Kisah Guru Besar Sastra Arab Kembangkan Ilmu Perpustakaan

Oleh: Dr. Anis Masruri, S.Ag, SIP, M.Si, Dosen Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi ilmu perpustakaan hampir di seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan vokasi (D-3) maupun pendidikan kesarjanaan, mulai dari S-1, S-2, sampai dengan S-3. Dalam sejarah dan dinamika pengembangan pendidikan kepustakawanan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga tentu melibatkan banyak pihak, Syihabuddin Qalyubi ialah salah satunya. Guru Besar Bahasa dan Sastra Arab ini menjadi salah satu tokoh penting pada permulaan pendirian program studi D-3 dan S-1 Ilmu Perpustakaan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga.

Syihabuddin Qalyubi lahir di Tasikmalaya pada 21 September 1952. Ia dibesarkan di lingkungan yang sarat akan pendidikan agama. Ayah dan ibunya menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak Ia kecil dan memotivasinya untuk belajar di pondok pesantren sedini mungkin. Delapan tahun dari hidupnya dia habiskan di pondok pesantren. Ayah dengan tiga orang anak ini menjalani pendidikan formalnya mulai dari SD N II Sukaraja, kemudian Ia melanjutkan studinya di PGAP NU Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1965. Setelah itu, Ia melanjutkan pendidikannya di PGAN KHZ Musthafa dan lulus tahun 1971. Terlihat jelas bahwa hampir semua jenjang pendidikan yang Ia tempuh di lembaga pendidikan Islam.

Selepas lulus dari pendidikan menengah, Syihabuddin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Pendidikan strata satu-nya Ia tempuh sebanyak dua kali. Pada Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1977) dan pada Fakultas Syari’ah wal Qanun di Universitas Cairo (1982). Ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil Program Studi Magister Aqidah dan Filsafat diPascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, lulus pada 1995. Lalu Ia kembali meneruskan pendidikannya ke jenjang strata tiga/doktoral pada bidang Studi Islam di perguruan tinggi yang sama dan lulus pada tahun 2007. Terkait karier akademik, Syihabuddin bisa dikatakan telah memperoleh gelar tertingginya yaitu Guru Besar dalam bidang Studi Islam. Ia menggeluti kajian Stilistika Arab. Selama di IAIN/UIN Sunan Kalijaga, Syihabuddin pernah menduduki beberapa jabatan, diantaranya adalah: Ketua Departemen dan Laboratorium bahasa di Lembaga Bahasa IAIN Sunan Kalijaga (1988-1989), Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Adab dan Ilmu Budaya (FADIB) pada Periode 2004-2009, Dekan FADIB (2007-2011).

Selama masa jabatannya, banyak hal yang sudah dilakuknnya, sebagai bentuk kontribusi terhadap institusi. Di bawah kepemimpinannya, nama “Fakultas Adab dan Ilmu Budaya” terbentuk, adapun nama fakultas sebelumnya adalah “Fakultas Adab” saja tanpa imbuhan “Ilmu Budaya”. Menurutnya, penamaan ini diperlukan untuk memperjelas makna Adab. Ketika mendengar kata Adab, yang sering sekali terbentuk di bayangan seseorang berarti tata krama atau sopan santun. Dengan ditambahkannya “Ilmu Budaya” pada nama fakultas, animo masyarakat terhadap jurusan-jurusan di fakultas ini semakin besar.

Satu hal yang menarik terkait jabatan yang pernah diemban oleh Syihabuddin adalah bahwa Ia juga pernah menjadi Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, meskipun latar belakang pendidikannya adalah Hukum Islam. Namun justru pada masa kepemimpinannya di Jurusan Ilmu Perpustakaan melahirkan buku bunga rampai berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi” yang dirujuk oleh banyak akademisi bidang perpustakaan.

