0

IMG-20250218-WA0475.jpg

Selasa, 18 Februari 2025 08:32:00 WIB

NEO-VISIBILITAS HILAL MABIMS DAN AWAL RAMADAN 1446 H (Prof Susiknan Azhari, Guru Besar Fak.Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga)


Neo-Visibilitas Hilal MABIMS atau juga disebut Imkanur Rukyat MABIMS 3,6.4 adalah kriteria baru yang digunakan dalam penentuan awal bulan kamariah sebagai bentuk perbaikan kriteria sebelumnya Imkanur Rukyat MABIMS 2,3,8. Indonesia mulai menggunakan kriteria baru pada penentuan awal Ramadan 1443 H/2022. Sementara itu, Malaysia mulai menggunakannya sejak awal Muharam 1443 H. Dalam konteks Indonesia penggunaan Neo-Visibilitas Hilal MABIMS "terkesan" dipaksakan sehingga sampai saat ini masih menyisakan persoalan dan mengakibatkan perbedaan sesama anggota MABIMS. 

Kehadiran kriteria Imkanur Rukyat MABIMS sesungguhnya untuk mewujudkan kebersamaan dalam memulai dan mengakhiri Ramadan di kawasan anggota MABIMS, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapore. Namun kehadiran kriteria baru yang disepakati justeru menimbulkan problem baru dan perbedaan dalam menentukan awal Ramadan dan Syawal. Bukti konkretnya penentuan awal Syawal 1443 H/2022 M. Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam menetapkan awal Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin 2 Mei 2022, sedangkan Singapore menentukan awal Syawal 1443 H jatuh pada hari Selasa 3 Mei 2022. 

Bagi Malaysia penentuan awal Syawal 1443  /2022 merupakan peristiwa yang kurang menyenangkan. Dalam buku yang berjudul "Anak Bulan Syawal Monograf Penentuan Aidilfitri 1443/2022" oleh Mohd. Saiful Anwar Mohd Nawawi dkk, dikisahkan bagaimana situasi kegaduhan di Malaysia menjelang Idul Fitri 1443. Pada saat itu berdasarkan hasil hisab menurut kriteria Neo-Visibilitas Hilal MABIMS 3, 6.4 awal Syawal 1443 jatuh pada hari Selasa tanggal 3 Mei 2022 karena pada Ahad tanggal 1 Mei 2022 posisi hilal belum memenuhi kriteria. Namun dalam praktiknya ada yang berhasil melihat hilal di Labuan sehingga awal Syawal 1443 jatuh hari Senin 2 Mei 2022. Peristiwa ini sangat mengacaukan suasana lebaran di Malaysia. Dalam bahasa Malaysia diistilahkan " Raya Terkejut", "Raya Kalut", dan "Raya Kelam Kabut". 

Perbedaan sesama anggota MABIMS akan terulang kembali dalam penentuan awal Ramadan 1446 H. Berdasarkan data hasil hisab dan kalender yang beredar di negara anggota MABIMS terlihat adanya perbedaan dalam memulai Ramadan 1446 H. Kalender Hijriah Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik Indonesia menentukan awal Ramadan 1446 H jatuh pada hari Sabtu 1 Maret 2025. Sementara itu, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapore menentukan awal Ramadan 1446 H jatuh pada hari Ahad 2 Maret 2025 sebagaimana yang tertera dalam kalender yang dikeluarkan oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia dan Majelis Ugama Islam Singapore. 

Lalu muncul pertanyaan kenapa sesama anggota MABIMS berbeda bukankah itu mencederai tujuan awal berdirinya MABIMS?. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak ada salahnya menengok perjalanan implementasi Neo-Visibilitas Hilal MABIMS, khususnya di Indonesia. Pada awalnya Kementerian Agama RI membentuk Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama Tahun 2021 berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 331 Tahun 2021 tertanggal 16 Maret 2021 yang ditandatangani Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas. Adapun tugas Tim Unifikasi Kalender Hijriah, antara lain melaksanakan penelitian, pengkajian, pengembangan hisab rukyat khususnya awal bulan kamariah, memberikan rekomendasi terhadap upaya unifikasi kalender hijriah, dan menyusun naskah akademik. 

Selanjutnya sesuai amanat yang diberikan tim mencoba menyusun peta jalan unifikasi kalender hijriah dan masing-masing anggota menulis artikel sebagai bahan untuk menyusun naskah akademik. Sebagian besar anggota tim telah menyerahkan naskah untuk dijadikan bahan diskusi. Pada hari Rabu-Jum'at 13-15 Rabiul Awal 1443/20-22 Oktober 2021 diselenggarakan Sinkronisasi Hisab Taqwim Standar Indonesia oleh Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah di Hotel Royal Safari Garden Bogor Jawa Barat. Dalam pertemuan ini dihasilkan perhitungan hisab Takwim Standar Indonesia 1444/2023 dan beberapa rekomendasi. 

