Dalam balutan
toga dan senyum haru, Indrawati berdiri di hadapan ribuan pasang mata yang
memenuhi Gedung Prof. Amin Abdullah, Kampus UIN Sunan Kalijaga pada Selasa
(27/5/2025). Hari itu, dalam Wisuda Periode III Tahun
Akademik 2024/2025, perempuan asal Palopo itu dinobatkan sebagai Wisudawan
Terbaik Tercepat dari Program Magister Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Baginya, gelar
tersebut bukan sekadar prestasi akademik. Ia adalah wujud nyata dari perjuangan
panjang yang berliku, kisah seorang ibu rumah tangga yang merantau ribuan
kilometer dari tanah kelahirannya, menggendong anak di tengah kuliah, dan
bertahan di antara sempitnya ekonomi.
“Saya tidak
pernah menyangka akan mendapatkan penghargaan ini. Menjadi wisudawan terbaik
adalah sebuah kepercayaan dan tanggung jawab besar untuk menjaga nama baik
almamater,” tuturnya penuh haru.
Tak ada jalan
yang mudah bagi perempuan berusia 31 tahun ini. Ia memulai kuliah S2 di usia 29
tahun, usia yang dalam tren pendidikan tinggi kerap dianggap terlambat di
antara barisan fresh graduate. Namun tekadnya tak luntur. Ia ingin
membuka jalan bahwa menjadi ibu bukan akhir dari mimpi, bahwa perempuan bisa
berdiri di ruang akademik tanpa harus meninggalkan peran keibuannya.
“Kondisi ekonomi membuat kami harus menunda banyak hal dalam rumah tangga. Saya kuliah sambil membesarkan anak seorang diri. Terkadang saya harus membawa anak ke ruang kuliah karena tidak ada yang menjaga. Tapi saya yakin, ini adalah kesempatan untuk terus belajar dan tumbuh,” kisahnya.
Tak hanya
menghadapi tantangan logistik, ia juga sempat berada di titik terendah ketika
berkali-kali ditolak dalam pengajuan beasiswa. Perasaan tidak layak dan minder
sempat membayang. Namun ia selalu kembali pada satu keyakinan bahwa pendidikan
adalah jalan memperbaiki kualitas hidup.
“Motivasi
terkuat saya adalah ingin hidup lebih sejahtera. Pendidikan adalah pintu
kesempatan. Alhamdulillah, Allah bukakan jalan lewat cara-Nya,” ucapnya.
Selama kuliah,
Indrawati aktif mengasah diri di luar ruang kelas. Ia menjadi pendongeng dan
bergabung sebagai volunteer di Rumah Dongeng Mentari. Di komunitas ini, bukan
hanya ia yang belajar, tetapi juga putri kecilnya yang mulai berani tampil
menemaninya saat mendongeng. Dunia dongeng menjadi ruang tumbuh bagi keduanya,
ibu dan anak yang belajar bersama dalam cerita dan suara.
Di tengah
segala keterbatasan, Indrawati tak berhenti menorehkan jejak. Ia sempat menjadi
Presenter of International Group Discussion di Kampus Bahasa Melayu
Malaysia pada tahun 2024, dan terpilih sebagai pendongeng dalam Awacarita
Festival tahun 2023, dua pencapaian yang lahir dari kegigihan seorang perempuan
yang tak gentar bermimpi.
Di sela
kesibukannya sebagai praktisi PAUD di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Palopo dan
tutor di UPB IAIN Palopo, ia tetap setia menjalani peran lain yang tak pernah
ia tanggalkan, menjadi ibu rumah tangga. Bukan sekadar gelar, melainkan
panggilan jiwa, tempat ia menumpahkan cinta, merawat harapan, dan membesarkan
buah hati yang menjadi sumber kekuatannya. Ia menenun hari-harinya dengan
kesetiaan; mendongeng di hadapan anak-anak dengan senyum, lalu kembali menulis
makalah di tengah malam, ketika anaknya telah terlelap dalam pelukannya. Semua
dijalani dengan peluh dan doa, sebab baginya, keberhasilan sejati adalah ketika
anaknya kelak tumbuh dan berkata: "Ibuku pernah berjuang, dan aku
adalah saksinya."
“Saya berharap
ini bisa menjadi representasi untuk para ibu di luar sana, bahwa kita punya
kesempatan yang sama dalam meraih pendidikan. Jangan takut untuk bermimpi dan
melangkah,” pesannya.
Kisah Indrawati
adalah gambaran nyata keberanian seorang ibu yang berani menembus segala batas.
Usia hanyalah angka, dan keterbatasan ekonomi tak pernah menjadi alasan untuk
berhenti mengejar cita-cita, karena mimpi tidak mengenal biaya. Di tengah
kerasnya dunia akademik yang kerap tak ramah bagi perempuan dengan beban ganda,
ia hadir membawa secercah harapan. Dengan cinta yang tulus, perjuangan tanpa
henti, dan doa yang tak pernah putus, Indrawati membuktikan bahwa seorang ibu
tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga mampu bersinar menaklukkan dunia ilmu
pengetahuan dan mengukir prestasi sebagai yang terbaik.(humassk)