Di tengah semilir angin malam dan riuh langkah wisatawan, Malioboro kembali menemukan nadanya. Bukan dari denting gamelan tradisional atau kerlap-kerlip lampu pertokoan, melainkan dari suara yang lebih intim: nyanyian mahasiswa, petikan gitar, dan harmoni yang menyentuh ruang batin. Di pelataran depan Hotel Aveta Malioboro, alunan itu menjelma menjadi pesta kecil yang hangat, mengalir dari panggung mini Street Performance UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu dan Minggu malam, 21–22 Juni 2025.
Kegiatan ini digelar dalam rangka menyemarakkan Hari Musik Sedunia,
dan lebih dari sekadar pertunjukan seni, ia menjadi penanda arah baru bahwa
pendidikan tak selalu hadir dalam ruang kelas. Begitu juga dengan universitas
bisa menyapa publik bukan hanya lewat seminar, tapi juga lewat lagu, senyuman,
dan getar hati.
“Ini adalah gebrakan perdana dari kampus UIN Sunan Kalijaga agar
lebih dekat dan hadir di tengah masyarakat dengan cara yang hangat, kreatif,
dan membumi,” ujar Ketua Admisi UIN Sunan Kalijaga Handini, M.I.Kom. “Jogja,
terutama Malioboro, adalah ruang kultural yang terbuka dan cair. Di sinilah
kampus harus hadir, tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tapi juga sebagai
simpul kebudayaan.” tambahnya,
Dan benar adanya. Sabtu malam, meski sempat disapu gerimis tipis,
panggung tetap berdiri. Gita Divana, grup musik inklusif yang digawangi
mahasiswa difabel bersama relawan dari Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga
tampil penuh pesona. Mereka tak sekadar menyanyi, mereka menyampaikan harapan,
keberanian, dan cinta dalam balutan nada. Dengan iringan Juru Bahasa Isyarat,
mereka menyentuh sisi terdalam kemanusiaan, bahwa harmoni bisa lahir dari
perbedaan, dan bahwa musik adalah bahasa semua orang.
Para penonton,
dari wisatawan lokal hingga mancanegara, larut dalam kehangatan itu. Ada yang ikut
menyanyi, ada yang berjoget kecil, bahkan spontan jamming bersama. Malioboro
malam itu berubah menjadi ruang intim nan universal, menyatukan siapa saja
dalam satu irama.
Tak hanya pertunjukan, Street Performance ini juga menjadi
sarana sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UIN Sunan Kalijaga 2025. Lewat musik dan kebersamaan, kampus ini mengajak publik mengenal lebih
dekat jati diri sebuah institusi yang memadukan keislaman, sains, dan semangat
inklusif.
“Pendidikan bisa hadir lewat berbagai bentuk. Malam ini, kami
memilih nada sebagai jembatan. Dan Malioboro menjadi saksi bahwa kampus kami
bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat merayakan kehidupan,” ujar
Handini.
Dalam suasana yang hangat, sejumlah pengunjung pun menerima gift
dan merchandise eksklusif dari Admisi UIN Sunan Kalijaga. “Mungkin ini hadiah
kecil, tapi kami berharap bisa menyampaikan pesan besar dan kenangan yang indah
bagi wisatawan,” lanjutnya.
Perlu diketahui bahwa PMB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2025
masih dibuka hingga 14 Juli 2025. Jalur pendaftaran yang tersedia meliputi
Mandiri CBT IPA dan IPS, Mandiri Portofolio (Skor UTBK-SNBT/UM-PTKIN), Mandiri
Portofolio Difabel, dan Mandiri Portofolio Mahasiswa Asing. Informasi dan
pendaftaran dapat diakses melalui laman resmi: admisi.uin-suka.ac.id.
“Daftarkan dirimu sekarang juga. Masa depan menantimu!” pungkas
Handini.
Malam itu, Malioboro tak hanya jadi jalan, tapi menjadi panggung perayaan. Lagu-lagu tak hanya menjadi hiburan, tapi menjadi pernyataan. Dan UIN Sunan Kalijaga, dengan cara yang sederhana namun kuat, menunjukkan bahwa pendidikan bisa hadir lewat cinta, harmoni, dan secuil keberanian untuk berbeda. (humassk)