Program Studi Ilmu Perpustakaan (IP) Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berdiri pada 27 Juni 2005 dengan Dasar Hukum Pendirian Surat Keputusan (SK) Dirjen Pendis Kemenag RI No. Dj.II/206/2005 yang ditandatangani oleh Qodri A. Azizy selaku Dirjen Depag RI. Adapun penyelenggaraan program studi dimulai pada tahun 2005. Berdasarkan borang program studi IP tahun 2018, program studi ini memiliki visi “Unggul dan terkemuka dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman di tingkat internasional pada tahun 2038”. Visi tersebut akan dicapai dengan beberapa butir misi, antara lain: 1) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman bertaraf internasional; 2) Menyelenggarakan penelitian yang berkualitas internasional dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman bagi kepentingan akademik dan masyarakat berbasis keislaman; 3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang berkualitas dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman bagi kepentingan akademik dan masyarakat; 4) Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik nasional maupun internasional untuk meningkatkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman; dan 5) Meningkatkan peran serta program studi dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi bagi masyarakat berbasis keislaman (Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).

Apabila membahas peranan seorang tokoh namun mengabaikan sisi historis dari kiprah tokoh tersebut maka akan seperti penyusunan puzzle yang tidak lengkap. Peranan Syihabuddin Qalyubi dalam pendidikan kepustakawanan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga tidak dapat dipisahkan dari proses alih jabatan yang pernah ia alami, yakni dari pegawai administrasi menjadi dosen, bahkan mencapai jabatan fungsional tertinggi Guru Besar (Profesor). Sebelum menjadi dosen, Syihabuddin merupakan seorang pegawai administrasi di Lembaga Bahasa IAIN Sunan Kalijaga. Di lembaga tersebut ia memiliki tugas, salah satunya adalah mengelola laboratorium perpustakaan di lembaga bahasa tersebut. Pasca lembaga tersebut ditutup, ia menjadi kebingungan akan ditempatkan di mana. Karena pengalamannya tersebut bahkan ia pernah akan masuk UPT Perpustakaan. Kendati demikian, ia memiliki semangat dan minat yang kuat untuk menjadi pengajar.

Ia kemudian mencoba melakukan proses alih jabatan, dari semula pegawai administrasi menjadi tenaga pengajar. Karena ia memiliki kemampuan bahasa Arab yang memadai pasca studinya di Kairo, ia memberanikan diri untuk menjadi pengajar pada Fakultas Adab, yang saat itu populer karena jurusan Sastra Arab dan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Adapun Dekan Fakultas Adab saat itu ialah mantan Kepala Lembaga Bahasa, Nuruzaman Ashsiddiqie, yang tidak lain adalah mantan atasannya di lembaga tersebut. Proses perpindahan dari pegawai administrasi menjadi dosen kemudian mengantarkannya tugas-tugas yang nantinya berkaitan dengan pengembangan program studi dalam bidang perpustakaan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga.

Pada awalnya, gagasan pendirian program studi D-3 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam Fakultas Adab, berasal dari Dekan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Taufiq Dardiri) dan Labibah. Pada saat pak Dekan Fakultas Adab mengikuti Workshop Manajemen di Montreal, beliau berdiskusi dengan Labibah (waktu itu masih dosen Fakultas Tarbiyah) tentang rencana strategis pendirian program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (IPII), sebagai bentuk kepedulian terhadap langkanya pustakawan profesional dan untuk pengembangan Fakultas Adab. Hasil diskusi beliau berdua tersebut kemudian menjadi hasil workshop manajemen di Montreal dari tim IAIN Yogyakarta dan dibawa pulang ke Yogyakarta.

Sepulang dari Montreal, Taufiq A. Dardiri, lebih memfokuskan pendirian program studi ini secara lebih intensif pada tataran yang lebih operasional. Pada tanggal 10 Mei 1997 Dekan Fakultas Adab tersebut menerbitkan Surat Keputusan Nomor: 46/1997 tentang Pembentukan Satuan Tugas Persiapan Pembukaan Program Studi Ilmu Perpustakaan, yang bertugas melakukan studi banding, studi kelayakan dan penyusunan kurikulum Program Studi Ilmu Perpustakaan. Menjelang pembukaan Tahun Akademik 1998/1999 dibentuklah panitia kecil terdiri dari Taufiq A. Dardiri, Fuady Aziz, Syihabuddin Qalyubi, Lasa HS, Umar Sidiq, dan Anis Masruri yang nantinya akan bertugas menyusun kurikulum yang bersifat sementara dengan harapan kelak sesudah perkuliahan berjalan kurikulum tersebut bisa ditinjau kembali.

