Orasi Ilmiah Rektor Pada Dies Ke-71 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Membangun Kampus dan Bangsa Berbhineka dengan Rasa Syukur

Oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., M.A

UIN Sunan Kalijaga untuk Bangsa, UIN Sunan Kalijaga Mendunia

Mari syukuri Dies Natalis, Harlah, atau Maulid UIN Sunan Kalijaga yang ke 71 ini. Dalam dua tahun masa administrasi rektorat kita banyak yang sudah kita lalui, capai, dan selesaikan. Mari syukuri, teamwork bekerja dengan maksimal dengan segala rintangan dan kekurangannya.

Para pejabat berkomitmen bekerja dengan ikhlas dan jujur. Tidak ada yang melanggar hukum, atau mengambil keuntungan pribadi.

Beberapa prestasi dan capaian yang membanggakan bisa saya sebut sebagai berikut:

  1. Team UIN Sunan Kalijaga menjaga kebersihan dan taat hukum dalam administrasi dan finansial. Kita main bersih. Tidak melanggar hukum. Kita saling mengingatkan. Kita saling menjaga. Kita saling melindungi agar tetap di jalan yang lurus dan benar. Ini lah capaian terbesar kita, selamat dan saling menyelamatkan. Yang perlu dicatat team kita juga bertambah dewasa, fleksibel, dan saling memahami. Menghindari benturan dan mengurangi prasangka. Ini patut kita syukuri. Kita secara keseluruhan tambah kompak, saling memberi ruang, dan mendukung satu sama lain. Ini adalah prestasi, prestasi kedewasaan dan kebijakan. Kata Marcus Aurelius, don’t debate about what good people is, but be the one. Jangan hanya berdebat tentang kebaikan itu apa, tetapi menjadilah baik. Be one.

  1. Tentu rasa syukur dan menyebut nikmat penting, tanah Pajangan sejak awal sudah kita usahakan lunas. Alhamdulillah. Itu capaian yang luar biasa di awal periode kita. Kemarin kita kesana dengan rasa syukur merayakan dies ini dengan berjalan sehat menyusuri hutan Pajangan. Diiringi joget dangdut kita bagi-bagi doorprize. Kita menanam pohon simbolik. Terimakasih, itu bagian dari program Menko PMK dan juga Lingkungan hidup. Alhamdulillah kita mendapat program revolusi mental Kemenko PMK. Kampus kita akan menjadi kampus hutan, forest campus, tidak sekedar green.

  1. Sertifikat tanah juga sudah selesai. Pajangan milik kita. Kita rayakan itu sudah beberapa kali. Kita berdoa di sana. Sholat hajat di sana tahun lalu. Kemarin kita ditemani para seniman lukis, seperti Agus Tomin, Ledek Sukadi, Budi Ubrux, dan lain-lain melukis Pajangan dengan cat air dan akrilik. Melukis sudut-sudut yang katanya wingit dan angker. Melukis sudut-sudut penting Pajangan. Ini juga merupakan doa agar Pajangan betul-betul kita bangun. Kemarin banyak yang bersyukur dan terharu, dengan melaksanakan baksos, berupa pakaian sederhana dan sembako oleh Ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan, semua berdoa dan membayangkan seperti apa forest kampus Pajangan nantinya.

  1. Kita syukuri bahwa UIN Sunan Kalijaga sampai saatnya masih satu-satunya PTKI yang terakreditasi unggul. Kita menempati urutan nomor 12 di PT seluruh Indonesia. Dan berdasar Uni-rank kemarin kita menempati urutan ke 16 PT Islam terbaik dunia. Nomor satu pada PTKI Kementerian Agama. Dan nomor 25 semua kampus di Indonesia. Berita itu dimuat di Detik, Sindonews, dan berita portal dan Instagram Kementrian Agama. Mari syukuri. Prodi unggul ada 9 di Saintek, Fishum, Tarbiyah, Adab, dan Ushuluddin: kimia, matematika, fisika, biologi, Teknik informatika; sosiologi; pendidikan agama islam S2; bahasa inggris; dan ilmu tafsir.

  1. Prestasi para mahasiswa kita luar biasa, hampir setiap hari kita mendengar kejuaraan yang diraih mahasiswa kita. Mulai dari menulis makalah ilmiah, debat ilmiah, seni, Tarik suara, kompetisi nasional maupun internasional. Mahasiswa kita juga lari kencang seperti kita saat ini. Kita lari cepat, kita menggunakan Ferrari kadang bis antar kota. Kita jarang break dan istirahat.

