Islam Berkemajuan dan Kalender Islam Global

Ditulis Oleh Prof. Dr. Susiknan Azhari, Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Founder Museum Astronomi Islam.

Pada hari Jum'at sampai Ahad tanggal 18-20 November 2022 bertepatan 23-25 Rabiul Akhir 1444 akan diselenggarakan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta dengan mengusung tema “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta”. Berbagai kegiatan pra Muktamar telah diselenggarakan di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri, seperti Malaysia, Australia, dan Mesir. Salah satu isu penting yang perlu memperoleh perhatian sebagaimana tema muktamar adalah implementasi kalender Islam global sebagaimana amanat Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar.

Diskusi seputar kalender Islam internasional telah lama berlangsung di lingkungan Muhammadiyah. Pada tahun 1428/2007 Muhammadiyah menyelenggarakan Simposium Internasional tentang Kalender Islam Internasional di Hotel Sahid Jakarta. Pertemuan ini dihadiri para penggagas Kalender Islam Internasional, seperti Mohammad Ilyas (Malaysia), Jamaluddin Abdur Raziq (Maroko), dan Mohammad SyawkatAudah (Uni Emirat Arab). Simposium ini dibuka oleh Wakil Presiden bapak M. Jusuf Kalla.

Selanjutnya dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 tanggal 18-22 Syawal 1436 H bertepatan 3-7 Agustus 2015 M di Makassar salah satu resolusinya menyebutkan berdasarkan Al-Quran umat Islam adalah ummah wahidah (umat yang satu). Pengalaman sejarah dan pembentukan negara bangsalah yang menyebabkan umat Islam terbagi kedalam beberapa negara. Selain terbagi dalam berbagai negara, dalam satu negara pun umat Islam masih terbagi ke dalam kelompok baik karena perbedaan paham keagamaan, organisasi dan budaya.

Pembagian negara dan perbedaan golongan itu di satu sisi merupakan rahmat, namun di sisi lain juga merupakan tantangan untuk mewujudkan kesatuan umat. Perbedaan negara dan golongan seringkali menyebabkan perbedaan dalam penentuan kalender terutama dalam penentuan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Berdasarkan kenyataan itulah maka Muhammadiyah memandang perlu untuk adanya upaya penyatuan kalender hijriyah yang berlaku secara internasional, sehingga dapat memberikan kepastian dan dapat dijadikan sebagai kalender transaksi.

Penyatuan kalender Islam tersebut meniscayakan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta "open mind". Oleh karena itu Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tarjdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melakukan kajian berbagai konsep kalender Islam Internasional yang berkembang di dunia. Salah satunya adalah hasil Konferensi Istanbul Turkiye 1437/2016 yang memilih konsep kalender Islam global dengan prinsip "Satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia". Konsep ini dianggap "ideal" untuk mewujudkan kalender Islam pemersatu.

Pilihan kalender Islam global didasarkan semangat keterbukaan, kebersamaan, dan pencerahan peradaban agar Islam menjadi rahmat bagi alam semesta. Tidaklah mudah untuk merubah kriteria yang sudah lama digunakan dari kriteria wujudul hilal menuju imkanur rukyat dalam bingkai kalender Islam global. Namun demi penyatuan kalender Islam sehingga umat Islam dapat merayakan Idul Fitri dan Idul Adha secara serempak, Muhammadiyah nampaknya akan rela berkorban melepaskan kriteria lama menuju kriteria baru demi kemaslahatan bersama. Tentu saja perubahan dilakukan melalui kajian yang mendalam dan komprehensif.

Semangat keterbukaan merupakan salah satu karakteristik wawasan pemikiran Islam Muhammadiyah. Apa yang telah diputuskan dapat dikritik dalam rangka melakukan perbaikan. Jika ditemukan ada dalil dan argumen lebih kuat maka Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid akan membahasnya dan mengoreksinya. Hal ini sebagaimana dalam "Penerangan tentang Hal Tarjih" ditegaskan jika ditemukan sebuah putusan yang dalilnya kurang kuat maka hendaknya diajukan untuk dikaji dan diteliti kembali. Dengan kata lain perubahan adalah sebuah keniscayaan menuju yang lebih baik (al-Akhdhu bi al-Jadid al-Ashlah).

Selama periode 2015-2020 telah dilakukan beberapa kali kajian tentang kalender Islam global hasil Konferensi Istanbul Turkiye 1437/2016 dengan melibatkan para ahli astronomi Islam di lingkungan Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya. Bahkan sudah dibuat prototype kalender Islam global 1442 untuk kado Muktamar ke-48 di Surakarta pada tahun 2020. Namun terjadi pandemi covid-19 sehingga muktamar tertunda dan akan diselenggarakan pada tanggal 18-20 November 2022/23-25 Rabiul Akhir 1444 H.

Implementasi kalender Islam global perlu memperoleh perhatian dan dukungan peserta muktamar agar keputusan yang dihasilkan pada Muktamar ke-47 Makassar tahun 2015 bisa diwujudkan. Dalam "Risalah Islam Berkemajuan" disebutkan sebagai organisasi berkemajuan, Muhammadiyah semakin dituntut untuk memainkan perannya bukan saja pada tingkat nasional tetapi juga pada tingkat global. Muhammadiyah memiliki tanggung jawab besar untuk membangun tata kehidupan global yang adil, damai, dan sejahtera.

Muhammadiyah harus hadir untuk menampilkan wajah Islam yang benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil-alamin). Prinsip kerahmatan itu menyebar secara luas tanpa memandang perbedaan kebangsaan. Kehadiran kalender Islam global merupakan tuntutan peradaban sehingga Muhammadiyah perlu bergandengan tangan dengan berbagai ormas Islam yang ada di negeri ini. Sekaligus memerankan keberadaan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang tersebar di berbagai negara untuk menjadi jembatan dialog dan sosialisasi tentang kalender Islam global di seluruh dunia.

Artikel ini telah ditayangkan pada rubrik Opini laman republika.id edisi 18 Nov 2022, 03:45 WIB dengan judul "Kalender Islam Global".

Kolom Terpopuler