SK Rektor No 55 a/1998 tanggal 9 Mei 1998 yang diperkuat dengan SK Dirjen Binbaga Islam No. E/369/1998 tanggal 18 November 1998 menyatakan pembukaan Program D-3 Perpustakaan dan Informasi Islam. Pencantuman kata Islam pada nama program studi ini dimaksudkan agar segera mendapat pengakuan dari DEPAG RI, sebab pada waktu itu IAIN Sunan Kalijaga belum berubah menjadi UIN seperti sekarang ini, sehingga meskipun sebenarnya program studi Ilmu

Perpustakaan ini merupakan program studi umum, tidak bisa bernaung secara akademik di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Pada tanggal 19 Juni 1998 diterbitkanlah SK Rektor No 121/Ba 0/A/1998 tentang pengangkatan pengelola Program D-3 PII dengan ketua Fuady Aziz dan Sekretaris Syihabuddin Qalyubi. Kedua personalia ini disamping ditugasi mengelola pekerjaan rutin Jurusan juga ditugasi mempersiapkan peninjauan kembali kurikulum.

Dalam awal pendirian pendidikan bidang Perpustakaan di IAIN Sunan Kalijaga, diketahui bahwa Syihabuddin Qalyubi memiliki peranan masuk sebagai tim penyusun program studi D-3 Perpustakaan dan Informasi Islam (PII) yang juga terlibat pada serangkaian kegiatan persiapan pendirian program studi tersebut seperti studi banding, studi kelayakan, dan penyusunan kurikulum. Tidak sampai di situ, peranannya juga dalam hal manajerial, yakni menjadi sekretaris program studi. Pasca program studi D-3 PII berdiri dan berjalan dengan cukup lancar, dan bahkan dikatakan sebagai program studi bidang perpustakaan pertama di PTKIN, program D-3 PII kemudian berupaya mendirikan program studi S-1 Ilmu Perpustakaan seiring kemudian program studi D-3 juga mulai bermunculan di perguruan tinggi yang lain. Berdirinya program studi Ilmu Perpustakaan (S-1) di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga ini tidak bisa dilepaskan dengan program studi p

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi ilmu perpustakaan hampir di seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan vokasi (D-3) maupun pendidikan kesarjanaan, mulai dari S-1, S-2, sampai dengan S-3. Dalam sejarah dan dinamika pengembangan pendidikan kepustakawanan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga tentu melibatkan banyak pihak, Syihabuddin Qalyubi ialah salah satunya. Guru Besar Bahasa dan Sastra Arab ini menjadi salah satu tokoh penting pada permulaan pendirian program studi D-3 dan S-1 Ilmu Perpustakaan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga.

Syihabuddin Qalyubi lahir di Tasikmalaya pada 21 September 1952. Ia dibesarkan di lingkungan yang sarat akan pendidikan agama. Ayah dan ibunya menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak Ia kecil dan memotivasinya untuk belajar di pondok pesantren sedini mungkin. Delapan tahun dari hidupnya dia habiskan di pondok pesantren. Ayah dengan tiga orang anak ini menjalani pendidikan formalnya mulai dari SD N II Sukaraja, kemudian Ia melanjutkan studinya di PGAP NU Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1965. Setelah itu, Ia melanjutkan pendidikannya di PGAN KHZ Musthafa dan lulus tahun 1971. Terlihat jelas bahwa hampir semua jenjang pendidikan yang Ia tempuh di lembaga pendidikan Islam.