  1. Para Dekan luar biasa kerjanya di kampus. Persiapan AL (asesmen lapangan) Sabtu dan Minggu juga tetap bekerja. LPM dibawah Pak Fakhri mensupport semua AL dan kebutuhan akreditasi. Terima kasih LPM. LP2M juga demikian adanya. PTIPD juga cepat larinya dan layanannya pada kita. PBB juga sudah menyulap dibawah masjid menjadi kantin-kantin yang lebih nyaman dan menu klasik kesukaan generasi saya: mangut lele, ikan pe, dan kepala manyung. Para mahasiswa menikmati itu saya lihat. Tetapi mereka adalah generasi mie, nasi goreng, atau burger, lain dengan generasi kita seusia kita yang suka makanan klasik.

  1. Perpustakaan juga giat-giatnya promosi dan meningkatkan program yang kreatif. Fakultas- fakultas bersaing terus. Mari kita pikirkan mahasiswa kita secara serius lagi, kurikulum harus kita lihat lagi. Kurikulum dalam kelas dan luar kelas. Memang kita mempunyai kekuatan bidang akademik dan seni, atau budaya. Tetapi pada bidang olahraga harus kita tingkatkan lagi program-programnya.

  1. Bidang satu jelas luar biasa, akreditasi terus berjalan, sudah 9 prodi yang unggul akreditasinya. 9 prodi AUN-QA, dan akan melaksanakan FIBA-A, assesmen dari Jerman 16 prodi. Penelitian berjalan. Kekurangan kita pada bidang jurnal segera kita benahi, kita akan kejar ketinggalan kita. Guru besar terus bermunculan, sudah 15 masa kita. Total kita mempunyai 47 GB. Dan akan bertambah lagi. Bidang dua, kita melihat pembangunan SBSN di dekat Saintek dan depan Tarbiyah berjalan lancar dan bahkan sudah menyerupai gedung. Dengan bersih dan baik. Bidang tiga kita saksikan prestasi mahasiswa, dan link internasional kita tingkatkan baik timur tengah maupun Barat. Rekrutmen mahasiswa asing, akan kita tingkatkan lagi tahun depan untuk program S1, sedangkan S2 dan S3 bisa kita kejar tahun ini.

  1. Kita akan mempunyai dua gawe besar tahun ini dan kita persiapkan sebaik-baiknya. FIBA-A sebagai tanda akreditasi kita internasional, prodi sudah dipersiapkan. Honoris causa pada Vatikan yang akan diwakili oleh Kardinal Miguel Guixot Ayuso, untuk PBNU yaitu Kyai Haji Yahya Cholil Staquf, dan Muhammadiyah untuk Hajrianto Tohari. Ini merupakan simbol persatuan antar iman, baik dalam Islam sendiri yang banyak organisasi atau antar iman. Kita baru memberi pada Katolik tetapi semoga itu mewakili semangat antar iman kita. Semoga Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu merasakan semangat antar iman kita. UIN Sunan Kalijaga untuk bangsa bisa diwakili oleh NU dan Muhammadiyah, dan UIN Sunan Kalijaga mendunia diwaikili oleh Vatikan. Jadi usaha kita semoga bermanfaat untuk bangsa dan juga mengangkat nama Indonesia dan Islam ke dunia. Ini akan bermanfaat bagi leverage atau diplomasi soft ke dunia, menempatkan Indonesia dan Islam pada kancah dunia.

Mari kita bangun kampus Pajangan. Kita bayangkan dan cita-citakan dulu. Jika kita berusaha pasti ada jalan. Dengan berusaha kita mempunyai dua kemungkinan, berhasil atau tidak berhasil. Sukses atau tidak sukses, atau belum sukses. Jika tidak berusaha hanya ada satu, tidak terwujud dan tidak sukses. Tahun ini dan tahun depan kita berusaha untuk mengajukan proposal ke berbagai funding yang mungkin. Jika kita harus mengubah diri menjadi PTN BH salah satu modal kita, atau kapital kita adalah kampus Pajangan. Tanpa penambahan gedung akan sulit bagi kita menambah mahasiswa, peminat UIN Sunan Kalijaga terus nomor urut satu di PTKI Kementerian Agama. Kita kurang lebih mempunyai 100 ribu peminat, yang kita terima hanya 4500 mahasiswa. Maka kebutuhan ruangan sudah tidak bisa dihindari. Jika kita dipercaya oleh Kementrian dan Pemerintah untuk menambah gedung di lahan Pajangan ini yang harus kita upayakan bersama, dan syukuri.

