampus. Jadi jangan hanya berpikir tentang grand design saja.

Selain itu banyak yang dipesankan oleh Prof. Amin Abdullah, agar pengembangan kampus 2 UIN Suka dapat menyumbang kesejahteraan bagi masyarakat Yogyakarta, Indonesia bahkan dunia. Pesan-pesan itu seperti; UIN Suka dapat menjadi Sustainable Islamic Univerity, Green Campus, forest Campus, ramah dan sehat lingkungan, memayungi people budaya Yogyakarta (ramah, santun, cerdas, kreatif, inovatif), Peace, kebinekaan (internal Islam dan ekternal), Presperity-ekonomi kreatif, jangan emonomi yg merusak. Terencana untuk kelestarian planet bumi 1000 tahun ke depan. Bangun partnership dengan pemerintah, dunia usaha, lembaga dan lain-lain. Core value dikaji terus agar jalan. Buka fakultas baru, benchmarking ke BINUS, semua pimpinan harus mengasah mental pebisnis. Laboratorium, pusat2 riset, kolaborasi dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Pembangunan fakultas baru perlu dilengkapi asrama, Masjid, perumumahan dosen dan pejabat, juga perpustakaan. Manajemen pengelolaan keuangan-arahkan ke PTNBH yang memudahkan pengelolaan keuangan dan pendirian fakultas. Pikirkan situasi Negara juga (utang, pemindahan ibukota, pembangunan jalur cepat Bandung Jakarta, utang garuda, pembangunan kampus Islam international, pandemic, kuliah daring, pilkada, pilpres dan lain-lain, tapi tetep harus jadi kampus 2. Untuk itu diperlukan cara berpikir tingkat tinggi, demikian harap Prof. Amin Abdullah. (tim Humas)