Workshop Moderasi Beragama di Mata Panitia
Workshop Moderasi Beragama yang diadakan oleh UIN Sunan Kalijaga pada tanggal 11-14 Desember 2020 ini ternyata tidak saja berkesan bagi para peserta workshop, melainkan juga memiliki arti penting bagi panitia. Karena pentingnya workshop ini, Didik Junaidi sebagai Kepala bagian Perencanaan UIN Suka dan juga sebagai Ketua Panitia, melakukan langkah-langkah strategis agar kegiatan ini dapat mulai dilaksanakan di tahun 2020. Didik mengatakan, “Kegiatan moderasi beragama adalah kegiatan baru dan masuk program prioritas Kementerian Agama RI. Karena itu, UIN Sunan Kalijaga -sebagai Satker BLU di lingkungan Kementerian Agama RI-- juga harus mengadakan kegiatan ini.” Dia menjelaskan bahwa sebenarnya di tahun 2020 ini kegiatan ini semula belum terdapat di RKAKL, namun karena pentingnya kegiatan ini, maka Bagian Perencanaan melakukan revisi RKAKL sesuai dengan arahan Wakil Rektor II. Dia menjelaskan juga bahwa anggaran tersedia untuk tahun ini adalah 94 juta dari dana BLU. Ali Sodik sebagai Kepala Bagian (Kabag) Keuangan dan Sekretaris dalam kepanitiaan memandang kegiatan ini sangat efektif dan efisien. Dia mengatakan, “Dengan biaya yang hanya segitu, tetapi workshop ini sangat bermanfaat dan ilmunya luar biasa.”
Workshop ini diikuti oleh 20 peserta, yang sebagian besar adalah dosen-dosen muda UIN Sunan Kalijaga. Mereka mengikutinya dengan penuh semangat. Hal ini dirasakan oleh Rully, asisten Alissa Wahid. Dia menyatakan, “Saya saja yang bukan orang UIN cukup berbangga dengan antusiasme dan kemampuan analisis dari mereka. Mereka juga mudah diarahkan untuk berpikir konkret.”
Workshop ini dipersiapkan secara bertahap oleh Panitia. Tantri Yuniarti dan Bu Budi menangani berbagai aspek administrasi, seperti surat menyurat, memerinci Rencana Anggaran Belanja (RAB), daftar kehadiran peserta dan narasumber serta mempersiapkan sertifikat. Hal-hal teknis ini dilakukannya dengan penuh ketelitian hingga pelaksanaan workshop. Dia merasa senang menjadi panitia workshop ini: “Workshop ini menyenangkan. Saya belajar melaksanakan kegiatan dengan tim yang sangat minim.” Dalam pelaksanaan workshop ini tim dokumentasi dari Bagian Tata Usaha (TU) yang diwakili oleh Doni dan Dimas. Mereka berdua membuat rekaman video dan foto workshop ini mulai dari awal hingga akhir. Rekaman dan foto ini, kata Dimas, akan disebar juga melalui instagram.
Workshop ini bagi Panitia tampaknya tidak hanya mempunyai arti secara administratif, melainkan juga memiliki manfaat besar dari segi konten atau materi. Mahyudin, Kabag TU, misalnya, mengatakan, “Sebagai Humas UIN Sunan Kalijaga sangat senang dengan adanya kegiatan ini, senang memberitakan moderasi beragama agar tersosialisasi lebih masif lagi di masyarakat luas, agar masyarakat mempunyai pemahaman agama yang moderat.” Doni yang ditugasi merekam kegiatan ini juga menilainya sangat berkesan: “Workshop ini menjadi jawaban untuk mengatasi problem yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, yakni pemahaman yang ekstrem. Dengan workshop ini semoga dibentuk agen-agen perubahan sosial untuk diterjunkan langsung dalam masyarakat yang mampu menyuarakan moderasi dan toleransi beragama.” Demikian juga, Dimas mengekspresikan isi hatinya dengan mengatakan, “Workshop ini menyenangkan, …. sambil belajar, Pak.” Karena manfaatnya dirasa sangat besar, maka ketua Panitia, Didik, berharap, “Semoga di masa yang akan datang kegiatan ini dapat berlanjut (Tim Humas)