Konsep kita dan visi kita tentang kampus Pajangan adalah forest kampus. Menjaga tanaman dan pohon-pohon tetap alami, agar kelestarian hutan terjaga. Kita ingin melampaui green campus, tidak sekedar konsep. Tetapi kita ingin meletakkan etika pada kosmos, atau alam. Manusia bagian dari alam. Manusia terbuat dari debu, kata Perjanjian Lama, juga al-Quran. Veda dan Suta-Suta menyatakan sama. Manusia bukan penguasa alam, tetapi bagian dari alam. Mari taati hukum alam, supaya alam melindungi kita. Manusia sebagai penguasa alam terpengaruh antroposentrisme Eropa filsuf Nietzsche dan Muhammad Iqbal, tentang khalifah. Kita kembalikan pada konsep sufisme bahwa manusia adalah bagian dari alam, dan Ibn Khaldun sudah lama mengamati manusia tak lebih dan tak kurang dari bagian keluarga hewan. Begitu juga Aristoteles. Maka pembangunan kampus Pajangan hendaknya tidak main uruk, mengikuti kontur tanah, menjaga topografi, mengambil sesedikit mungkin tanah untuk gedung, tetapi menjaga pohon sebanyak mungkin: agar tanah, air, udara terjaga. Forest campus adalah konsep tentang cosmology yang ramah dan rendah hati.

  1. Team rektorat kita sudah menyelesaikan beberapa warisan dan amanat periode-periode sebelumnya. Tanah Pajangan dan administrasinya adalah warisan beberapa periode dan kita dengan sungguh-sungguh selesaikan. Mari syukuri, usaha kita didukung oleh doa dan support semua civitas akademika UIN Sunan Kalijaga. Hutang kita dan masalah-masalah hukum juga kita selesaikan, baik dengan pihak luar maupun internal Kementerian, seperti Itjen atau BPK. Kita lindungi dan syafaati sebisa mungkin, semua kesalahpahaman administrasi. Kita selesaikan masalah baik masa lalu maupun masa kini. Kita tidak mengorbankan siapapun. Kita bertanggung jawab dan hadapi semua masalah.

Kita tidak lari. Kita ajak semua mengamankan semua. Kita amankan semua. Tidak ada yang dijerumuskan dan merugikan. Kita memang masih belum menyelesaikan masalah, baik masalah tanah misalnya di kampus ini, pembangunan gedung olah raga, perbaikan fasilitas mahasiswa, kurikulum mahasiswa itu sendiri agar masa depan mereka lebih cerah dan terarah kegiatannya. Tetapi kita berusaha menghindari masalah dan tidak menambah masalah. Tidak atau belum menyelesaikan masalah itu masih diterima, tetapi jangan menambah masalah. Masalah mungkin sedikit dilupakan karena kecapaian, tetapi jangan menambah masalah baru.

Teamwork bekerja dengan keras dan wajar. Tentu ada kekurangan sana dan sini, baik secara individu maupun cara bekerja. Tetapi akhirnya semua kembali pada keikhlasan masing-masing. Semua control ada pada diri sendiri. Semua prasangka, semua pemahaman tentang team dan semua hati nurani kembali pada diri sendiri. Kata Muhammad Iqbal filosof India dan Pakistan, hanya dirinya sendiri dan Tuhan yang tahu keunikan masing-masing individu. Tidak ada yang tahu bagaimana rasanya sakit gigi, bahkan dokter pun tidak tahu bagaimana si pasien merasakan itu. Sakit itu tidak bisa dikontrol siapapun kecuali dirinya sendiri. Setiap individu adalah unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Mari saling memaklumi. Mari kembali pada diri sendiri. Semua akan teruji siapa yang sabar, ikhlas, beramal, dan berani. Dan terbukti semua menunjukkan kinerja terbaiknya.