Selepas lulus dari pendidikan menengah, Syihabuddin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Pendidikan strata satu-nya Ia tempuh sebanyak dua kali. Pada Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1977) dan pada Fakultas Syari’ah wal Qanun di Universitas Cairo (1982). Ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil Program Studi Magister Aqidah dan Filsafat di

Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, lulus pada 1995. Lalu Ia kembali meneruskan pendidikannya ke jenjang strata tiga/doktoral pada bidang Studi Islam di perguruan tinggi yang sama dan lulus pada tahun 2007. Terkait karier akademik, Syihabuddin bisa dikatakan telah memperoleh gelar tertingginya yaitu Guru Besar dalam bidang Studi Islam. Ia menggeluti kajian Stilistika Arab. Selama di IAIN/UIN Sunan Kalijaga, Syihabuddin pernah menduduki beberapa jabatan, diantaranya adalah: Ketua Departemen dan Laboratorium bahasa di Lembaga Bahasa IAIN Sunan Kalijaga (1988-1989), Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Adab dan Ilmu Budaya (FADIB) pada Periode 2004-2009, Dekan FADIB (2007-2011).

Selama masa jabatannya, banyak hal yang sudah dilakuknnya, sebagai bentuk kontribusi terhadap institusi. Di bawah kepemimpinannya, nama “Fakultas Adab dan Ilmu Budaya” terbentuk, adapun nama fakultas sebelumnya adalah “Fakultas Adab” saja tanpa imbuhan “Ilmu Budaya”. Menurutnya, penamaan ini diperlukan untuk memperjelas makna Adab. Ketika mendengar kata Adab, yang sering sekali terbentuk di bayangan seseorang berarti tata krama atau sopan santun. Dengan ditambahkannya “Ilmu Budaya” pada nama fakultas, animo masyarakat terhadap jurusan-jurusan di fakultas ini semakin besar.

Satu hal yang menarik terkait jabatan yang pernah diemban oleh Syihabuddin adalah bahwa Ia juga pernah menjadi Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, meskipun latar belakang pendidikannya adalah Hukum Islam. Namun justru pada masa kepemimpinannya di Jurusan Ilmu Perpustakaan melahirkan buku bunga rampai berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi” yang dirujuk oleh banyak akademisi bidang perpustakaan.

Program Studi Ilmu Perpustakaan (IP) Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berdiri pada 27 Juni 2005 dengan Dasar Hukum Pendirian Surat Keputusan (SK) Dirjen Pendis Kemenag RI No. Dj.II/206/2005 yang ditandatangani oleh Qodri A. Azizy selaku Dirjen Depag RI. Adapun penyelenggaraan program studi dimulai pada tahun 2005. Berdasarkan borang program studi IP tahun 2018, program studi ini memiliki visi “Unggul dan terkemuka dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman di tingkat internasional pada tahun 2038”. Visi tersebut akan dicapai dengan beberapa butir misi, antara lain: 1) Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman bertaraf internasional; 2) Menyelenggarakan penelitian yang berkualitas internasional dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman bagi kepentingan akademik dan masyarakat berbasis keislaman; 3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang berkualitas dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman bagi kepentingan akademik dan masyarakat; 4) Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik nasional maupun internasional untuk meningkatkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman; dan 5) Meningkatkan peran serta program studi dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi bagi masyarakat berbasis keislaman (Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018).

Apabila membahas peranan seorang tokoh namun mengabaikan sisi historis dari kiprah tokoh tersebut maka akan seperti penyusunan puzzle yang tidak lengkap. Peranan Syihabuddin Qalyubi dalam pendidikan kepustakawanan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga tidak dapat dipisahkan dari proses alih jabatan yang pernah ia alami, yakni dari pegawai administrasi menjadi dosen, bahkan mencapai jabatan fungsional tertinggi Guru Besar (Profesor). Sebelum menjadi dosen, Syihabuddin merupakan seorang pegawai administrasi di Lembaga Bahasa IAIN Sunan Kalijaga. Di lembaga tersebut ia memiliki tugas, salah satunya adalah mengelola laboratorium perpustakaan di lembaga bahasa tersebut. Pasca lembaga tersebut ditutup, ia menjadi kebingungan akan ditempatkan di mana. Karena pengalamannya tersebut bahkan ia pernah akan masuk UPT Perpustakaan. Kendati demikian, ia memiliki semangat dan minat yang kuat untuk menjadi pengajar.