Rekomendasi dimaksud antara lain menyusun naskah akademik unifikasi kalender hijriah yang komprehensif dengan menjadikan kriteria baru MABIMS, Kalender Global Turki 1437/2016, Rekomendasi Jakarta 1438/2017 sebagai bahan acuan dan mendorong Kementerian Agama RI untuk mensosialisasikan hasil kajian draft naskah akademik kepada ormas-ormas Islam dan lembaga-lembaga terkait. Namun dalam perjalanannya kesepakatan yang dirumuskan dalam Sinkronisasi Hisab Taqwim Standar Indonesia di atas tidak terlaksana. Hal ini terjadi terkait implementasi Neo-Visibilitas Hilal MABIMS yang telah disepakati pada  "Senior Official Meeting (SOM)" MABIMS pada tahun 1440/ 2019 di Singapore. 

Pada saat itu, mayoritas Tim Unifikasi Kalender Hijriah berpandangan bahwa implementasi Neo-Visibilitas Hilal MABIMS sebaiknya tidak dipaksakan pada awal Ramadan  1443 H/2022 M karena masih banyak hal yang perlu disepakati bersama agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Pada saat itu diusulkan implementasi Neo-Visibilitas Hilal MABIMS bagi Indonesia dimulai awal Muharam 1444 H sekaligus melengkapi pedoman operasionalnya. Bagi Indonesia perubahan kriteria perlu direnungkan secara mendalam segi kemaslahatan dan kemadlaratannya. Menteri Agama sebelum menandatangani perubahan kriteria bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Islam dan mendialogkannya dengan penuh kekeluargaan. Sayangnya masukan Tim Unifikasi Kalender Hijriah  tidak tersampaikan dengan baik. 

Pasca implementasi Neo-Visibilitas Hilal MABIMS muncul berbagai persoalan yang tidak diatur sebelumnya. Misalnya, ketinggian hilal dan elongasi menggunakan geosentrik atau toposentrik?. Selanjutnya berdasarkan hasil hisab kriteria Neo-Visibilitas Hilal MABIMS sudah terpenuhi tetapi pengamatan tidak berhasil, mana yang dipedomani hasil hisab atau hasil rukyatul hilal. Dalam konteks ketinggian hilal dan elongasi, Indonesia menggunakan geosentrik, sedangkan Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapore menggunakan toposentrik. Perbedaan konsep ini memunculkan hasil akhir perhitungan yang berbeda. Dalam kasus awal Ramadan 1446 H, pada hari Jum'at 28 Februari 2025 jika elongasi menggunakan geosentrik sudah memenuhi kriteria Neo-Visibilitas Hiilal MABIMS (3,6.4) karena pada hari Jum'at 28 Februari 2025 elongasi sebesar 6° 04' 08" maka awal Ramadan 1446 H jatuh hari Sabtu 1 Maret 2025. 

Sebaliknya pada hari Jum'at 28 Februari 2025, jika elongasi dihitung menggunakan toposentrik belum memenuhi kriteria Neo-Visibilitas Hilal MABIMS (3,6.4) karena pada hari Jum'at 28 Februari 2025 elongasi sebesar 5° 07' 25" maka awal Ramadan 1446 H jatuh hari Ahad 2 Maret 2025. Persoalan berikutnya bagi Indonesia, jika pada hari Jum'at 28 Februari 2025 para pemburu hilal tidak ada yang berhasil melihat hilal, apakah sidang Isbat akan menggenapkan (istikmal) bulan Syakban 1446 H menjadi 30 hari dan awal Ramadan 1446 H jatuh pada hari Ahad 2 Mei 2025?. Jika hal ini terjadi maka ada ormas Islam yang sangat dirugikan. Padahal selama ini mendukung Neo-Visibilitas Hilal MABIMS secara maksimal. Sebaliknya, jika pada hari Jum'at 28 Februari 2025 Sidang Isbat Awal Ramadan 1446 H menerima laporan hasil rukyatul hilal maka internal pengguna rukyat akan mempertanyakan validitasnya sebagaimana kasus "Sidoarjo" dalam penentuan awal Rajab 1446 H yang lalu. 

Wa Allahu A'lam bi as-Sawab.

Artikel ini sudah dimuat di IBTimes, pada tanggal 12 Syakban 1446/11 Februari 2025