WhatsApp Image 2025-05-07 at 16.05.49.jpeg

Rabu, 07 Mei 2025 16:20:00 WIB

0

CTSD UIN Sunan Kalijaga Terima Kunjungan dari Character Building Development Center Binus University

Center for Teaching Staff Development (CTSD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menerima kunjungan dari tim Character Building Development Center Binus University, Rabu (7/5/2025) Kunjungan ini dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi sekaligus diskusi pertukaran best practice  pembangunan karakter dalam dunia pendidikan tinggi.

Tim Binus University dipimpin oleh Dr. Federikus Fios, S.Fil., M.Th., selaku Manager Character Building Development Center, didampingi Dr. Yustinus Suhardi Ruman, S.Fil., M.Si., selaku Subject Content Coordinator. Mereka diterima langsung oleh Ketua CTSD UIN Sunan Kalijaga Dr. Muqowim, M.Ag., bersama Sekretaris Dr. Diah Ajeng Purwani, S.Sos., M.Si., serta anggota CTSD lainnya: Roni Ismail, S.Th.I., M.S.I.; Very Julianto, M.Psi., Psikolog; dan Amalia Azka Rahmayani, M.Sc.

Dalam pertemuan tersebut, Dr. Federikus Fios menjelaskan bahwa pusat pengembangan karakter di Binus membina dosen untuk seluruh kampus di jaringan Binus, termasuk Binus Malang, Bandung, Semarang, hingga Binus Online Learning. Terdapat sekitar 70 dosen yang mengampu mata kuliah Character Building seperti Pancasila, Kewarganegaraan, dan Keagamaan, yang diberikan kepada lebih dari 6.000 mahasiswa.


"Pengembangan karakter di Binus ditangani secara terpusat, tidak berada di bawah fakultas, tetapi langsung di bawah Character Building Development Center. Kami ingin belajar bagaimana implementasi penguatan nilai-nilai karakter di UIN Sunan Kalijaga," ujar Federikus.

Menanggapi hal itu, Dr. Muqowim menjelaskan bahwa penguatan karakter di UIN Sunan Kalijaga berbasis pada nilai-nilai inti (core values) yang telah dirumuskan sejak transformasi kelembagaan dari IAIN menjadi UIN. Nilai-nilai tersebut meliputi integratif-interkonektif, dedikatif-inovatif, inklusif - Continuous Improvement.

"Core values ini menjadi brand UIN Sunan Kalijaga dan diterjemahkan dalam indikator pembelajaran, proses akademik, hingga layanan kemahasiswaan. Kami memastikan semua dosen dan mahasiswa memiliki kesadaran akan nilai-nilai ini, meskipun prosesnya sangat dinamis dan tidak mudah," tuturnya.

Nilai-nilai itu tidak hanya sebatas jargon. Ia hadir di Rencana Pembelajaran Semester (RPS), dibahas dalam audit mutu internal, dan menjadi materi dalam pelatihan dosen. Bahkan, para dosen dibekali pelatihan komunikasi berbasis bahasa isyarat sebagai bentuk empati dan inklusivitas.

"Nilai inklusif itu nyata. Kami memiliki Pusat Layanan Difabel. Kurikulum, fasilitas, hingga 200 relawan disiapkan untuk memastikan mahasiswa difabel merasakan kampus ini sebagai rumahnya," tambahnya

CTSD juga aktif dalam memberikan pelatihan bagi dosen melalui program Training of Trainer (ToT), seperti ToT Fasilitator sosialisasi pembelajaran untuk program S2 dan S3, serta tengah mempersiapkan untuk program S1. Isi materi dan pendekatan pembelajaran disusun secara adaptif dan responsif terhadap perkembangan zaman, termasuk integrasi teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan penguatan literasi digital. Para pendidik didorong untuk memiliki literasi AI yang memadai, tidak hanya dalam hal pemanfaatannya secara pedagogis, tetapi juga dalam kemampuan mengendalikan dan mengarahkan penggunaan AI secara etis.

Materi Sosialisasi Pembelajaran (Sospem) yang dikembangkan oleh CTSD UIN Sunan Kalijaga mencakup tiga pilar utama: regulasi diri, relasi sosial, dan integritas akademik. Ketiga aspek ini dipandang esensial dalam membentuk karakter mahasiswa yang bertanggung jawab, adaptif, dan menjunjung tinggi etika akademik

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Diah Ajeng Purwani, Sekretaris CTSD, menegaskan bahwa pihaknya tidak bekerja berdasarkan asumsi semata. Sebagai langkah konkret, CTSD melakukan roadshow ke berbagai fakultas untuk melakukan asesmen terhadap kebutuhan dan praktik pembelajaran yang ada. Hasil dari asesmen ini menunjukkan bahwa materi sosialisasi pembelajaran yang telah dirancang oleh CTSD sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Generasi kini tidak bisa didekati dengan cara lama. Mereka punya daya juang dan gaya belajar berbeda. Di sinilah tugas sebagai pendidik, tidak hanya mengajar, tapi juga menjembatani nilai dan generasi.

Pertemuan dua pusat ini menjadi pertemuan dua dunia yang berbeda, namun memiliki kerinduan yang sama: menjadikan pendidikan bukan hanya ruang transfer ilmu, tetapi ladang pembentukan manusia yang utuh.

Dari Yogyakarta, semangat membentuk karakter itu terus menyala. Antara nilai dan generasi, antara idealisme dan praktik, di sinilah pendidikan menemukan maknanya kembali.(humassk)

.