100_20200924_Abdul_Munip.jpeg
Prof. Dr. Abdul Munip, M.Ag menyampaikan pidato di

Kamis, 24 September 2020 13:29:06 WIB

0

Penerjemahan Sebagai Jalur Transmisi Ilmu Pengetahuan

Studi  penerjemahan  mengalami  perkembangan  yang signifikan  sekarang  ini.  Para  pakar  penerjemahan  telah mempublikasikan karya mereka dalam bentuk buku, prosiding maupun artikel jurnal ilmiah. Dalam konteks intercultural studies, penerjemahan adalah media komunikasi antar  kelompok  budaya pengguna bahasa yang berbeda-beda. Lewat penerjemahan, kelompok budaya tertentu  yang  biasanya  lebih  rendah  atau  imperior,  bisa melakukan adaptasi, asimilasi, dan bahkan imitasi terhadap isi budaya dari kelompok lain. Inilah yang sering disebut dengan transmisi  budaya,  termasuk  pengetahuan,  dari  kelompok pengguna bahasa sumber kepada kelompok pengguna bahasa sasaran. 

Demikian yang disampaikan Prof. Dr. Abdul Munip, M.Ag dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga saat dikukuhkan menjadi Guru Besar bidang Ilmu Studi Islam (Tarjamah) dengan protokol Covid-19, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 45789/MPK/KP/2020 tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dibacakan Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama Drs. H.A. Munir, M.A. di gedung Prof. RHA. Soenarjo, S.H. lt.1, Kamis(24/09).

Abdul Munip menjelaskan transmisi  pengetahuan  ini  berlangsung  melalui beberapa  fase,  seperti dikemukakan  oleh  Dolby,  yakni  fase awareness, interest, dan adoption.  Awareness  merupakan  tahap  awal  dari  proses  terjadinya transmisi pengetahuan dari satu kelompok budaya ke kelompok budaya  lainnya.  Awareness  dimaknai  sebagai  kesadaran dari  kelompok  budaya  tertentu,  biasanya  ilmuwan,  bahwa ada  pengetahuan,  teknologi,  atau  isi  budaya  yang  lebih baik  yang  dimiliki  oleh  kelompok  budaya  lain.  Kesadaran ini  mengantarkan  pada  fase  berikutnya  yaitu  interest  atau ketertarikan.  Fase  ketertarikan  ini  ditandai  dengan  anggapan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh kelompok budaya lain ini penting. Anggapan ini kemudian mengantarkan pada fase ketiga atau terakhir dalam proses transmisi pengetahuan, yakni fase adoption.  Fase  ini  muncul  dalam bentuk tindakan para transmitter agar pengetahuan baru tersebut bisa diadaptasikan atau diaodpsi untuk kepentingan kelompok budaya mereka.

Lebih lanjut Abdul Munip menambahkan adopsi ini masih berlangsung sampai sekarang ini. Hampir bisa  dipastikan  bahwa  Islam  yang  berkembang  di  Indonesia sepanjang  sejarahnya  tidak  bisa  dilepaskan  dari  pengaruh Islam  di  Timur  Tengah.  Beredarnya  buku-buku  terjemahan dari bahasa Arab di Indonesia merupakan bukti kongkrit masih berlangsungnya  transmisi  pengetahuan  dari  Timur  Tengah.

Abdul Munip yang juga Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan memaparkan setidaknya ada lima motif yang mendorong penerjemah dan atau penerbit  melakukan  kegiatan  penerjemahan  dan menerbitkan  buku-buku  terjemahan  dari  bahasa Arab  untuk kepentingan  publik.  Kelima  motif  tersebut  tidak  bisa  berdiri sendiri, namun saling terkait. Yakni pertama,  motivasi  religius, yakni berupa keinginan penerjemah agar aktifitas penerjemahannya terhadap buku bahasa Arab dikategorikan sebagai amal shalih yang bermanfaat bagi semua orang dan bisa menjadi penyebab diterimanya pahala Allah Swt.

Kedua,  motivasi  edukasional.  Artinya,  kegiatan penerjemahan buku-buku berbahasa Arab dilandasi motif untuk membelajarkan  masyarakat.  Ketiga,  motivasi  ekonomis.  Motivasi  ini  sangat  tampak dari  keinginan  penerjemah  dan  penerbit  untuk  mendapatkan keuntungan materi dari penerbitan buku-buku terjemahan dari bahasa Arab.

Motivasi  keempat  adalah  motivasi  ideologis.  Motivasi ini ditandai  dari  kegigihan  penerjemah  dan  penerbit  untuk menyebakan faham dan ideologi keagamaannya melalui buku-buku terjemahan dari bahasa Arab. Motivasi  kelima  adalah  motivasi  stimulatif-provokatif. Motivasi ini ditandai dengan  diterjemahkannya  buku-buku berbahasa Arab  karya  ilmuwan  Timur  Tengah  kontemporer dengan  tujuan  memantik  diskursus  akademik  dalam  studi Islam.

Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr.Phil. Al Makin, M.A. menyatakan bahwa bidang penerjemahan itu sudah terjadi sejak awal peradadaban Islam. Dari Yunani ke Latin. Dari Latin ke Syriak. Atau dari Yunani ke Syriak. Dari Syriak ke Arab. Itulah transfer pengetahuan di era Umayyah dan Abbasiyah yang menjadikan modal penerjemahan itu masa keemasan.

“Dalam buku saya Keragaman dan Perbedaan, penerjemahan itu menunjukkan keragaman, karena pelaku penerjemahan itu dari berbagai unsur agama, etnis, dan budaya, tidak hanya Arab dan Islam. Tapi Yahudi, Krstiani,Persia, Afrika, India, Latin, Siria, dan lain-lain.” tutur Al Makin. (Khabib/Humas)