IMG-20250705-WA0206.jpg

Sabtu, 05 Juli 2025 19:19:00 WIB

0

Mengusung Tema Keadilan Gender, DWP, PSW, KIJ UIN Sunan Kalijaga Gelar Saresehan bersama Penasehat DWP Kemenag RI

Sabtu (5/7/2025), Aula Convention Hall Lantai 1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dipenuhi wajah-wajah penuh semangat. Kursi-kursi terisi penuh mayoritas ibu-ibu dari pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Sunan Kalijaga, perwakilan DWP Kanwil Kemenag DIY hingga kemenag kabupaten/kota, siswa-siswa madrasah  yang diundang khusus serta ratusan peserta melalui Zoom partisipan DWP Kementerian Agama dari seluruh Indonesia yang turut bergabung. Suasana akademik, religius, dan kekeluargaan melebur dalam Saresehan bertema “Keluarga sebagai Pilar Bangsa: Perspektif Keagamaan dan Kekinian dalam Membangun Pernikahan yang Berkeadilan Gender dan Tangguh.”


Acara yang digelar secara hybrid yang diikuti lebih dari 800 peserta itu semakin bermakna dengan hadirnya tokoh-tokoh penting. Hadir Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Noorhaidi Hasan beserta jajaran Wakil Rektor, Ketua DWP UIN Sunan Kalijaga Prof Euis Nurlaelawati, para dekan, dan Direktur Pascasarjana. Bertambah Istimewa dengan hadirnya Penasehat DWP  Kementerian Agama RI Helmi Halimatul Udhmah Nasaruddin Umar; Ketua DWP Pusat Kemenag, Sinarliati Kamaruddin Amin; Staf Ahli Menteri Agama, A.M. Ardiyanto Sumarjono; Direktur Diktis Kemenag, Prof. Sahiron, Kepala Kanwil Kemenag DIY, Dr Ahmad Bahiej beserta pihak terkait

Dalam pidatonya, Prof Noorhaidi menegaskan, UIN Sunan Kalijaga telah lama menjadi pelopor perjuangan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender di Indonesia. Ia menuturkan, Pusat Studi Wanita (PSW) kampus ini berdiri sejak 25 tahun lalu dan menjadi inspirasi pendirian PSW di banyak perguruan tinggi. Kini, PSW telah bertransformasi menjadi Pusat Pengarusutamaan Gender dan Perlindungan Anak.


Dikatakan Prof. Noorhaidi, inspirator utama program kesetaraan gender di kampus ini tidak lain adalah Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar. “Karya-karya beliau telah lama menjadi rujukan kami. Sejak PSW berdiri, beliau kerap hadir berbagi wawasan dan menumbuhkan spirit kesetaraan gender yang kuat di kampus ini.” ujarnya.

Lebih jauh, Prof Noorhaidi menegaskan pentingnya keluarga sebagai pondasi peradaban bangsa. Menurutnya, keluarga bukan sekadar identitas privat, melainkan ruang pertama pendidikan nilai, tumbuhnya kasih sayang, dan pembentukan keadaban sosial. “Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, peran keluarga menjadi sangat strategis dan krusial. Membangun pernikahan yang tangguh dan berkeadilan gender adalah upaya mendasar menyiapkan generasi yang kuat secara spiritual, emosional, dan sosial,” tuturnya. Perspektif keadilan gender, kata Prof Noorhaidi, diperlukan agar keluarga bukan hanya menjadi tempat berteduh, melainkan ruang tumbuh yang aman dan bermartabat bagi semua anggotanya

Hal ini, lanjutnya, sejalan dengan misi transformasi Menteri Agama yang mendorong kurikulum cinta dan kepedulian sebagai pondasi pembaruan pendidikan keagamaan dan penguatan kehidupan berkeluarga. “Cinta tidak cukup hanya sebagai slogan, tapi harus menjadi prinsip etik dalam relasi rumah tangga, institusi agama, hingga kebijakan publik,” tegasnya..

