KEUTAMAAN ILMU DAN PENGETAHUAN Prof. Dr. H. Muhammad, M.Ag.

Islam sangat menekankan kepada Muslim agar giat menuntut ilmu. Dengan ilmu seseorang akan dapat menunaikan tugas-tugas dengan baik dan benar. Orang yang mengetahui tidak sama dengan orang yang tidak mengetahui; orang yang berilmu tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

Apakah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya (sama dengan yang durhaka)? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang dapat menarik pelajaran hanyalah ulul albab (orang yang berakal bersih, murni, dan cerah). (QS Az-Zumar/39:9).

Perintah membaca dalam Al-Quran identik dengan perintah menuntut ilmu. Perintah menuntut ilmu menunjukkan arti penting ilmu.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan kalam. Mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-‘Alaq/96:1-5).

Tuhan Yang Maha Pemurah. Dia mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya berbicara, menjelaskan dengan kata-kata. (QS ASr-Rahman/55:1-4).

Allah swt meninggikan derajat orang-orang yang beriman lagi berpengetahuan luas.

Wahai orang-orang beriman, apabila kamu dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majlis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan untukmu, dan apabila dikatakan, “Berdirilah,“ maka berdirilah. Allah niscaya akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Mujadilah/58:11).

Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dengan seni hidup menjadi indah. Dengan agama hidup menjadi terarah. Siapa yang ingin hidupnya mudah, indah, dan terarah hendahlah menjunjung tinggi dan merengkuh ilmu, seni, dan agama.

Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah.”

Orang bijak berkata bahwa ilmu itu seperti air; ada yang turun dari atas dan ada yang keluar dari bawah. Orang beriman niscaya mensyukuri anugerah Allah swt berupa pendengaran, penglihatan, dan hati untuk menggapai ilmu, pengetahuan, dan kebenaran. (QS An-Nahl/16:78).

Allah swt mengutuk orang-orang yang tidak mau menggunakan mata untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, menggunakan telinga untuk mendengar petunjuk-petunjuk Allah, dan menggunakan hati untuk memahami ayat-ayat Allah swt. (QS Al-A’raf/7:179).

Imam ibnu Abdul Barr meriwayatkan bahwa Ibn Abi Ghassan berkata. “Selama kamu menuntut ilmu, kamu berpengetahuan; begitu kamu berhenti, kamu menjadi bodoh.”

Imam Malik berkata, “Tak seorang pun yang berilmu akan berhenti menuntut ilmu.”

Imam Abu Amr ibn al-A’la ditanya, “Berapa lama waktu yang diperlukan bagi seseorang untuk menuntut ilmu ?” Dia menjawab, “Selama dia hidup.”

Seseorang bertanya kepada Imam Sufyan ibnu Uyainah, ”Siapakah orang yang paling membutuhkan ilmu pengetahuan?” Jawabnya, “Orang yang paling banyak ilmunya.” “Mengapa?” “Sebab jika dia membuat kesalahan akibatnya lebih buruk.”

Pada suatu hari Rasulullah saw masuk masjid dan menemukan dua kelompok majelis di dalamnya: majelis dzikir, dan majelis ilmu. Rasulullah saw bersabda, “Kedua majelis ini baik, tetapi aku lebih menyenangi salah satu daripada yang lain. Majelis pertama orang-orang yang berdzikir dan memohon kepada Allah; Allah mungkin mengabulkan doa mereka atau menolaknya. Majelis kedua orang-orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan saya sendiri diutus sebagai guru.” Lalu Rasulullah saw duduk di majelis ilmu. (Abdullah ibn Umar ra).

Siapa yang rendah hati karena ilmunya, Allah memuliakannya dengannya. Ilmu itu ada tiga jengkal. Siapa yang menguasai satu jengkal akan sombong dan angkuh serta menduga telah berilmu. Siapa yang menguasai dua jengkal ia rendah hati dan mengetahui bahwa ia belum berilmu. Adapun jengkal ketiga hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Selayaknya manusia tidak sombong dalam bidang yang dikuasainya, dan tidak pula berpura-pura mampu dalam bidang yang tidak dikuasainya.

Membaca itu memperkaya perbendaharaan jiwa, oleh karena itu sangat membahagiakan. Hati akan mati bila tak berhasrat kepada ilmu pengetahuan. Kehebatan daya cipta adalah berkat rajin membaca, hingga kekayaan dan kebahagiaan yang berupa apa pun dapat dicapai oleh manusia yang banyak pengetahuannya.[]