Ia kemudian mencoba melakukan proses alih jabatan, dari semula pegawai administrasi menjadi tenaga pengajar. Karena ia memiliki kemampuan bahasa Arab yang memadai pasca studinya di Kairo, ia memberanikan diri untuk menjadi pengajar pada Fakultas Adab, yang saat itu populer karena jurusan Sastra Arab dan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Adapun Dekan Fakultas Adab saat itu ialah mantan Kepala Lembaga Bahasa, Nuruzaman Ashsiddiqie, yang tidak lain adalah mantan atasannya di lembaga tersebut. Proses perpindahan dari pegawai administrasi menjadi dosen kemudian mengantarkannya tugas-tugas yang nantinya berkaitan dengan pengembangan program studi dalam bidang perpustakaan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga.

Pada awalnya, gagasan pendirian program studi D-3 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam Fakultas Adab, berasal dari Dekan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Taufiq Dardiri) dan Labibah. Pada saat pak Dekan Fakultas Adab mengikuti Workshop Manajemen di Montreal, beliau berdiskusi dengan Labibah (waktu itu masih dosen Fakultas Tarbiyah) tentang rencana strategis pendirian program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (IPII), sebagai bentuk kepedulian terhadap langkanya pustakawan profesional dan untuk pengembangan Fakultas Adab. Hasil diskusi beliau berdua tersebut kemudian menjadi hasil workshop manajemen di Montreal dari tim IAIN Yogyakarta dan dibawa pulang ke Yogyakarta.

Sepulang dari Montreal, Taufiq A. Dardiri, lebih memfokuskan pendirian program studi ini secara lebih intensif pada tataran yang lebih operasional. Pada tanggal 10 Mei 1997 Dekan Fakultas Adab tersebut menerbitkan Surat Keputusan Nomor: 46/1997 tentang Pembentukan Satuan Tugas Persiapan Pembukaan Program Studi Ilmu Perpustakaan, yang bertugas melakukan studi banding, studi kelayakan dan penyusunan kurikulum Program Studi Ilmu Perpustakaan. Menjelang pembukaan Tahun Akademik 1998/1999 dibentuklah panitia kecil terdiri dari Taufiq A. Dardiri, Fuady Aziz, Syihabuddin Qalyubi, Lasa HS, Umar Sidiq, dan Anis Masruri yang nantinya akan bertugas menyusun kurikulum yang bersifat sementara dengan harapan kelak sesudah perkuliahan berjalan kurikulum tersebut bisa ditinjau kembali.

SK Rektor No 55 a/1998 tanggal 9 Mei 1998 yang diperkuat dengan SK Dirjen Binbaga Islam No. E/369/1998 tanggal 18 November 1998 menyatakan pembukaan Program D-3 Perpustakaan dan Informasi Islam. Pencantuman kata Islam pada nama program studi ini dimaksudkan agar segera mendapat pengakuan dari DEPAG RI, sebab pada waktu itu IAIN Sunan Kalijaga belum berubah menjadi UIN seperti sekarang ini, sehingga meskipun sebenarnya program studi Ilmu

Perpustakaan ini merupakan program studi umum, tidak bisa bernaung secara akademik di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Pada tanggal 19 Juni 1998 diterbitkanlah SK Rektor No 121/Ba 0/A/1998 tentang pengangkatan pengelola Program D-3 PII dengan ketua Fuady Aziz dan Sekretaris Syihabuddin Qalyubi. Kedua personalia ini disamping ditugasi mengelola pekerjaan rutin Jurusan juga ditugasi mempersiapkan peninjauan kembali kurikulum.