Dalam pidatonya, Rektor juga menyinggung pentingnya ekoteologi sebagaimana yang digagas oleh Menteri Agama. “Keluarga adalah ruang awal untuk menumbuhkan kesadaran ekoteologi. Melalui ekoteologi, kita diajak membangun keluarga yang peduli dan tangguh, yang berarti membangun relasi sehat dengan lingkungan, sebuah kesatuan kosmik yang tidak bisa dipisahkan,” ungkapnya.

Dalam konteks itu, UIN Sunan Kalijaga berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui riset, kurikulum, dan pengabdian masyarakat yang berorientasi pada kerukunan bangsa, keadilan sosial, kesetaraan gender, dan kelestarian lingkungan. “Kami ingin menjadi mitra aktif Kementerian Agama dalam mendorong lahirnya generasi pembelajar yang beriman, berakal sehat, dan berwelas asih,” pungkasnya.


Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Agama Bidang Manajemen, Komunikasi, dan Informasi, A.M. Ardiyanto Sumarjono, menyampaikan arahan Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar tentang pentingnya Kurikulum Cinta. Menurutnya, tujuan utama setiap materi pengajaran adalah membekali mahasiswa dan siswa dengan akhlak dan moral luhur. “Ilmu akan menyebar luas dan bermanfaat bila diajarkan dengan bahasa cinta. Generasi bangsa jangan dicekoki kebencian, tetapi dibekali cinta yang dapat menyatukan perbedaan,” pesannya.

Sementara itu, berkaitan dengan keluarga, ia menegaskan pernikahan bukan sekadar seremonial administratif, melainkan momentum sakral sekaligus sebagai fondasi masyarakat dan bangsa yang kuat. “Membina rumah tangga bukan hanya relasi biologis, tetapi ruang menyempurnakan iman dan memperkuat nilai keadaban masyarakat. Keluarga yang baik melahirkan masyarakat yang baik, dan darinya lahir bangsa bermartabat,” tegasnya.

Menteri Agama melalui Staf Ahlinya juga menyoroti  konsep ekoteologi, relasi manusia, Tuhan, dan alam sebagai pendekatan penting dalam pendidikan agama. “Saya mendorong ekoteologi dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan agama dan keagamaan sebagai upaya membentuk kesadaran lingkungan sejak dini dan menciptakan generasi sadar lingkungan,” tegasnya.

Beliau meyakini, persatuan bangsa yang lahir dari keluarga harmonis dan toleran akan mampu melakukan perubahan bersama untuk melindungi bumi, meningkatkan perdamaian, dan kesejahteraan bersama.

Adapun sebagai Keynote Speech, Penasehat DWP Kementerian Agama Helmi Halimatul Udhmah menegaskan, bahwa perempuan memiliki peran strategis membangun masa depan bangsa melalui penguatan nilai agama, pendidikan, dan akhlak luhur dalam keluarga.

Namun ia menyoroti tingginya angka perceraian yang sering memiskinkan perempuan dan anak. “Menikah itu hak, tapi tanpa kesiapan mental dan ekonomi hanya melahirkan problem baru. Pernikahan bukan penjara, tapi juga bukan kebebasan tanpa batas,” tegasnya.

Sebagai penasehat, Ia juga mengingatkan seluruh DWP untuk  menjadi motor penggerak kultural, bukan sekadar organisasi struktural yang dipaksakan. “Jangan jadikan keluarga pintu masuk hal-hal yang merusak integritas. Agama harus menjadi pedoman berilmu dan berperilaku,” pungkasnya.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi saresehan yang menghadirkan Ketua Umum DWP UIN Sunan Kalijaga bersama tiga narasumber lainnya, yang merupakan aktivis perempuan dan pegiat isu gender dengan rekam jejak panjang dalam pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender.(humassk)