WhatsApp Image 2025-06-03 at 16.30.20.jpeg

Minggu, 01 Juni 2025 16:05:00 WIB

0

Weni Hidayati: Dua Dekade Mengabdi, Menjadi Suara UIN Sunan Kalijaga

Jika setiap rilis berita yang ia tulis bisa bercerita, mungkin ribuan cerita telah membentuk satu narasi panjang tentang dedikasi, ketekunan, dan cinta terhadap pekerjaan yang ia sebut sebagai “dunia saya.” Itulah kisah Dra. Weni Hidayati, sosok yang telah menjadi wajah dan suara di balik berita-berita UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta selama lebih dari dua dekade. Per 1 Juni 2025, Weni resmi memasuki masa purna tugas, setelah sekitar 25 tahun mengabdi di kampus yang ia cintai.

Namun, kisah pengabdiannya dimulai jauh sebelum itu. Pada tahun 1993, Weni memulai kariernya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Departemen Penerangan. Dunia kehumasan bukan hal baru baginya. Ia memang sejak awal telah berinteraksi dengan publik dan media. Ketika departemen itu dibubarkan pada tahun 2000, ia memilih untuk melanjutkan kariernya di UIN Sunan Kalijaga, yang saat itu masih bernama IAIN.

Langkah pertamanya di kampus itu bukan langsung ditempatkan di bagian Humas, melainkan sebagai staf Dekan di Fakultas Ushuluddin, serta di ruang munaqasyah, melayani ujian-ujian mahasiswa. Namun tak lama kemudian, sekitar setahun berselang, ia diminta untuk mengisi posisi Humas kampus.

"Sejak itu, saya merasa seperti menemukan rumah, kenangnya,  "Humas adalah dunia saya."


Weni datang pada masa ketika teknologi informasi belum semaju sekarang. Website institusi belum umum. Internet baru mulai dikenal secara terbatas. Maka, pekerjaan Humas kala itu menuntut kreativitas, kecepatan, dan ketekunan yang luar biasa. Press release yang ia susun ditulis dengan rapi, lalu dikirimkan ke media massa melalui mesin faksimile. Setelah dikirim, ia akan menelpon redaksi satu per satu, mengonfirmasi apakah rilis berita dari IAIN/UIN telah diterima.

“Itu rutinitas kami di awal 2000-an,” ujarnya sambil tersenyum mengenang. “Dari menulis, mengirim faks, sampai menelepon media, semuanya manual.”

Tak berhenti di situ, ia juga aktif membina hubungan dengan para jurnalis. “Saya selalu percaya, relasi yang baik dengan media akan menciptakan narasi yang lebih jujur dan kuat tentang kampus ini,” ungkapnya.

Weni bukan hanya menulis berita. Ia mendokumentasikan setiap momentum. Dari era kliping media cetak yang menggunung, terutama saat transformasi IAIN menjadi UIN pada awal 2000-an—hingga era digital di mana semua dokumentasi berpindah ke awan (cloud). Ia mengarsip, menyusun newsletter, menyelenggarakan konferensi pers, menyusun profil alumni, hingga menjadi jembatan antara kampus dan dunia luar.

“Setiap berita adalah bagian dari sejarah UIN,” katanya. “Karena itu, saya tidak pernah menyepelekan rilis apapun, sekecil apapun kegiatannya, tetap saya buatkan beritanya.”

Dan juga sosialisasi ke sekolah-sekolah menegah yang berkunjung ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sudah tak terhitung berapa banyak kunjungan dari sekolah-sekolah yang ia layani, berapa banyak naskah wawancara ia susun, dan berapa banyak sesi diskusi media yang ia fasilitasi. Ia melayani semua itu dengan hati, bahkan ketika tekanan datang silih berganti.

Dedikasi Weni tidak hanya tercermin dari jumlah berita yang ia hasilkan, tetapi juga dari waktu yang ia curahkan tanpa pamrih. Ia tidak mengenal batas jam kerja. “Pulang jam tujuh malam adalah hal biasa. Yang penting berita selesai, kliping tersusun, dan semua urusan kehumasan tidak absen.” ujarnya ringan

Ia berpegang teguh pada prinsip hidup yang sederhana namun kuat: “Kerjaan hari ini harus selesai hari ini. Kalau tidak, akan terus terbayang-bayang di rumah.” Prinsip ini menjadi motor penggerak yang membuatnya tak pernah menunda pekerjaan, tak pernah setengah hati, dan selalu mengusahakan yang terbaik.

Bagi Weni, masa kerjanya yang Panjang jika ditotal sejak di Departemen Penerangan hingga di UIN Sunan Kalijaga, mencapai kurang lebih 32 tahun. Sebuah masa pengabdian yang tidak singkat, namun ia menjalani semuanya tanpa terasa. “Tahu-tahu sudah masuk masa pensiun,” ucapnya lirih, seolah tak percaya waktu berjalan begitu cepat.

Salah satu hal yang paling ia rindukan dari dunia kerja adalah berjumpa dengan teman-teman. Keakraban, canda tawa, kerja sama, dan solidaritas di lingkungan kerja menjadi bagian tak terpisahkan dari kenangannya di kampus.

Menutup masa tugasnya, ia menyampaikan pesan untuk para penerus Humas UIN Sunan Kalijaga: “Jangan pernah bosan untuk belajar. Dunia Humas terus berubah. Jadi kita harus terus berkembang agar bisa tetap relevan dan bermanfaat.” pesannya.

Weni menjalani kariernya dari masa surat kabar cetak menjadi raja, hingga era media digital mendominasi informasi. Ia menyaksikan langsung perubahan besar dalam dunia komunikasi. Namun satu hal yang tak berubah, kecintaannya pada dunia kehumasan. “Bekerja di Humas bukan hanya soal menyampaikan informasi, tapi bagaimana menjaga wajah institusi tetap bermartabat di tengah perubahan zaman,” ujarnya.

Kini, setelah 22 tahun lebih menulis tentang orang lain, saatnya cerita tentang Weni ditulis. Ia meninggalkan jejak panjang, tidak hanya dalam bentuk naskah berita, tapi dalam bentuk keteladanan, bahwa bekerja dengan sepenuh hati adalah bentuk tertinggi dari pengabdian.

Selamat purna tugas, Dra. Weni Hidayati. Terima kasih telah menjadi suara UIN Sunan Kalijaga selama ini.(humassk)