KEUNGGULAN UNIVERSITAS ISLAM

Dr. MOCHAMAD SODIK, S.Sos., M.Si.

(Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan UIN Sunan Kalijaga)

Universitas Islam mengemban amanah yang mulia dengan tekad untuk mengintegrasikan keilmuan, ke-Islaman dan kefalsafahan sekaligus. Amin Abdullah (2013) menyebutnya dengan paradigma integratif-interkonektif. Paradigma ini akan semakin kuat dengan didukung oleh riset kolaboratif interdisiplin dan multidisiplin yang serius (Noorhaidi, 2024). Riset akan berdampak pada kemaslahatan publik yang luas, tidak hanya terbatas pada kepentingan ilmiah semata.

Nilai utama Universitas Islam mencakup 6 aspek yang diringkas menjadi 3 core values, yaitu: integratif-interkonektif; dedikatif-inovatif; inklusif-continuous improvement. Dengan integratif-interkonektif, kajian ilmiah tidak bercorak egoistik, namun didukung kekuatan spiritiual dan kesadaran falsafah kebangsaan. Tradisi keilmuan yang tumbuh di semua kebudayaan akan berdampingan dengan studi ke-Islaman yang dikembangkan oleh ilmuan dan ulama di berbagi belahan dunia. Di sisi yang lain, falsafah Pancasila menjadi nilai dasar yang menopang mata rantai keilmuan dan ke-Islaman yang tersambung dalam ruang dan waktu.

Kecerdasan dan kearifan lokal terus berjalan mengiringi kekuatan global dan nasional untuk memastikan agar dunia kampus tetap relevan dengan lingkungan sekitar. Kampus merupakan “menara air” yang dirasakan kehadirannya karena memberi kemanfaatan kepada masyarakat. Jika masyarakat lapar, kampus memberi rasa “kenyang”. Jika masyarakat dahaga, kampus memberi rasa “lega”. Kampus memberikan layanan prima yang dimulai dari “budaya kesalingan” yang tumbuh dari ”dunia dalam” kampus itu sendiri.

Dedikatif-inovatif merupakan sebuah komitmen sivitas akademika untuk menumbuhkan rasa memiliki institusi yang kuat. Seiring dengan itu, semangat pembaruan terus ditumbuhkan untuk mengatasi segenap perubahan yang bergerak sangat cepat, terkadang tidak terduga. Kemampuan dan kecanggihan teknologi-informasi terus diasah dan diasuh agar mampu memberikan kasih-sayang dalam memenuhi kebutuhan yang seringkali sulit dibatasi.

Inklusif-continuous improvement menandai sebuah komitmen moral untuk menegaskan berjalannya etika kenabian di Universitas Islam. Dengan semangat inklusivitas, segenap warga bangsa dan warga dunia mempunyai kesempatan untuk belajar dan mengajar serta mengabdi di Universitas Islam dengan tenang. Eksistensi Pusat Layanan Difabel (PLD), Pusat Pengarusutamaan Gender dan Hak Anak (P2GHA), Pusat Layanan Terpadu (PLT) dan sejenisnya merupakan lembaga yang dilahirkan untuk mewujudkan kampus yang ramah dan rahmah sekaligus.

Etos continuous improvement merupakan budaya ijtihadi yang tumbuh di dalam kampus maupun di luar kampus yang selalu diusung oleh kelurga besar Universitas Islam di manapun mereka berkiprah. Kita mengenal nama-nama besar yang lahir dan tumbuh dari Universitas Islam, seperti Mukti Ali, Amin Abdullah, Ach. Minhaji, Yudian Wahyudi, Noohaidi Hasan, Ruhaini Dzuhayatin, A. Malik Madaniy, Syamsul Anwar, M. Machasin, Agus Maftuh, Sahiron Syamsuddin, Al Makin, dan Syafa’atun untuk menyebut sebagian dari mereka. Kiprah mereka di panggung nasional dan internasional dapat memberi motivasi dan energi bagi generasi muda. Kepentingan bisa berbeda-beda namun mereka disatukan dengan semangat ke-Islaman yang rahmah, keilmuan integratif dan nasionalisme yang tangguh.

Sunan Kalijaga

Strategi dan pemikiran Sunan Kalijaga dalam mendakwahkan Islam di Jawa dapat dibaca dalam “sabda” berikut; Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli (Serat Lokajaya, Lor 11.629). Artinya menyesuaikan aliran arus air, mengalir tetapi tidak hanyut. Dalam mendakwahkan agama disesuaikan dengan perkembangan budaya setempat, tetapi tidak terlena oleh keadaan (Maharsi, 2023). Uninga sucining gandaning Nabi (1943): merupakan candra sangkala angka tahun yang kurang lebih artinya: ketahuilah kesucian dan semerbak harumnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga memanggul nama besar Sunan Kalijaga. Kampus ini tidak hanya menjajakan pengetahuan (to know) dan ketrampilan (to do) semata. Namun bertekad untuk menjadikan mahasiswa-mahasiswi yang tangguh (to be), menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan semesta (to live together) dan perubahan yang berkulaitas untuk diri dan masyarakat (to transform the self and society).

Dengan kalimat sederhana, dalam 73 Tahun kelahirannya, UIN Suka meneguhkan: empowering knowledge, shaphing the future. Unggul dan Terkemuka dalam Pemaduan dan Pengembangan Keislaman dan Keilmuan untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan maslahat. Amien ya robbal alamiin. ( Tulisan ini sudah terbit di KR tgl 2 Oktober 2024)