Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan mengukuhkan sejumlah 649 Guru Profesional. Sejumlah guru yang dikukuhkan tersebut telah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lebih kurang lima bulan (Juli hingga November 2024). Pengukuhan Guru Profesional PPG dalam Jabatan Tahun 2024 (Guru Madrasah & PAI) dilaksanakan di Convention Hall, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 11/1/2025. Selain Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, segenap tokoh penting hadir dalam kegiatan ini, diantaranya: Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Prof. Dr. Abu Rokhmad, M.Ag., Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A., Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Dr. M. Munir, S.Ag., M.A., para Wakil Rektor, Dekan FITK UIN Sunan Kaljaga Prof. Dr. Sigit Purnama, M.Pd., Kaprodi PPG UIN Sunan Kalijaga Dr. Rohmatun Lukluk Isnaini, S.Pd.I., M.Pd.I., Sekprodi PPG UIN Sunan Kalijaga Muhammad Ishak, M.Pd., beserta perwakilan mahasiswa PPG UIN Sunan Kalijaga yang mengikuti prosesi pengukuhan guru profesional secara luring.
Dekan FITK UIN Sunan Kaljaga Prof. Dr. Sigit Purnama, melaporkan bahwa pelaksanaan PPG tahun 2024 mendapat kuota 1.302 peserta untuk bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terbagi dalam Batch 1 (641 peserta) dan Batch 2 (661 peserta). Dua peserta dilaporkan meninggal dunia sebelum mengikuti ujian. Selain itu, 653 peserta melaksanakan Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (UKM PPG) dan sebanyak 649 peserta (99,39%) dinyatakan lulus, sementara 4 peserta (0,61%) tidak lulus.

Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Noorhaidi Hasan, mengukuhkan Guru Profesional PPG dalam Jabatan Tahun 2024 (Guru PAI, Guru Bahasa Arab, dan Guru Fikih) dengan menyematkan PIN secara simbolis kepada perwakilan Peserta. Dalam sambutannya, Prof. Noorhaidi menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para guru yang dikukuhkanm. Ia juga menekankan pentingnya integrasi kompetensi materi pembelajaran dengan metode pengajaran yang efektif. “Penguasaan materi pembelajaran penting, tetapi metode dalam mengajarkan juga tidak kalah krusial. Namun, yang lebih utama adalah implementasi kedua kompetensi tersebut, disertai dengan pengelolaan kelas yang baik, sebagai kunci sukses proses pembelajaran,” ujarnya. Rektor juga mengapresiasi upaya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dalam memberikan pelayanan terbaik selama pelaksanaan PPG. Pendampingan yang dilakukan mencakup penguatan kompetensi akademik, pedagogik, kepemimpinan, manajerial, serta penguasaan teknologi pembelajaran yang dinilai sangat relevan dengan tantangan pendidikan saat ini.
Di hadapan peserta PPG, Pimpinan Universitas juga menekankan pentingnya peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Ia menyoroti kualitas pendidikan di Indonesia, berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) masih memprihatinkan, khususnya dalam hal kreativitas peserta didik.
“Indeks kreativitas siswa Indonesia masih tergolong rendah. Guru PAI dan serumpunnya harus mengoptimalkan program-program pembelajaran untuk menciptakan generasi pemimpin Indonesia emas 2045. Peran guru PAI sangat strategis, setara dengan guru bidang lainnya, karena melalui mereka karakter moral peserta didik dibentuk,” ungkapnya. Ia juga menegaskan bahwa guru PAI tidak hanya bertugas mengajarkan agama, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral yang menjunjung tinggi agama sekaligus menumbuhkan cinta terhadap bangsa dan negara.
Mengakhiri sambutannya, Rektor menekankan relevansi peran UIN Sunan Kalijaga dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik, sebagaimana tercermin dalam tagline universitas, “Empowering Knowledge Shaping the Future,” memperkuat pengetahuan, demi membentuk masa depan. Tagline ini menggambarkan komitmen UIN Sunan Kalijaga untuk menjadi aktor dalam membentuk perubahan, bukan sekadar menjadi penonton.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Prof. Dr. Abu Rokhmad, M.Ag., mengingatkan bahwa menjadi guru profesional bukan sekadar perubahan status atau cara membawa diri, melainkan tercermin dalam implementasi nyata di ruang kelas. "Seluruh proses pembelajaran selama PPG yang berlangsung kurang lebih empat bulan harus diwujudkan dalam praktik mengajar. Guru memiliki tugas mulia untuk mencerdaskan anak-anak bangsa," tegasnya. Ia menambahkan bahwa guru yang telah bersertifikasi memiliki tanggung jawab besar untuk merealisasikan tujuan pembelajaran yang telah dirancang. Para guru diharapkan mampu mencetak peserta didik yang tidak hanya berdaya saing secara global tetapi juga memiliki kecerdasan dan ketahanan mental dalam menghadapi berbagai tantangan.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A., menekankan pentingnya peningkatan kapasitan para guru profesional untuk kemaslahatan siswa di sekolah. Mekanisme PPG yang berbeda akan didesain dengan sebutan PPG Transformasi yang bertujuan menuntaskan guru-guru yang belum dikukuhkan dalam selang waktu 1-2 tahun. Ia juga berpesan bahwa guru-guru profesional harus mampu mentransformasikan ilmu kepada peserta didik untuk mencapai Indonesia emas 2045. Adapun karakteristik pendidikan tersebut tercermin dari pesatnya sains dan IPTEK, majunya aspek spiritualitas yang ditandai semakin dewasanya aspek toleransi untuk mencapai kemaslhatan, dan kedamaian bersama.
Lebih lanjut, Ia menukil pidato Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., bahwa pembelajaran perlu menekankan toleransi dan hidup keberaagamaan yang harmonis untuk masuk dalam kurikulum sekolah dan madrasah. Artinya, Di akhir sambutannya, Prof. Sahiron mernekankan pentingnya penanaman tiga karakter Rasulullah, seperti menanamkan rasa empati dan simpati, memiliki antusiasme untuk menolong, dan menanamkan cinta kasih sayang sesama teman.
Sementara itu, Direktur PAI Dr. M. Munir, S.Ag., M.A., berharap pelaksanaan PPG pada tahun selanjutnya mampu mefasilitasi lebih banyak Mahasiswa. Ia juga berharap guru-guru profesional menjadi pionir dalam mengembangkan potensi dan terus meningkatkan kompetensi melalui berbagai program sseperti halnya melanjutnya studi S2. Guru-guru profesional juga perlu mengajarkan nilai-nilai toleransi kepada peserat didiknya. (Tim Humas)