Dalam awal pendirian pendidikan bidang Perpustakaan di IAIN Sunan Kalijaga, diketahui bahwa Syihabuddin Qalyubi memiliki peranan masuk sebagai tim penyusun program studi D-3 Perpustakaan dan Informasi Islam (PII) yang juga terlibat pada serangkaian kegiatan persiapan pendirian program studi tersebut seperti studi banding, studi kelayakan, dan penyusunan kurikulum. Tidak sampai di situ, peranannya juga dalam hal manajerial, yakni menjadi sekretaris program studi. Pasca program studi D-3 PII berdiri dan berjalan dengan cukup lancar, dan bahkan dikatakan sebagai program studi bidang perpustakaan pertama di PTKIN, program D-3 PII kemudian berupaya mendirikan program studi S-1 Ilmu Perpustakaan seiring kemudian program studi D-3 juga mulai bermunculan di perguruan tinggi yang lain. Berdirinya program studi Ilmu Perpustakaan (S-1) di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga ini tidak bisa dilepaskan dengan program studi pendahulunya, yakni D-3 PII.

Pada bulan Juni 2001 Ketua dan Sekretaris Jurusan PII, Syihabuddin Qalyubi dan Labibah mendapat undangan dari British Embassy untuk mengikuti Benchmarking on Curriculum di hotel Novotel Bogor yang diikuti oleh sejumlah pengelola pendidikan dan praktisi perpustakaan se-Indonesia. Pada kesempatan ini Sulistyo Basuki (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan satu- satunya Guru Besar bidang Ilmu Perpustakaan) memperkenalkan MKBK dan rencana mata kuliah muatan nasional bagi Jurusan Ilmu Perpustakaan yang dapat dipakai sebagai standardisasi Jurusan Ilmu Perpustakaan se-Indonesia. Yang paling penting pada acara ini adalah utusan dari Program Studi D-3 PII IAIN Sunan Kalijaga dapat berbincang-bincang dengan Sulistyo Basuki tentang kemungkinan pembukaan S-1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pada tanggal 19 Juli 2001 diterbitkan surat Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional yang ditujukan kepada Dirjen Binbaga Islam DEPAG no. 2417/D/T/2001 tentang Tindak lanjut Wider Mandate. Pada surat itu antara lain disebutkan bahwa IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta diperkenankan untuk mengajukan usulan pembukaan program studi umum untuk S-1 jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada tahun akademik 2002/2003. Singkat cerita setelah berbagai pihak terlibat, maka pada tanggal 15 Mei 2002 diterbitkanlah SK Rektor tentang Penyelenggaraan Pendidikan Program Sarjana (S-1) Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi (IPI) pada Fakultas Adab Tahun Akademik 2002/2003. Surat Keputusan Rektor ini dikeluarkan sebagai dasar penyelenggaraan Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Adab, sembari menunggu keluarnya izin operasional penyelenggaraan baik dari Departemen Agama maupun dari Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini berdasarkan pertimbangan dari Komite Disiplin Ilmu bidang Ilmu Perpustakaan, karena menunggu keluarnya izin operasional dari Departemen Pendidikan Nasional membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pada tahun 2003, proposal Pembukaan Program Studi IPI diserahkan kepada Menteri Agama RI, Direktur Jenderal Departemen Agama RI, Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Depag RI, dan Sulistyo Basuki. Usaha ini dilakukan agar SK pendirian atau izin operasional Program Studi IPI Fakultas Adab segera diperoleh mengingat Program Studi ini hampir meluluskan mahasiswa angakatan pertamanya. Upaya yang dilakukan saat itu belum membuahkan hasil, sebab Departemen Agama merencanakan akan menerbitkan SK bersamaan dengan prodi-prodi umum lainnya yang diajukan oleh IAIN dalam rangka perubahan menjadi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Maka usaha ini kemudian dilakukan bersama-sama dalam Kelompok Kerja (POKJA) Akademik IAIN Sunan Kalijaga yang juga sedang menyusun proposal untuk memperoleh izin operasional prodi- prodi umum dalam rangka transformasi IAIN menjadi UIN.

Pihak DIKTI mengharuskan menghilangkan kata “Informasi” pada nama program studi yang diajukan, sehingga namanya menjadi “Ilmu Perpustakaan” saja. Hal tersebut terjadi karena tim dari Dikti berpedoman pada nomenklatur keilmuan yang ada di Departemen Pendidikan Nasional. Pada nomenklatur tersebut hanya ada nama Program Studi Ilmu Perpustakaan. Maka sejak saat itu sudah ditetapkan bahwa nama program studinya adalah Ilmu Perpustakaan (IP).

