WhatsApp Image 2025-03-24 at 13.06.04.jpeg

Jumat, 21 Maret 2025 13:00:00 WIB

0

Meraih Gravitasi Langit Melalui I’tikaf (Prof. Dr. Tulus Musthofa Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan)

Istilah gravitasi yang dikenal dalam ilmu pengetahuan adalah penyebab utama berbagai fenomena alam, seperti pergerakan planet di sekitar matahari, jatuhnya benda ke permukaan bumi, dan pasang surut laut, artinya yang populer dengan istilah gravitasi terkait dengan daya tarik bumi ,sedang gravitasi langit adalah pinjam istilah dari grafitasi bumi.

Kehidupan manusia selalu dalam dua tarikan yang bertentangan , tarikan bumi (dunia) dan tarikan langit (akhirat).Dunia berasal dari kata dunya (rendah) ,perbuatan perbuatan karena rakus keduniaan yang didukung syaithan akan berujung hina dan puncak balasannya neraka yang diilustrasikan rendah asfala assafilin.

Kehidupan yang mengekpresikan untuk menuju akhirat selalu bernilai tinggi kalimat yang baik seperti pohon yang baik, yang akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit “(QS 14:24), surga tempatnya orang baik diilustraikan arahnya ke langit.

Alquran menyebutkan karakter dasar namusia sangat mencintai harta dunia  : “sesungguhnya manusia sangat mencintahi harta dunia”( QS 100:8). Ketika manusia terus menerus terseret pada “gravitasi bumi” sehingga orientasinya hanya kedunian bisa jadi karena punya persepsi tentang dunia yang salah , seolah hidup di dunia akan berlama lama yang dampaknya akan melupakan akhirat kehidupan yang kekal , ak batnya merasa berat menjalankan tuntutan agama, beribadah.

Allah SWT mengingatkan orang beriman agar tidak bersikap seperti ini dengan firmannya :Wahai orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan cenderung pada (kehidupan) dunia? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan dunia daripada akhirat? Padahal, kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.

Umur manusia sangatlah pendek dibandingkan dengan umur dunia. Katakanlah misalnya seseorang diberi umur seratus tahun sementara dunia konon sudah berumur 4,5 milyar tahun dan misalnya masih 4,5 milyar tahun menjadi 9 M tahun, umur seseorang hanya 0.0000011 % dibandingkan umur dunia dan umur dunia tidak bisa dibandingkan dengan akhirat karena umur akhirat abadi tidak ada batas.

Bagi orang beriman akhirat diyakini sebagai kehidupan yang abadi, yang tidak akan berakhir selamanya. Dunia ini hanya tempat sementara untuk beramal, sementara kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang kekal, yang tidak mengenal mati atau perubahan. Jadi, jika umur dunia bisa dihitung dalam miliar tahun, maka umur akhirat tidak ada bandingannya dengan umur dunia yang terbatas apalagi dibandingkan dengan umur seseorang.

Allah memberi anugerah Ramadhan sebagai instrument agar manusia kembali meluruskan orientasi hidup bahwa semuanya untuk menuju kehidupan akhirat dengan puasa dan berbagai ibadan dan pengendalian diri, puncaknya sepuluh hari terakhit dengan I’tikaf.

I'tikaf memperdalam hubungan spiritual seseorang dengan Allah melalui ibadah dengan penuh kesungguhan dan ketenangan. I'tikaf juga memberikan ruang bagi seseorang untuk menjauhkan diri dari kesibukan duniawi, meningkatkan kualitas ibadah, dan merenungkan diri melalui kegiatan seperti shalat, dzikir, doa, dan refleksi diri agar merasakan kedekatan dengan Allah, mencari ampunan, dan memperbaharui niat untuk hidup lebih baik.

I'tikaf momen yang menguatkan spiritualitas, meningkatkan rasa cinta kepada Allah, dan memperdalam pemahaman tentang makna kehidupan yang sesungguhnya.I'tikaf bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang membawa seorang hamba lebih dekat kepada Sang Pencipta , meraih gravitasi langit. Wallahu A’lam (Tulisan ini sudah terbit di koran KR Tanggal 20 Maret 2025)