Menguatkan Pengetahuan, Membentuk Masa Depan (Wakil Dekan III Fakultas Saintek: Fathorrahman Ghufron)

“Menguatkan Pengetahuan Membentuk Masa Depan” merupakan tagline perayaan 73 tahun perjalanan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) yang jatuh pada tanggal 26 September 2024. Tagline ini sekaligus ditasbihkan sebagai landasan epistemik untuk melajukan dan melepaslandaskan (take over) UIN Suka di Masa Depan. Terlebih lagi, UIN Suka tengah mempersiapkan berbagai perangkat pengetahuan yang didasarkan pada kerja keilmuan yang lebih fungsional dan sesuai kebutuhan pembelajar masa depan.

Secara epistemologis, penegasan sikap akademik ini, sepanggang seperapian dengan sebuah legal maxim yang sangat populer di kalangan pesantren “al-ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah” yang menderivasi diktum “al muhafadzah a’la qadim ash shalih wal akhdzu bil jadid al ashlah”. Dua kredo yang satu sisi menegaskan pentingnya memperkuat pengetahuan agar setiap orang bisa memelihara tradisi ilmiah dengan baik, tepat, dan sesuai dengan zamannya, namun di sisi lain juga menstimulasi setiap orang untuk menyiapkan ijtihad akademik yang lebih strategis agar mampu membentuk masa depan yang lebih baik dan selaras dengan setiap tantangannya.

Dalam kaitan ini, spirit pengembangan secara berkelanjutan (continual improvement) yang ditampilkan dalam tagline “Menguatkan Pengetahuan Membentuk Masa Depan” menunjukkan cara UIN Suka dalam membangun tapak epistemologi relasional yang menyambungkan dua peradaban penting. Dimana, peradaban pengetahuan merupakan modal dasar yang menjadi landasan awal untuk membentuk peradaban masa depan.

Era Baru UIN Suka

Pada titik ini, upaya besar UIN Suka untuk menyandingkan keterjalinan dua daya tersebut menjadi pintuk masuk yang sangat strategis dalam membangun era baru bagi perjalanan UIN Suka di masa akan datang. Selain itu, melalui tagline tersebut, Prof. Noorhaidi selaku rektor mengajak segenap civitas akademika untuk mempersiapkan dan membangun masa depan dengan tradisi ilmiah yang baik sekaligus ijtihad akademik yang berbasis pada pengetahuan.

Sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) yang telah mentransformasikan jati diri akademiknya yang sangat inklusif, dedikatif, dan integratif-interkonektif, UIN Suka membangun ikatan penghubung antar disiplin pengetahuan yang saling merembes (semipermeable), agar atmosper perubahan yang berlangsung di masa depan tetap berorientasi pada kemanusiaan (humanis). Sebab, peradaban masa depan akan dilingkupi berbagai kemajuan dan kecanggihan tehnologi. Namun, di tengah kemajuannya ada resiko modernitas (the risk of modernity)—meminjam istilah Anthony Gidden—yang bisa jadi dapat menjerembabkan setiap pelakunya dalam kubang-kubang kegagapan dan alienasi sosial budaya.

Oleh karena itu, upaya UIN Suka untuk menguatkan peradaban pengetahuan dengan berbagai macam disiplin baru—baik bidang kealaman maupun sosial humaniora—yang koheren dengan masa depan, namun juga memberdayakan pengetahuan yang berbasis pada nalar asketisme atau sacred science—dalam bahasa Sayyed Husein Nasr—sebagai lapisan ketahanan sosial budaya agar manusia masa depan tidak gagap menghadapi resiko modernitas, menjadi strategi keilmuan yang adaptif dan sekaligus responsible.

Kehadiran UIN Suka di masa depan dengan memperkuat dua corak pengetahuan (secular science dan sacred science) sebagai strategi keilmuan yang saling komplementer akan semakin menentukan komitmen derap langkah progresifnya. Pengetahuan berbasis kealaman yang sudah lama memperkokoh rute akademik UIN Suka diharapkan semakin menunjukkan taji terobosan keilmuannya dengan cara yang out of the box. Semisal fakultas saintek harus merancang program studi (prodi) baru yang selaras dengan tantangan zaman. Setidaknya, dengan prodi baru UIN Suka bisa memperlebar kuasa pengetahuannya di bidang sains dan teknologi yang betul-betul diharapkan oleh masyarat di masa depan.

Demikian pula, fakultas di bidang sosial keagamaan perlu memikirkan jangkauan pengetahuan yang tidak sekedar berbasis pada reproduksi ilmu-ilmu konvensional, namun harus dilandasi dengan metode keilmuan dan pendekatan ijtihad yang modern. Pada titik ini, barang kali program studi lanjutan seperti S2 dan S3, maupun program post doktoral perlu disuburkan di fakultas ini. Setidaknya, dengan ikhtiar ini, fakultas ini akan melahirkan pembelajar yang bermental progresif dan cara pandang yang inklusif.

Dengan cara pemosisian ruang lingkup prodi dan otoritas keilmuan seperti ini, maka UIN Suka akan mempunyai rute yang jelas bagaimana membentuk peradaban melalui penguatan pengetahuan. Semoga, di usia ke 73 ini, UIN Suka di bawah kepemimpinan Prof. Noorhaidi mempunyai distingsi keilmuan yang mampu memengaruhi atmosper akademik baik di kancah nasional maupun global, sekaligus semakin menancapkan kegigihan inovasi dan kreatif dalam menyajikan ruang belajar yang shalihun fi kulli makan wa fi kulli zaman (Tulisan ini sudah terbit di KR pada tanggal 26 September 2023)

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler