WhatsApp Image 2025-11-07 at 09.22.30.jpeg

Jumat, 07 November 2025 09:15:00 WIB

0

UIN Sunan Kalijaga Gelar Konferensi Internasional: Mendesak Integrasi Rasionalitas dan Religiositas di Era Disrupsi

Yogyakarta, 6 November 2025 — Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta resmi membuka The 6th International Student Conference Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought (ISC-FUPI). Konferensi internasional ini mengusung tema “Revisiting Rationality and Religiosity in the Disruption Era”, yang menyoroti urgensi peninjauan ulang peran akal dan iman di tengah perubahan sosial dan teknologi global yang cepat.

Acara berlangsung secara hybrid di Grand Rohan Hotel Yogyakarta dan Gedung Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI), dengan menghadirkan tokoh-tokoh akademik internasional dari sembilan negara. Dari total 115 abstrak yang masuk, sebanyak 40 abstrak terbaik dipresentasikan dalam forum ilmiah bergengsi ini.

Kolaborasi Global Sebagai Jembatan Intelektual

Dekan FUPI, Prof. Dr. H. Robby Habiba Abor, S.Ag., M.Hum., dalam sambutannya mengungkapkan bahwa konferensi ini mencerminkan semangat global kampus dalam mengembangkan kajian Islam yang kontekstual dan relevan dengan tantangan zaman.

“Kami ingin menjadikan FUPI sebagai laboratorium pemikiran Islam yang mampu menjembatani tradisi intelektual Islam dengan dinamika ilmu modern,” ungkap Prof. Habiba.

Kolaborasi internasional tampak kuat dengan hadirnya H.E. Dr. Mohammad Boroujerdi, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, sebagai pembicara utama. FUPI juga memperluas jejaring akademik melalui kerja sama dengan Islamic Cultural Center dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Timur Tengah dan Eropa.

Pesan Kunci dari Rektor dan Duta Besar Iran

Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi, Ph.D., menegaskan kembali visi universitas dalam memperkuat paradigma Integrasi-Interkoneksi antara agama dan sains, yang menjadi ciri khas akademik UIN Sunan Kalijaga.

“Kita tidak cukup menjadi pengamat perubahan, tetapi harus menjadi penggerak pengetahuan yang berdaya ubah dan berdaya saing global,” ujar Prof. Noorhadi.

Dalam pidato utamanya, Dr. Mohammad Boroujerdi menekankan pentingnya menghidupkan kembali semangat ijtihad di era disrupsi.

“Rasionalitas tanpa spiritualitas hanya akan melahirkan efisiensi tanpa empati, dan pengetahuan tanpa kebijaksanaan,” tegasnya.
Ia menyerukan integrasi antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritual agar Islam tetap menjadi panduan bagi peradaban yang etis dan berkeadilan.

Sesi Panel: Disrupsi, Etika, dan Keberagamaan

Sesi panel yang dipandu Safri Nur Jannah, M.Ag. menghadirkan pembicara dari berbagai negara, antara lain:

  • Min Seong Kim, Ph.D. (Korea Selatan) yang menyoroti tantangan rasionalitas di era digital;
  • Prof. Evangelos Aendras, Ph.D. (Yunani) yang membahas etika dan krisis spiritual dalam masyarakat modern;
  • Dr. Djarfur Ibrahim (Aljazair) yang menegaskan pentingnya menjaga kearifan tradisi di tengah inovasi teknologi.

Diskusi ini menjadi ruang pertemuan lintas budaya dan disiplin ilmu yang memperkaya pemikiran tentang bagaimana Islam berperan dalam mengarahkan peradaban digital.


Menuju Sinergi Akademik Global

Konferensi ini diakhiri dengan seruan untuk memperkuat jejaring penelitian dan publikasi internasional. Para peserta diharapkan tidak hanya membawa ide, tetapi juga membangun kolaborasi nyata yang berkelanjutan.

“Konferensi ini bukan sekadar forum ilmiah, tapi momentum untuk membangun masa depan ilmu yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas,” pungkas Prof. Habiba.