Menjadi Generasi Milenial, Mahasiswa Harus Siap Bersaing di Era Revolusi Industri 4.0

Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerjasama dengan Kantor Staf Presiden RI mengadakan diskusi publik dengan tema “Generasi Muda dalam Persaingan Industri 4.0” pada Selasa (26/03/2019). Diskusi yang berlangsung di Gedung Prof. Soenarjo UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini merupakan rangkaian dari kegiatan KSP Goes To Campus.

Acara yang dihadiri oleh lebih dari 300 orang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, juga dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Dr. Mochamad Sodik, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Erika Setyani Kusumaputri, M.Si., dan Dr. Sabaruddin, M.Si., selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Sulistyaningsih S.Sos., M.Si, serta Kepala Bagian Tata Usaha FISHUM, Dra. Budhi Susilowati M.A.

Dalam sambutannya, Najib selaku Ketua DEMA Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) mengungkapkan bahwa sebagai generasi milenial, mahasiswa harus siap mengikuti perkembangan zaman dan mampu bersaing di era industri 4.0

“Sebelumnya, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora telah menyelenggarakan seminar kewirausahaan. Ini merupakan komitmen DEMA FISHUM untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi revolusi industri ini,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. H. Waryono, M.Ag., menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini harus diikuti dengan sepenuh hati agar bermanfaat sebagai modal kehidupan di masa depan. Beliau juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Kantor Staf Presiden RI atas kepercayaannya kepada salah satu Dosen UIN Sunan Kalijaga, yakni Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A. sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Internasional.

“Mudah-mudahan hal ini menjadi jembatan bagi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, bagaimana berkarir ke depan, mengalami mobilitas vertikal, agar tidak berhenti di sini, tetapi berkembang. Dengan begitu muncul orang-orang yang hebat, inovatif, dan kreatif,” harap Waryono.

Di era industri 4.0. semua elemen masyarakat termasuk mahasiswa harus menyadari konsekuensi logis atau dampak dari perubahan-perubahan yang ditimbulkan. Peningkatan SDM harus terus dilakukan untuk menyiapkan generasi milenial yang kompetitif dan produktif.

“Sebagai pemuda jangan hanya puas menjadi seorang mahasiswa, tetapi tumbuhlah menjadi orang yang bermental baik sehingga bisa menjadi seorang tokoh/pemimpin,” imbuhnya.

Mewakili dari Kantor Staf Presiden RI, Widiarsi Agustina, menyatakan bahwa revolusi industri ini sebagai revolusi jari. “Karena iblis ada di jari kita. Apakah ketika ada berita hoaks, dengan membaca judulnya saja sudah membuat kita ingin menyebar, atau kita terlebih dahulu memindai, membaca, lalu menghapusnya?” ungkapnya mengawali sambutan.

Menurutnya, bahwa kreativitas dan kompetensi sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menghadapi revolusi industri keempat ini. “Tantangan dari revolusi jari ini menghadapkan kita pada satu hal, yakni kompetensi. Saat ini, di Papua, anak-anak sudah bisa kuliah jarak jauh, sudah mulai banyak start-up bermunculan,” ujarnya.

Diskusi publik ini diisi oleh Tenaga Ahli Madya Kedeputian V Kantor Staf Presiden RI, Munajad, Ph.D, kreator konten dari Mojok.co, Ali Ma’ruf, S.Ikom., Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Diah Ajeng Purwani, S.Sos., M.Si., dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Arif Mansyah.

Saat memaparkan presentasinya, Munajad menyampaikan materi tentang potensi dan peluang besar yang dimiliki oleh Indonesia dalam menghadapi revolusi industri kali ini. “Pada tahun 2030, menurut The Economist Intelligence Unit, Indonesia akan menempati posisi keempat dengan kenaikan GDP tertinggi di dunia. Dampaknya, akan muncul ancaman pengangguran akibat otomatisasi, kerusakan alam, dan maraknya hoaks. Solusinya adalah SDM,” jelasnya.

Dalam mempersiapkan SDM untuk menghadapi tantangan tersebut, universitas seringkali dianggap masih kurang. Menurut Diah Ajeng, dunia akademik selama ini dinilai masih terlalu teoritis. Padahal, semua berubah seiring perkembangan zaman.

“Saat ini, universitas sudah beralih. Pergantian kurikulum setiap empat tahun sekali sangat berperan dalam update-update keilmuan yang kita butuhkan. Kami sekarang selalu mendorong mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi revolusi industri ini,” kata Diah Ajeng.

Ali Ma’ruf pun menuturkan bahwa bekal untuk menghadapi revolusi industri 4.0 ini, ada tiga hal. “Pertama identitas, bukan jadi diri sendiri, tetapi mengenai bagaimana diri kalian. Ketika sudah terbentuk dan melekat pada diri kalian, selanjutnya akan mudah, karena orang-orang jadi mengenali kalian. Kalian kemudian bisa merespon berbagai masalah. Kedua adalah responsif, tetapi tidak impulsif. Terakhir adalah akhlaqul karimah,” ungkap Ali.

Inti dari tantangan revolusi industri 4.0 ini adalah kesiapan mental dari manusianya. Mahasiswa saat ini banyak yang menginginkan pekerjaan mudah dengan gaji yang besar, padahal, hal tersebut tidak sesuai. Bahkan di industri kreatif yang terlihat menyenangkan, Arif Mansyah dan Ali Ma’ruf menceritakan pengalamannya dalam bekerja yang tidak selalu menyenangkan.“Intinya, jangan protes yang diperbanyak, tapi proseslah yang harus diperbanyak,” jelas Arif yang menjadi Tenaga Magang di KSP RI berkat ia menjuarai Lomba Vlog KSP.

Arif Mansyah yang akrab disapa Ajo ini pun menambahkan bahwa sebagai generasi penerus bangsa yang dekat dengan teknologi, mahasiwa tidak boleh kalah dalam persaingan dengan mahasiswa-mahasiswa dari negara lain. “Pendidikan yang tinggi ternyata tidak cukup, anak muda zaman now harus dibekali dengan berbagai pengalaman dan soft skills yang baik. Nah, menjadi pribadi yang kreatif, aktif dan inovatif tentu harus kita miliki sebagai anak muda. Ini adalah syarat utama bagi generasi milenial untuk dapat bersaing dan menghadapi berbagai tantangan di dunia yang semakin dinamis ini,” tutupnya. (Nurul/Doni)