KEBERSAMAAN IDUL FITRI 1445 H (Prof. Dr. susiknan Azhari)

Ramadan 1445 H banyak pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat. Lebarannya bersama atau berbeda? Pertanyaan ini wajar disampaikan karena persoalan lebaran tidak semata-mata terkait persoalan ibadah. Namun di dalamnya menyangkut persoalan ekonomi, transportasi, dan lain-lain. Sebagaimana diketahui bersama awal Ramadan 1445 H di Indonesia terjadi perbedaan. Ada yang mulai pada hari Kamis 7 Maret 2024, Senin 11 Maret 2024, dan Selasa 12 Maret 2024. Begitu pula di belahan dunia, sebagaimana diinformasikan oleh Islamic Crescents' Observation Project (ICOP) terdapat negara yang memulai Awal Ramadan 1445 jatuh pada hari Senin 11 Maret 2024 sebanyak 22 negara, sedangkan yang memulai hari Selasa 12 Maret 2024 sebanyak 14 negara.

Kondisi ini perlu menjadi bahan renungan bersama bagi umat Islam baik nasional, regional, maupun dunia. Bulannya hanya satu mengapa bisa berbeda-beda dalam memulai awal bulan kamariah, khususnya Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah dalam satu negeri. Bahkan kadang-kadang perbedaan melebihi dua hari, apakah ini wajar dan bukankah ini hanya persoalan tafsir terhadap konsep hilal? Apakah ini tidak bisa dikompromikan dalam sebuah sistem kalender Islam yang mapan?. Disinilah kehadiran kalender Islam global menjadi penting untuk dikaji dan dipahami bersama sebagai upaya mewujudkan kebersamaan dan mengakhiri perbedaan. Dalam konteks penyatuan Kalender Islam, sejak dulu perbincangan hanya seputar titik temu hisab-rukyat? mengapa tidak merambah ke Penyatuan Kalender Islam yang autentik?


Keputusan Turki 1437/2016 tentang Kalender Islam Global memberi harapan agar umat Islam bersatu secara global. Untuk itu perlu perubahan pola pikir dari lokal menuju global. Perubahan menuju yang lebih baik adalah hal yang wajar. Hal ini sebagaimana dirasakan dalam menghadapi perkembangan teknologi di tengah-tengah kehidupan bersama. Dulu sesuatu dianggap tidak mungkin. Sekarang terwujud dan semua pihak menikmatinya dengan gembira. Begitu pula dalam pemahaman keagamaan. Kasus Covid-19 menyadarkan umat Islam agar berpikir ulang akan pemahaman yang dimiliki selama ini termasuk persoalan hisab dan rukyat.

Dalam persoalan ibadah banyak terjadi inovasi dengan memperhatikan kondisi kekinian. Misalnya dalam perhajian tentang konsep "Mina Jadid" dan penggunaan Schuter untuk tawaf dan sa'i. Bahkan saat ini Pemerintah Saudi Arabia memperbolehkan penggunaan "Electric Car" untuk tawaf dan sa'i. Mobil ini bisa digunakan sekitar 10 orang. Jika pemahaman yang digunakan bersifat literal maka tawaf dan sa'i yang menggunakan electric car adalah tidak sah karena tidak dicontohkan Rasulullah Saw. Begitu pula dalam kasus "Mina Jadid". Disinilah pentingnya cara pandang baru dengan memadukan khazanah Islam dan sains modern.

Dalam persoalan perhajian Kementerian Agama RI mengembangkan "Fiqh al-Muyassar". Sepatutnya cara pandang ini juga digunakan dalam menyelesaikan persoalan hisab rukyat di negeri ini. Oleh karena itu mengapa perlu memilih Kalender Islam Global hasil Konferensi Turki 1437/2016? Tidak dipungkiri upaya mewujudkan Kalender Islam Lokal dan Regional sudah lama dilakukan namun hasil belum sesuai harapan, mengapa? Karena yang dilakukan baru sebatas mencari titik temu antara hisab dan rukyat sehingga perbedaan antar anggota MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapore) tidak bisa dihindari.

Contoh kongkret perbedaan antar anggota MABIMS, misalnya ketika menggunakan kriteria IR 2,3,8 terjadi perbedaan dalam menentukan Awal Syawal 1432 H, Awal Jumadil 1435 H, Awal Ramadan 1440 H, dan Awal Syawal 1440 H. Begitu pula ketika menggunakan kriteria Neo-Visibilitas Hilal MABIMS 3,6.4 antar anggota MABIMS berbeda dalam menentukan Awal Syawal 1443 H. Sekiranya kriteria MABIMS bisa menyatukan wilayah regional belum tentu bisa menyatukan tingkat global. Sebaliknya jika wilayah global yang dituju dan bisa diwujudkan maka problem lokal dan regional secara otomatis bisa diselesaikan. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Apalagi UNESCO telah mengakui Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari besar keagamaan.

Selanjutnya bagaimana Idul Fitri 1445 H? Berdasarkan hasil hisab menunjukkan bahwa secara teori posisi hilal pada tanggal 9 April 2024 sudah memenuhi kriteria Neo-Visibilitas Hilal MABIMS maka tanggal 1 Syawal 1445 jatuh pada hari Rabu 10 April 2024. Begitu pula pengguna Wujudul Hilal pada hari Selasa 9 April 2024 umur bulan Ramadan 1445 sudah 30 hari secara otomotis 1 Syawal 1445 jatuh pada hari Rabu 10 April 2024. Lalu bagaimana pengguna rukyat? Mereka menunggu hasil observasi di Lapangan dan besok pada hari Selasa 9 April 2024 merupakan ujian sekiranya mendung dan tidak berhasil melihat hilal. Apakah akan konsisten dengan kriteria yang dipedomani atau berlebaran pada hari Kamis 11 April 2024? Namun berdasarkan pengalaman selama ini biasanya ada yang melaporkan berhasil melihat hilal. Jika hal itu yang terjadi maka Idul Fitri 1445 akan dilaksanakan secara serempak pada hari Rabu 10 Aoril 2024.