Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Sunan Kalijaga menggelar peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan mengadakan Talkshow Moderasi Beragama “Beragama dengan Indah demi Persatuan Indonesia”. Kegiatan yang juga merupakan bagian dari kegiatan triwulan DWP ini, digelar pada Selasa (19/8/2025), di Technoclass Room Lantai 1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
Acara dihadiri Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Dr Mochmad Sodik; Ketua DWP UIN Sunan Kalijaga periode 1999–2009 Nurhayati Amin Abdullah; Ketua DWP UIN Sunan Kalijaga periode 2024–2029 Prof. Dr. Euis Nurlaelawati; Ketua DWP Fakultas Syariah dan Hukum Ririn Ali Sodiqin; serta jajaran ketua dan anggota DWP dari seluruh unit di lingkungan UIN Sunan Kalijaga.
Rangkaian kegiatan diawali dengan penampilan fashion show oleh para anggota DWP yang mengenakan busana merah putih dan membawa serta bendera Merah Putih. Bukan sekadar seremoni, fashion show tersebut merupakan ekspresi simbolik atas rasa syukur dan kesadaran historis seluruh anggota DWP terhadap perjuangan para pendiri bangsa. Melalui simbol warna nasional dan pengibaran bendera, para peserta ingin menegaskan bahwa nilai-nilai cinta tanah air, pengorbanan, dan persatuan sangat relevan untuk diaktualisasikan dalam kehidupan kekinian, termasuk di lingkungan civitas akademika UIN Sunan Kalijaga.
Ketua DWP Fakultas Syariah dan Hukum, Ririn Ali Sodiqin, selaku tuan rumah, dalam sambutannya menekankan pentingnya memahami nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari. “Moderasi beragama menjadi dasar dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa serta menumbuhkan kerukunan di masyarakat,” ujarnya, seraya berharap nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi contoh nyata bagi masyarakat.
Sementara itu, Ketua DWP UIN Sunan Kalijaga, Prof Euis Nurlaelawati, menambahkan bahwa melalui peringatan kemerdekaan ini, seluruh peserta diharapkan termotivasi untuk terus mengisi kemerdekaan dengan tindakan-tindakan konstruktif, dimulai dari diri sendiri dan dari hal-hal kecil yang berada di sekitar, sebagai kontribusi nyata bagi bangsa.“
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Euis juga membacakan puisi karyanya berjudul “Beragama dengan Bahagia di Indonesia yang Merdeka”, yang menegaskan bahwa sikap moderasi merupakan prasyarat tumbuhnya toleransi antarumat beragama sebagai jalan menuju kebahagiaan dan perdamaian yang menjadi esensi setiap agama; ritus boleh berbeda, namun substansi seluruh ajaran bermuara pada nilai-nilai kebahagiaan dan perdamaian. Dalam kerangka itulah, kecintaan terhadap Indonesia dapat berjalan selaras dengan pengamalan ajaran agama yang diyakini masing-masing.
Sementara dalam Talkshow, menghadirkan Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Dr. Mochmad Sodik sebagai narasumber. Ia menjelaskan bahwa moderasi beragama merupakan usaha menempatkan diri di posisi tengah antara dua ekstrem. Aktualisasi moderasi beragama, paparnya, melahirkan sikap adil, taat konstitusi, menghormati tradisi, anti kekerasan, dan berpihak pada kemanusiaan. “Jika nilai ini diterapkan secara konsisten dan dipikul bersama, Indonesia dapat menjadi teladan dunia dalam mempraktikkan moderasi beragama,” katanya.
Lebih jauh, Dr. Sodik menegaskan bahwa prinsip‐prinsip moderasi beragama sejatinya sejalan dengan nilai‐nilai dasar Pancasila. Menurutnya, Pancasila bukan merupakan artefak masa lalu, melainkan kompas yang mengarahkan bangsa menuju masa depan. Pancasila harus dimaknai sebagai ideologi yang hidup, hadir dalam kebijakan, tumbuh dalam budaya, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. “Karena itu, moderasi memiliki korelasi erat dengan nilai toleransi, harmoni, dan gotong royong yang menjadi inti Pancasila,” pungkasnya.
Narasumber lainnya adalah Ketua DWP UIN Mataram Dr. Zusiana Elly Triantini, menguraikan pentingnya membangun keluarga dengan karakter moderat. Menurutnya, sikap toleransi, keseimbangan, dan keadilan harus ditanamkan sejak dini, khususnya melalui peran ibu dalam proses pendidikan anak.
Lebih jauh, ia menuturkan bahwa perempuan juga dapat berperan di ruang publik, termasuk media sosial, sebagai agen perubahan, pembawa pesan damai, dan teladan dalam penggunaan media secara bijak. Seorang muslimah moderat, jelasnya, adalah sosok yang beragama dengan ilmu, tidak mudah mengkafirkan, bersifat terbuka namun tetap berpegang pada ketentuan syar‘i. Dengan demikian, menurutnya, perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor Islam moderat dan melahirkan generasi yang toleran serta penuh kasih sayang. “Inti dari moderasi beragama adalah kesadaran bahwa aku dan kamu merupakan kita,” tandasnya.
Kegiatan kemudian berlanjut pada sesi tanya jawab dan diskusi interaktif. Dan sebagai penutup, seluruh peserta menggaungkan Salam Moderasi dengan seruan serempak “Rukun, Beragam, Berimbang”, disertai gerakan simbolik sebagai komitmen bersama untuk terus merawat persatuan dan memperkuat harmoni sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.(humassk)