Pasca terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 2004 tentang Perubahan IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga diketahui bahwa Program Studi IP yang diupayakan oleh Fakultas Adab awalnya berada pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, namun setelah diadakan beberapa pertemuan, baik di tingkat Fakultas maupun di tingkat Universitas, akhirnya diputuskan bahwa Program Studi IP tetap berada di Fakultas Adab.

Peranan Syihabuddin Qalyubi pada pembukaan program studi S-1 IP ini tidak dapat dilepaskan dari peran manajerialnya sebagai ketua program studi D-3 PII, yang mana pihak-pihak yang terlibat dalam pendirian program studi S-1 IP tidak lain juga merupakan pihak-pihak yang berada dalam pengawasannya. D-3 PII yang pada dasarnya merupakan bidang studi yang sebenarnya memiliki kajian keilmuan umum (bukan agama) ternyata menarik banyak pendaftar. Kendati demikian imbuhan “Islam” pada nama program studi tersebut, beberapa kali menjadi kendala dari alumni untuk melamar formasi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil). Pada saat Syihabuddin Qalyubi menjadi dekan, ia mengeluarkan surat edaran bahwa lulusan PII memiliki kompetensi yang sama dengan lulusan program studi sejenis di perguruan tinggi yang lain. Bahkan ia menambahkan bahwa justru lulusan PII memiliki tambahan keilmuan keislaman yang tidak dimiliki lulusan perguruan tinggi umum.

Pasca kejadian tersebut Syihabuddin yang tengah menjadi dekan berkomitmen agar penamaan gelar pada lulusan di Fakultas Adab agar lebih universal. Hal ini sempat mendapatkan kritikan yang dikhawatirkan dapat mendegradasi karakter ke-UIN-an dari program studi tersebut. Namun Syihabuddin berpendapat bahwa gelar yang lebih universal akan berimplikasi baik pada masa depan lulusan yang dapat lebih fleksibel untuk melamar pekerjaan.

Dengan semangat yang sama, Syihabuddin bersama tim mengusulkan pengubahan nama fakultas, yakni memberikan imbuhan nama; dari yang semula Fakultas Adab menjadi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya (FADIB). Hal ini tidak lain untuk memperjelas gambaran keilmuan program studi yang ada di FADIB agar masyarakat lebih familiar. Upayanya ternyata berhasil, melalui penamaan tersebut Fakultas Adab yang berganti nama menjadi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya menjadi semakin menarik banyak peminat. Program studi S-1 IP pun tidak luput dari program studi yang mengalami peningkatan peminat. Program studi ini dapat dikatakan sebagai salah satu program studi umum pertama di lingkungan UIN Sunan Kalijaga.

Seiring meningkatnya peminat pada program studi D-3 dan S-1 IP. Hal tersebut berimplikasi juga peningkatan kebutuhan dosen. Waktu Syihabuddin menjadi dekan, ia memminta beberapa pustakawan di UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga untuk beralih jabatan menjadi pengajar. Selain karena kebutuhan SDM pengajar, Syihabuddin juga berharap pengalaman praktis para praktisi dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang baik bagi para mahasiswa.

Pada saat menjadi dekan, Syihabuddin bersama tim program studi D-3 PII dan S-1 IP juga pernah merancang diskusi mengenai konsep teacher-librarian yang dianggapnya potensial dalam dunia kerja. Namun karena persoalan administrasi hal tersebut belum dapat dijalankan. Kendati demikian, program studi D-3 PII dan S-1 IP UIN Sunan Kalijaga sebagai salah satu PTKIN pertama yang menyelenggarakan pendidikan bidang kepustakawanan memberikan rekomendasi kepada Kementerian Agama (Kemenag) untuk memperhatikan perpustakaan yang berada pada madrasah.

Melalui beberapa uraian tersebut dapat diketahui bahwa Syihabuddin Qalyubi dapat dikatakan juga turut berkontribusi dalam upaya untuk menjaga relasi antara dunia akademik dan dunia kerja. Peran ini sangat penting bagi lembaga pendidikan, pasalnya pendidikan kepustakawanan sedari awal memang berorientasi pada supply SDM profesional yang memiliki pengetahuan serta keterampilan praktis dalam mengelola perpustakaan.

