Pesan utama maulid nabi (kelahiran Nabi Muhammad SAW) adalah pada aspek teladan kejujuran, keadilan dan keegaliteran. Betapa banyak dicatat dalam sejarah tentang kejujuran, keadilan dan keegaliteran yang ditunjukkan Nabi dalam memimpin ummatnya. Nabi tidak hanya bermain retorika (omong-omong), namun mewujudkan satunya kata dengan perbuatan. Annemarie Schimmel dalam buku Dan Muhammad adalah utusan Allah menguraikan dengan penuh haru, betapa besar perhatian nabi pada ummatnya. Nabi rela menahan lapar asal ummatnya tidak kelaparan. Nabi rela memakai pakaian bekas asal anak yatim dan pakir miskin bisa mendapatkan pakaian yang layak. Nabi tidak mau bermewah-mewah ketika rakyat (ummatnya) masih menderita kemiskinan. Teladan yang ditunjukkan nabi dalam memimpin umat, tampaknya sangat kontras dengan tingkah laku yang ditunjukkan wakil rakyat dan tokoh-tokoh politik dewasa ini.
Di tengah kondisi bangsa saat ini ditimpa kesenjangan sosial luar biasa antar elit politik dengan rakyat lapisan bawah, beban yang ditanggung rakyat semakin memprihatinkan. Ketika ekonomi rakyat lagi tidak baik-baik saja, elit politik justru berpesta pora, berjoget riya dengan suasana gembira karena gaji dan tunjangan yang melimpah. Para pejabat negara seolah begitu leluasa mengatur besaran gaji yang mereka inginkan dari uang negara (rakyat). Bahkan banyak diantara mereka yang rangkap jabatan sebagai komisaris di BUMN dengan gaji melimpah. Rakyat selama ini hanya diam dan jadi penonton dengan berbagai tindakan kebablasan yang dilakukan elit politik. Penegakan hukum pun dipermainkan dengan membiarkan orang yang sudah diponis bersalah tidak ditahan (dipenjara) karena dia bagian dari pendukung penguasa.
Elit Politik
Meledaknya demonstrasi massa (rakyat) beberapa hari terakhir ini di berbagai kota adalah akumulasi dari kemarahan yang terpendam selama ini karena ulah elit politik yang tak mampu memahami kondisi rakyatnya. Wakil rakyat tidak paham aspirasi rakyat yang diwakilinya. Mereka hanya butuh dukungan suara rakyat dengan berbagai janji palsu dan bagi-bagi amplop pada masa kampanye. Setelah mendapat kursi kekuasaan, mereka tidak peduli lagi aspirasi rakyat. Kemarahan yang tak terkendali dan bahkan sudah disusupi kepentingan lain dengan membakar dan merusak berbagai fasilitas umum tentu sangat disayangkan dan merugikan semua pihak. Barangkali para elit politik lupa kalau rakyat sesungguhnya tidak terlalu bodoh melihat dan menilai tingkah elit politik yang terkadang sudah kebablasan. Praktik korupsi yang merajalela di negara ini dan juga hukum yang dipermainkan sudah sejak lama menjadi keresahan masyarakat. Berbagai keluhan dan protes yang dilakukan masyarakat dengan baik dan damai seolah diabaikan. Akibatnya ketika kemarahan masyarakat sudah memuncak muncullah tindakan yang tak terkendali dan bahkan merugikan bagi semua pihak. Ini tentu menjadi tragedi yang memilukan bagi bangsa yanag sama-sama kita cintai.
Nabi selalu memberi teladan yang begitu luas, baik dalam aspek kejujuran, keadilan, keegaliteran, urusan keluarga hingga urusan negara. Dari sekian banyak teladan yang ditunjukkan nabi, dapat disimpulkan bahwa nabi selalu berusaha menunjukkan kejujuran dan keaadilan baik dalam ucapan maupun tindakan. Nabi selalu berusaha mewujudkan satunya kata dengan tindakan, sehingga nabi sangat membenci kebohongan dan kepura-puraan. Apalagi pemimpin yang biasa membohongi rakyaknya karena ambisi pribadi dan keluarga, sungguh sangat jauh dari nilai-nilai agama.
Banyak pemimpin atau politisi dewasa ini yang semakin jauh dari nilai-nilai agama yang mengajarkan tentang kejujuran dan keadilan. Justru budaya politik yang ditunjukkan pemimpin saat ini lebih dominan pada pencitraan dan mengumbar janji palsu. Mereka tidak peduli dengan berbagai janji yang diberikan kepada masyarakat. Bagi politisi janji politik hanyalah sebatas retorika kampanye yang tidak perlu diwujudkan walaupun masyarakat merasa dibohongi dan tertipu akibat janji palsu yang disampaikan. Politisi tidak perduli dengan rasa keadilan bagi masyarakat, karema sesungguhnya target utama politisi adalah mendapat dukungan suara masyarakat dengan berbagai cara. Kejujuran dan keadilan akhirnya hanya sebatas permainan retorika politik saat ini.
Melalui pesan-pesan dakwah yang sejuk, humanis dan penuh keteladanan, nabi berhasil mewujudkan kerukunan dan keadilan di tengah masyarakat. Kekerasan dan pertumpahan darah yang sering terjadi antar kelompok berubah menjadi saling mencintai karena nilai-nilai ukhuwah islamiyah. Egoisme kesukuan dan kelompok yang dianut masyarakat jahiliyah selama ini membuat mereka tidak bisa berpikir jernih, sehingga begitu mudah terjerumus pada permusuhan dan konflik.
Di era modern saat ini ternyata budaya jahiliyah baru masih terus membelenggu kehidupan masyarakat. Berbagai tindakan negatif, mulai dari ujaran kebencian, ketidakadilan, kekerasan hingga penggusuran warga miskin, masih terus terjadi. Tragedi kemanusian yang memilukan masih terus terjadi di tengah masyarakat dengan rentetan korban jiwa akibat berbagai kekerasan, fanatisme yang berlebihan hingga kemiskan di tengah masyakat karena korupsi yang merajalela dari elit politik. Korupsi yang terjadi saat ini membuat nilai-nilai keadilan berantakan dan masyarakat terpuruk dalam kemiskinan.
Momentum maulid nabi selalu terkait dengan penguatan teladan kejujuran dan keadilan yang diimplementasikan dalam memimpin umat. Para tokoh politik bangsa saat ini perlu terus menegvaluasi diri tentang kejujuran dan keadilan yang mereka lakukan dalam menjalankan amanah yang diberikan rakyat. Jangan sampai menyakiti hati rakyat, dan jangan sampai membuat rakyat marah karena ucapan dan tindakan pemimpin yang tak memahami aspirasi rakyat. Kalau pemimpin memiliki kejujuran dan keadilan tentu mereka akan senantiasa mencintai rakyatnya. Rakyat pun akan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya kalau para pemimpin memberi perhatian yang adil, jujur dan tulus kepada rakyat. (*) (Tulisan ini sudah terbit di Harian Koran KR pada tgl 4 September 2025)