WhatsApp Image 2025-12-12 at 14.48.04.jpeg

Sabtu, 13 Desember 2025 15:38:00 WIB

0

Masuki Hari Kedua, Halaqah Kubra KUPI Perdalam Refleksi Arah Gerakan Ulama Perempuan Menuju Kongres 2027

Yogyakarta, 13 Desember 2025 — Memasuki hari kedua pelaksanaan Halaqah Kubra KUPI 2025, Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) memperdalam refleksi arah gerakan keulamaan perempuan melalui diskusi intensif berbasis tema dan misi. Forum ini menjadi penanda penting konsolidasi pemikiran dan strategi gerakan menjelang Kongres Ulama Perempuan Indonesia ke-3 yang dijadwalkan berlangsung pada 2027.

Halaqah Kubra KUPI 2025 digelar pada 12–14 Desember 2025 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai ruang refleksi strategis atas perjalanan lima tahunan KUPI. Kegiatan ini dirancang sebagai titik tengah evaluasi hasil Kongres KUPI sebelumnya sekaligus pemetaan tantangan baru yang dihadapi perempuan dalam konteks sosial, politik, dan keagamaan yang terus berubah.


Ketua Panitia Halaqah Kubra KUPI 2025, Iklilah Fajriyah Muzayyanah, mengatakan bahwa forum ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang evaluasi internal, tetapi juga sebagai ruang merumuskan respons keulamaan perempuan terhadap realitas umat dan kebangsaan. “Halaqah Kubra menjadi ruang refleksi perjalanan gerakan sekaligus menyiapkan arah dan respons keulamaan perempuan yang akan dirumuskan dan ditetapkan dalam Kongres KUPI berikutnya,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (12/12).

Sekretaris Panitia Halaqah Kubra KUPI, Alimatul Qibtiyah, menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan berlangsung selama tiga hari dengan pendekatan partisipatif. Pada hari pertama, KUPI menggelar dialog dan diskusi publik yang melibatkan sekitar 500 peserta dari berbagai daerah dan latar belakang. Masukan dari publik tersebut menjadi bahan awal untuk proses refleksi yang lebih mendalam.

Memasuki hari kedua dan ketiga, sekitar 200 peserta terlibat dalam diskusi intensif yang dibagi ke dalam empat kelompok tematik, yakni refleksi pengetahuan, refleksi otoritas ulama perempuan, refleksi ekosistem gerakan, serta refleksi pembumian paradigma KUPI. Diskusi kelompok berlangsung sejak pagi hingga sore hari dalam beberapa sesi, dengan fokus pada pendalaman isu dan perumusan analisis yang lebih tajam.


Melalui diskusi kelompok tersebut, peserta membedah berbagai tantangan aktual yang dihadapi perempuan, termasuk dinamika keagamaan, ketimpangan sosial, serta relasi antara gerakan masyarakat sipil dan kebijakan publik. Hasil-hasil diskusi ini akan dirangkai dan direfleksikan kembali pada hari berikutnya sebagai bahan konsolidasi bersama menuju Kongres KUPI ke-3.

Melalui Halaqah Kubra KUPI 2025, KUPI menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat pandangan keagamaan yang berpihak pada keadilan gender, kemanusiaan, dan pengalaman nyata perempuan. Forum ini diharapkan menjadi fondasi penting bagi peran ulama perempuan dalam membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih adil, bermartabat, dan maslahat bagi semua.