Selain mengajar pada mahasiswa diploma dan sarjana, Syihabuddin juga mengajar pada mahasiswa pascasarjana dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Ia bahkan menjadi promotor pada beberapa mahasiswa doktoral dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam. Penunjukan Syihabuddin untuk menjadi pengajar dan promotor ini bukan tanpa alasan, karena selain mempelajari bidang perpustakaan secara langsung dengan mengelola program studi, ia juga memiliki publikasi dalam bidang perpustakaan. Ia pernah menulis sebuah artikel mengenai sejarah perpustakaan Islam. Dari karyanya inilah ia bersama Dr. Nurul Hak (dosen program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam FADIB) pernah berkolaborasi secara team teaching menjadi pengajar mata kuliah Sejarah Perpustakaan Islam pada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Dalam hal ini Syihabuddin mengatakan bahwa penting sekali mendialogkan bidang keilmuan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini akan memperkaya sudut pandang seseorang sehingga lebih komprehensif dalam memahami permasalahan.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Syihabuddin Qalyubi memiliki semangat untuk mengaktualisasikan core-value UIN Sunan Kalijaga yang salah satunya mengintegrasikan dan menginterkoneksikan satu bidang ilmu dengan yang lainnya, utamanya terhadap mata kuliah pada bidang perpustakaan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peranan ini akan memperkuat karakter keislaman mahasiswa bidang perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dan sekaligus dalam waktu yang sama berpeluang meningkatkan kompetensinya dalam mengelola perpustakaan.

Peranan Syihabuddin Qalyubi pada pendidikan kepustakawanan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dapat dikategorikan menjadi dua bagian. Pertama, peranan praktis-administratif, yakni karena kontribusinya yang terlibat pada penyusunan, tim manajemen, dan juga terlibat pada beberapa kegiatan program studi D-3 dan S-1 Ilmu Perpustakaan. Kedua, peranan akademis-teoretis, yang di antara lain seperti terlibat pada penyusunan kurikulum program studi D-3 dan S-1 Ilmu Perpustakan. Selain itu ia juga terlibat menjadi tim penulis buku Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang banyak menjadi rujukan mahasiswa D-3, S- 1, S-2, dan bahkan S-3 dalam bidang perpustakaan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Peranan Syihabuddin Qalyubi pada pendidikan kepustakawanan sejak awal pendiriannya bukanlah satu hal yang mudah. Sebagaimana Syihabuddin Qalyubi yang melanjutkan perjuangan pihak-pihak yang menjadi tokoh pendiri pendidikan kepustakawanan di IAIN/UIN Sunan Kalijaga, maka sudah sewajarnya bagi para penerus estafet kepengurusan, juga para dosen dan mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga untuk melanjutkan semangat dan legacy dari Syihabuddin Qalyubi. Pemaduan kepustakawanan, keislaman, dan pengetahuan konten lokal yang menjadi karakter pendidikan kepustakawanan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta perlu senantiasa dijaga. Pemaduan tersebut merupakan implementasi dari nilai-nilai integrasi-interkoneksi yang menjadi salah satu core value UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagaimana Syihabuddin Qalyubi yang pada mulanya memiliki bidang keahlian dalam Bahasa dan Sastra Arab dengan tekad dan kemauan untuk terus belajar mampu terlibat dan berkiprah dalam pengembangan pendidikan kepustakawanan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian mengenai tokoh dan periodisasi pendidikan kepustakawanan di UIN Sunan Kalijaga menurut penelusuran penulis masih jarang, sementara lembaganya saat ini sudah cukup berkontribusi dalam dunia kepustakawanan Indonesia bahkan Global. Topik tersebut cukup potensial untuk ditulis guna melengkapi diskursus dalam kaitannya dengan ketokohan dalam bidang pendidikan kepustakawanan.

Sumber : Kilat.com

Kolom Terpopuler