Pada tanggal 27 Mei 2025, sebuah langkah strategis dalam dunia pendidikan internasional terukir di ruang rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang berlangsung secara daring. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara UIN Sunan Kalijaga dan Novosibirsk State Pedagogical University (NSPU), Rusia, menandai awal sebuah perjalanan kolaborasi yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pertukaran budaya.
NSPU, sebagai universitas pedagogik terbesar di
Siberia dengan lebih dari 13.000 mahasiswa dan 800 dosen, memegang posisi
strategis dalam lima besar universitas kependidikan terbaik di Rusia. Dalam
sambutannya, Rektor NSPU, Prof. S.A. Nelyubov, menegaskan bahwa universitasnya
telah lama mengedepankan internasionalisasi sebagai jembatan penting untuk membuka
cakrawala ilmu dan budaya, terutama melalui kemitraan dengan institusi
pendidikan tinggi di Eropa dan Asia. Promosi bahasa dan budaya Rusia bukan
hanya sebuah program, melainkan bagian integral dari misi global NSPU dalam
membangun komunitas akademik multikultural.
“Penandatanganan MoU ini bukan sekadar
seremoni, melainkan komitmen nyata untuk memperkuat hubungan lintas negara
melalui pendidikan tinggi yang berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan,” ujar
Prof. Nelyubov.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga,
Prof. Noorhaidi, menyambut hangat kemitraan ini sebagai peluang strategis bagi
pengembangan kelembagaan dan riset. Ia menyoroti pusat pusat keunggukan dan perkembangan
UIN Sunan Kalijaga yang telah mendapat pengakuan internasional, dan
mengapresiasi kesiapan NSPU membangun kolaborasi untuk bersama-sama membangun pusat
studi keislaman, keindonesiaan di Rusia, maupun pusat studi budaya Rusia di
Indonesia. Harapan tersebut bukan hanya wacana akademik, melainkan landasan
kuat untuk dialog lintas budaya dan pemahaman bersama dalam dunia yang semakin
terhubung.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama UIN Sunan Kalijaga, Dr. Abdur Rozaki, menyatakan optimisme bahwa
kerja sama ini akan membuka peluang baru bagi pengembangan pendidikan dan
budaya, mempererat tali persahabatan antar kedua bangsa melalui kolaborasi yang
berkelanjutan.
Dalam konteks ini, Dr. Witriani, Ketua Center
for Development of Cultural and International Affairs (CDCIA), menjelaskan
ruang lingkup kerja sama yang meliputi pendidikan, penelitian ilmiah, program
bersama, pengembangan profesional staf, serta pertukaran akademisi dan
mahasiswa. Penekanan khusus diberikan pada bentuk implementasi yang inklusif
dan inovatif, seperti program magang, riset pedagogi mutakhir, dan
penyelenggaraan konferensi bersama — semua tanpa adanya kewajiban finansial yang
membebani kedua belah pihak.
Kerja sama ini mencerminkan esensi pendidikan
tinggi yang sejati: sebagai wahana memperkuat dialog peradaban, memperluas
wawasan, dan memperdalam solidaritas kemanusiaan. Di tengah tantangan global,
langkah ini menjadi model yang menginspirasi bagaimana universitas dapat
menjadi agen perubahan, tidak hanya di ranah akademik tetapi juga di ranah
sosial dan budaya.