Kamis, 09 Januari 2025 21:41:05 WIB
0
Seminar Nasional Transformasi Pesantren: UIN Sunan Kalijaga Akan Dirikan Pusat Kajian Pesantren
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
menggelar Seminar Nasional bertajuk "Transformasi Pesantren: Merawat
Spiritualitas untuk Kemajuan Pendidikan Pesantren" pada Rabu (8/1/2025). Kegiatan
yang diselenggarakan di Convention Hall
UIN Sunan Kalijaga ini merupakan hasil kolaborasi RMI PBNU, RMI PWNU DIY, dan
UIN Sunan Kalijaga. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Dr.
Sigit Purnama, M.Pd., bertindak sebagai penanggung jawab akademik, yang
bermitra dengan Direktur Center for
Islamic Education in Southeast Asia, Prof. Dr. Imam Machali, dan sejumlah
Guru Besar dan dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk mempersiapkan
panel-panel dan materi diskusi selama seminar.
Seminar ini dihadiri oleh berbagai kalangan, antara lain
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan beserta jajarannya, dekan dan
segenap pejabat di lingkungan UIN Sunan Kaliaga. Hadir juga dosen, mahasiswa, pengasuh
pesantren, pengurus RMI PBNU, PWNU, dan PCNU dari seluruh Indonesia, serta
perwakilan dari Kementerian Agama. Sejumlah tokoh penting turut memberikan
kontribusi, antara lain: Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, yang bertindak
sebagai keynote speaker sekaligus
meluncurkan ”Digdaya Pesantren.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan dalam
sambutannya menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan
seminar ini. Ia menegaskan bahwa UIN Sunan
Kalijaga merupakan bagian integral dari keluarga besar pesantren di Indonesia,
mengingat sejarah panjang keterlibatan pesantren dalam transformasi universitas
ini. “Peran pesantren turut serta dalam transformasi UIN Sunan Kalijaga, sejak
berdirinya sampai dengan perubahan menjadi IAIN pada tahun 1971, juga menjadi
UIN pada tahun 2004. Beberapa tokoh besar seperti Kiai Ali Ma’sum pernah
menjadi dosen Fakultas Syari’ah dan turut memberikan kontribusi besar dalam
membangun tradisi keilmuan di kampus ini. Fakultas yang telah bertransformasi
menjadi Fakultas Syari’ah dan Hukum ini minggu lalu ‘mengguncang’ publik atas
prestasi empat mahasiswanya memenangi gugatan Presidential Threshold di MK,”
ungkap Rektor.Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa beberapa gedung di UIN Sunan
Kalijaga yang diambil dari tokoh pesantren, seperti Gedung Rektorat yang
dinamai K.H. Saifuddin Zuhri dan Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang
diberi nama Gedung K.H. Ali Maksum. Hal ini menunjukkan kolaborasi erat antara dunia pesantren dan UIN Sunan
Kalijaga. “UIN juga telah lama menjadi jembatan bagi para santri untuk
melakukan mobilitas sosial, dan beberapa di antara mereka bahkan mampu
memberikan warna menonjol bagi perjalanan bangsa,” tambahnya.
Lebih lanjut Prof. Noorhaidi menuturkan bahwa pesantren
merupakan pilar penting pendidikan Islam yang merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan nasional. Kajian-kajian awal tentang pesantren secara
akademik telah dilakukan oleh para sarjana yang menunjukan pesantren mampu
mengawal tradisi dan budaya sekaligus beradaptasi menyesuaikan diri dengan
perubahan. “Pesantren bahkan memainkan peran penting dalam mengawal persatuan
bangsa dan keutuhan negara” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, nahkoda UIN Sunan Kalijaga juga
mengungkapkan rencana untuk mendirikan Pusat Kajian Pesantren yang akan
didedikasikan untuk membahas berbagai aspek kepesantrenan dengan nama Pusat
Kajian Pesantren ”Martin van Bruinessen”. Hal ini bukan tanpa alasan. Figur
yang juga merupakan promotor disertasi Prof. Noorhaidi saat di Belanda tersebut
telah melahirkan berbagai karya monumental tentang pesantren dan mendapatkan lifetime
achievement award dari PBNU.
Menutup sambutannya, Prof. Noorhaidi mohon doa kepada
yang hadir untuk kelancaran pembangunan Kampus II di Pajangan sebagai upaya
untuk memperkaya keilmuan dan memberikan sumbangsih yang nyata dalam menjawab
tantangan bangsa. “Semoga UIN Sunan Kalijaga bisa menjadi
kebanggaan bangsa, kebanggaan umat, dan kebanggaan kita semua” pungkasnya.
Sementara itu,
KH. Yahya Cholil Staquf menyampaikan pidato yang mendalam tentang dimensi
sosial-historis pesantren. Ia mengulas tantangan marginalisasi pesantren akibat kolonialisme Eropa dan
bagaimana pesantren berhasil beradaptasi dengan sistem modern. KH. Yahya
menekankan perlunya pesantren menghilangkan mental blok terhadap perubahan agar
dapat berintegrasi dalam sistem global. Ia juga memaparkan tiga klaster utama
yang harus dihadapi pesantren, yaitu kelembagaan pendidikan pesantren, peran
komunitas pesantren, dan hubungan pesantren dengan NU.
Salah satu momen monumental dalam seminar ini adalah
peluncuran layanan digital dan data pesantren "Digdaya Pesantren" secara
simbolis oleh KH. Yahya Cholil Staquf dengan pemukulan gong sebanyak sembilan
kali, yang menandakan semangat baru dalam digitalisasi pesantren untuk
mendukung transformasi dan pengelolaan data yang lebih baik. Acara dilanjutkan
di sesi siang dengan 5 panel paralel yang mendiskusikan berbagai isu krusial
kepesantrenan, termasuk kurikulum, kelembagaan, SDM, dan digitalisasi data, dengan
harapan besar agar pesantren dapat terus berkontribusi dalam dunia pendidikan,
baik secara tradisional maupun modern. Kerja sama antara UIN Sunan Kalijaga,
PBNU, dan pesantren diharapkan dapat terus berlanjut untuk mendukung kemajuan
pendidikan nasional. Dengan berakhirnya seminar ini, diharapkan rekomendasi
yang dihasilkan dapat menjadi panduan strategis dalam pengembangan pesantren
menuju pendidikan yang lebih maju dan terintegrasi secara global. (tim humas)