Membangun sebuah peradaban, kampus, bangsa, dan teamwork memerlukan usaha dan kesabaran. Tidak ada yang gratis dan mudah. Membangun candi Prambanan memerlukan waktu berwangsa-wangsa. Dua wangsa utama bersatu lewat pernikahan Sanjaya dan Syailendra, Hindu dan Buddha sehingga melahirkan bangunan candi Prambanan dan Plaosan. Mengorbankan ego, kepentingan individu, dan kelompok. Demi kepentingan bersama terwujudnya monument Mataram kuno, yang didasarkan pada dua tradisi yang berbeda. Prambanan walaupun candi utamanya adalah Syiwaisme, dan reliefnya merujuk pada Mahabarata, tetapi kenyataannya ada patung Manjusri, yaitu simbol pengetahuan Buddhisme. Prambanan menyimpan cerita tentang Kerjasama dalam perbedaan. Begitu juga kampus kita, ada dua mazhab utama yang bekerja sama dan harus kita jaga. Agar rasa memiliki kampus tidak hanya dimiliki oleh salah satu atau hanya satu kelompok. Tetapi kampus adalah milik bersama. Semua harus dibagi peran masing-masing.

Membangun Borobudur juga perlu beberapa generasi. Membangun Majapahit juga sama. Membangun Mataram Islam, Demak dan peradaban membutuhkan waktu dan kesabaran. Membangun bangsa dan kampus juga demikian. Hancurnya mudah dan selalu kita lihat dari dalam. Majapahit dari perang paregreg bukan serangan Demak. Mari kita sabar dan menjaga keutuhan kampus, membangun. Mengabaikan juga mudah. Menghadapi semuanya perlu komitmen dan keberanian. Mari kita hadapi.

Untuk menjadi moderat, tolerans, dan berbhineka membutuhkan pendidikan panjang. Seorang atau kelompok harus bijak. Bijak dalam menahan diri, menekan ego dan jati diri, dan tidak menyuarakan kepentingan sendiri dan kelompoknya. Tetapi sebaliknya, berempati dan berusaha menjadi orang lain, atau membayangkan menjadi kelompok lain. Ini memerlukan Latihan panjang tidak sekedar workshop, seminar, atau pelajaran di kelas. Ini membutuhkan praktek nyata. Bagaimana membayangkan menjadi orang lain dan membela kepentingan orang lain, kelompok lain, dan menyuarakan orang lain. Dalam tradisi dialog antara agama ada within the wall dan beyond the wall. Yang dimaksud kelompok lain bisa jadi adalah dengan iman yang sama atau kelompok yang sama tetapi sudah menjadi orang lain karena konteks kompetisi politik, sosial dan ekonomi. Yang dimaksud orang lain bisa jadi karena berbeda iman (beyond the wall) atau berbeda masjid, tempat ibadah, gereja, pure, atau vihara.

Memahami dan membela diri sendiri atau kelompok sendiri itu mudah. Memahami dan membela kepentingan orang lain itu yang sulit, memerlukan kebijakan, menahan ego, mengurangi jati diri, dan mengurangi menonjolkan diri sendiri dan kelompoknya. Ini yang sulit. Inilah letak dari moderasi, toleransi, dan bhinneka, atau beragam. Ini memerlukan praktek yang panjang dan tidak gratis. Sebaliknya untuk menjadi intolerans, radikal, dan ekstrim mudah, tanpa belajar cukup cintai apa yang dimiliki dan diketahui sebagai satu-satunya kebenaran, tanpa mempertimbangkan kebenaran orang lain. Pertajam keyakinan kebenaran versi sendiri, tambahi prasangka buruk terhadap orang lain atau kelompok lain, perkuat dugaan kelompok lain atau orang lain maka sudah dengan sendirinya kita menjadi intolerans, radikal, ekstrimis, dan mungkin fundamental.

UIN Sunan Kalijaga, sebagaimana figure Sunan Kalijaga, adalah tempat yang sudah kita usahakan bersama dengan tradisi yang panjang menjadi wadah untuk toleransi, berbhineka, dan belajar menjadi bijak. Kampus kita sudah memiliki prasyarat utama itu. Dua organisasi Muslim terbesar di Indonesia sudah membuktikan kolaborasi di sini. Kompetisi yang wajar, tetapi memberi tempat. Team kita dalam administrasi rektorat ini saya saksikan sebagai team utuh, yang tidak lagi menghitung baju dan asal muasal, tetapi sudah dewasa, bijak, dan menjadi satu team UIN Sunan Kalijaga.

Para Warek, para Dekan, Wakil Dekan, Kabiro, Kaprodi, Sekprodi, dan Kabag, dan semua perangkat menjadi satu team tidak lagi mempersoalkan mazhab, cara ibadah, jumlah rakaat tarawih, qunut atau tidak, puasa dan lebaran mulai kapan, dan berapa azan. Masjid kita UIN Sunan Kalijaga laboratorium itu juga sudah menjadi tempat yang nyaman tidak mempersoalkan bagaimana bentuk shalawatnya, basmalahnya, dan bacaan-bacaan yang berbeda. Kita semua sudah mempraktekkan dengan nyata apa itu toleransi di dalam agama kita, within the wall.

Bahkan kampus kita sudah memberi ruang dan mencoba terus menyamankan semua iman. Para mahasiswa kita juga sudah beragam dari sisi ibadah dan teologi. Kita mempunyai program afirmasi jalur keragaman. Penerimaan mahasiswa baru kita ragamkan agar tidak didominasi satu suku Jawa saja, tetapi kita mencari luar Jawa, Indonesia bagian Timur, Barat, dan terutama mentaati program 3 T: Terluar, Terdalam, Terjauh. Para pejabat, Dekan dan Warek, dan Wadek, Kabiro menjemput bola ke daerah-daerah untuk menawarkan program UIN Sunan Kalijaga jalur keragaman. Bahkan beasiswa keragaman juga kita luncurkan tahun lalu. Kita mempunyai afirmasi skripsi, tesis dan disertasi yang membahas tentang keragaman. Ada dana sedikit untuk itu. Mudah-mudahan itu membantu meragamkan pikiran kita, wawasan, memperluas dada, hati, dan memanjangkan pola pikir, tidak sempit terbatas hanya kelompoknya, pemahamannya, dan prasangka-prasangka tentang kelompok lain kita kikis.

Tugas UIN Sunan Kalijaga sebagai kampus masih menanti. Bagaimana kurikulum mahasiswa kita. Selama ini kita bicarakan tentang karir dosen, tentang administrasi kampus, dan tentang ranking. Tetapi porsi memikirkan kurikulum dan moral mahasiswa sangat penting. Era globalisasi hendaknya menyiapkan mahasiswa yang berpikir masa depan, bersaing, dan berpikiran luas. Mahasiswa yang tolerans, optimis, tawadu, akhlak mulia, hormat guru, cinta ilmu. Mahasiswa yang bangga pada kampusnya. Mahasiswa yang tahu bahwa kampus ini unggul, bukan mencari-cari kelemahan para gurunya. Ini tugas kita bersama untuk memikirkan ulang. Kampus adalah pencetak generasi pemimpin mendatang. Kita bertanggung jawab pada mereka.

Peran kampus di arena nasional. Kampus harus menjadi tempat yang mendinginkan. Politik identitas dan moralitas kita semua yang kita prihatin, harus kembali kampus memberi harapan baru. Para pemimpin kita, tokoh politik, agama, ekonomi membutuhkan sumbangan dan kontribusi kita. Suara kampus harus jernih. Jika semua gagal menjadi suara jernih dan pragmatis maka akan kemana bangsa ini.

Kita harus kembali seperti era awal kemerdekaan, atau pra kemerdekaan dimana kaum intelegensi, terdidik politik etis bersama-sama menulis dan membayangkan sebuah negeri yang belum ada. Mereka bercita-cita mendirikan negara, padahal Belanda masih disitu. Jepang datang. Tetapi mereka berfikir luas dan jauh. Kampus lah yang harus berfikir itu, bermimpi negara modern, demokrasi, tolerans, berbhineka, maju secara ilmiah, tidak ketinggalan dengan bangsa lain.

Ingat saat ini negara-negara seperti Amerika, Eropa, China, dan India sudah berpikir tentang exoplanet, mencari planet lain selain bumi. Mencari tata surya selain matahari kita. Mencari bintang selain matahari kita. Mencari galaksi selain bimasakti. Mereka menggunakan teleskop, robot, dan mengembangkan astro-biology, astro-fisika, dan lain-lain. Kita di sini masih bertengkar saling berkomentar di twitter dan Instagram atau facebook tentang hal remeh temeh. Kita masih mempersoalkan hal-hal yang membuat kita senang tapi tidak bermanfaat bagi ilmu dan bangsa. Soal pilihan politik, pilihan iman, pilihan organisasi, soal UKT termasuk, sehingga isinya saling memojokkan, membenci, menghasut. Kita pilih cinta saja janga benci. Tapi menyebar kebencian itu jauh lebih mudah. Menyebar cinta sulit karena tidak menarik dan tidak ada sensasi. Inilah tugas kampus.

UIN Sunan Kalijaga untuk bangsa, UIN Sunan Kalijaga mendunia